Text
ANALISIS TARGET STRENGTH IKAN BAUNG (Mystus nemurus) IKAN LAIS (Kryptoterus sp), DAN IKAN GULAMA (Johnius sp) SERTA DENSITAS IKAN DI SUNGAI MUSI
Ekosistem sungai merupakan salah satu ekosistem di perairan umum daratan yang mengalir oleh karena itu setiap bagian dari sungai mulai dari hulu, tengah sampai hilir mempunyai karakteristik habitat yang berbeda, termasuk jenis ikannya (Utomo et al 2010) Adaptasi fisiologi, tingkah laku, dan struktur oleh organisme perairan mempengaruhi tingkat peluang suatu spesies dalam bertahan hidup di lingkungannya (Rosen 2014) Beberapa jenis ikan bermigrasi antara perairan laut ke perairan tawar dan sebaliknya yang bertujuan untuk bereproduksi atau mencari makan (WWF 2021). Ikan di perairan estuari atau muara sungai mempunyai kebiasaan bermigrasi dan juga struktur komunitas ikan yang dipengaruhi musim dan waktu (Murray 2018, Gerasimov 2019).
Beberapa jenis ikan perairan sungai mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Ikan Baung merupakan salah satu contoh ikan sungai yang mempunyai nilai jual cukup tinggi dan menjadi salah satu bahan baku utama pembuatan pindang di Provinsi Sumatera Selatan. Selain Ikan Baung, ikan sungai lain yang bernilai ekonomi yaitu Ikan Lais (Kryptoterus sp) yang dimanfaatkan sebagai ikan asap (Fuadi et al. 2015) dan Ikan Gulama (Johnius sp) yang dimanfaatkan sebagai ikan asin dan diambil gelembung renangnya sebagai bahan baku obat Faizah et al (2019) menyatakan Ikan Gulama merupakan salah satu sumber daya ikan yang dapat pulih, namun jika pengelolaannya tidak secara tepat maka akan terjadi penurunan stok.
Berdasarkan hasil penelitian BRPPUPP-KKP (2018) hasil tangkapan di Sungai Musi menunjukkan ikan-ikan ekonomis penting masih mempunyai stok yang cukup tinggi dari total hasil tangkapan yaitu berada pada urutan nomor 2-3 dari total hasil tangkapan (Lampiran 1, 2, 3, dan 4). Densitas ataupun stok ikan di perairan umum di Indonesia khususnya di sungai belum banyak dikaji secara mendalam. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) masih terus melakukan kajian ini agar hasilnya dapat dimanfaatkan stokeholder yang bergerak dibidang perikanan. Pengkajian potensi stok ikan di perairan sungai dapat dilakukan dengan metode akustik. Metode ini dipilih karena dapat mengkaji secara cepat, aktual, dan ramah lingkungan.
Akustik merupakan ilmu yang mempelajari tentang gelombang suara dan perambatannya pada suatu medium. Gelombang suara yang dipancarkan akan mengenai target yang kemudian dipantulkan oleh target sebagai nilai kekuatan target (Target Strength, TS). Kebutuhan informasi yang lebih banyak dan lebih baik tentang target strength organisme perairan terus mengalami pembaruan dalam bentuk pemodelan (Foote 2018). Pada pendugaan stok ikan dengan metode akustik variabel yang memerlukan perhatian khusus adalah farget strength. Metode yang sedang dikembangkan saat ini adalah metode integrasi gema dengan penerapan teknologi yang menggunakan echosounder, echo-integrator, dan nilai numerik
Semua objek yang berada di kolom perairan memiliki karakteristik tertentu terhadap pantulan gelombang suara yang disebut dengan Target Strength (TS) Pengetahuan mengenai TS menjadi penting karena digunakan sebagai dasar perhitungan densitas volume dari objek kajian. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai 7S terdiri dari berbagai aspek utamanya adalah aspek dorsal dan lateral. Penelitian TS pertama kali dilakukan oleh Cushing et al pada Tahun 1963. Simmonds dan Maclennnan (2005) menyatakan menyatakan bahwa Target Strength (73) dapat didefinisikan sebagai sepuluh kali logaritma intensitas ikan. Pada bidang akustik perikanan parameter fisik ikan dalam bentuk target strength sebagai intensitas backscattering atau hambur balik yang dipantulkan sangat berkaitan erat dengan karakteristik masing-masing jenis ikan Berdasarkan Priatna dan Wijopriono (2011) 7S dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor target itu sendiri, faktor lingkungan, dan faktor instrument akustik. Faktor target meliputi ukuran, anatomi, gelembung renang, dan tingkah laku dari orientasi ikan. Oleh karena itu diperlukan suatu formula spesifik yang dapat menjelaskan hubungan antara parameter akustik dan parameter biologi ikan. Beberapa penelitian 7S khususnya beberapa jenis ikan air tawar selama 50 tahun terakhir dengan menggunakan berbagai jenis dan frekuensi alat akustik.
B23000165 | TES 21-639.217.921.2 FRE a | Archivelago Indonesia Marine Library - Perpustakaan Kementerian Kelautan dan Perikanan | Available |
No other version available