Text
KONTAMINASI LOGAM BERAT (Pb dan Cu) PADA TAMBAK IKAN BANDENG Chanos chanos Forskal DI DUKUH TAPAK, KELURAHAN TUGUREJO, KOTA SEMARANG
Perubahan kualitas yang terjadi di Sungai Tapak secara tidak langsung berpotensi mempengaruhi produktivitas dan kualitas ikan bandeng yang dibudidayakan di Dukuh Tapak, Kelurahan Tugurejo. Hal tersebut disebabkan Sungai Tapak yang dimanfaatkan sebagai sumber air pasok bagi kelangsungan tambak-tambak di Dukuh Tapak terindikasi mengalami pencemaran. Wilayah tersebut memperoleh masukan limbah kimia akibat penggunaan lahan di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Tapak seperti pemukiman, industri, persawahan dan perkebunan. Pencemaran limbah kimia di perairan sungai akan meningkatkan konsentrasi kontaminan termasuk logam berat pada kawasan pesisir yang pada akhirnya terakumulasi pada lingkungan tambak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemantauan secara periodik untuk mengetahui kondisi eksisting pencemaran logam berat di lingkungan tambak sebagai acuan pengendalian pencemaran di perairan Sungai Tapak. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk: menganalisis kandungan logam berat (Pb dan Cu) pada lingkungan perairan tambak (air dan sedimen) dan organ ikan bandeng (insang, hati dan daging) di kawasan Dukuh Tapak; menganalisis akumulasi logam berat (Pb dan Cu) pada air, sedimen dan organ ikan bandeng (insang, hati dan daging) serta menentukan batas maksimum ikan bandeng yang dapat dikonsumsi agar tidak menimbulkan resiko kesehatan pada manusia.
Penelitian berlangsung pada bulan Maret-April 2017 dengan pengambilan sampel pada 3 (tiga) stasiun tambak berdasarkan tambak-tambak yang sedang melakukan panen ikan bandeng. Jenis sampel yang diambil meliputi air, sedimen dan organ ikan bandeng berupa insang, hati dan daging dengan pengulangan pengambilan sampel sebanyak 3 (tiga) kali pada setiap stasiun tambak. Pengukuran kualitas air dilakukan untuk mengetahui kelayakan media budidaya, berupa suhu, salinitas, Dissolved Oxygen (DO), pH dan Total Organic Matter (TOM) yang dilakukan baik secara in situ maupun ex situ. Analisis logam berat (Pb dan Cu) dilakukan pada Laboratorium Produktivitas Lingkungan (Pro-Ling) IPB dengan menggunakan Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS). Analisis pengukuran logam berat dalam air, sedimen dan ikan dibandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan sedangkan kualitas sedimen diukur menggunakan panduan kualitas sedimen (Sediment Quality Guidelines Quotion, SQG-Q). Analisis data lainnya adalah pengukuran akumulasi logam berat pada sedimen, air dan organ ikan bandeng menggunakan rumus Faktor Konsentrasi (FK) dan Faktor Biokonsentrasi (BCF). Selain itu, dilakukan juga analisis keamanan konsumsi ikan bandeng (Maximum Weakly Intake) berdasarkan nilai Estimated Weekly Intake (EWI) dan PTWI (Provisonal Tolerable Weekly Intake).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi logam Pb dalam air, sedimen, insang, hati dan daging, masing-masing adalah 0.0099±0.0013 mg/l, 66.519±25.462 mg/kg, 3.070±0.354 mg/kg, 5.058±1.035 mg/kg dan 2.071±0.128 mg/kg. Rata-rata konsentrasi logam Cu pada air, sedimen, insang, hati dan daging, masing-masing adalah: 0.0629±0.014 mg/l, 60.360±8.563 mg/kg, 4.799±1.671 mg/kg, 15.701±8.832 mg/kg dan 1.762±1.421mg/kg. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, maka rata-rata konsentrasi logam berat Pb dan Cu dalam air telah melampaui baku mutu yang dipersyaratkan demikian juga konsentrasi logam berat dalam sedimen telah berada di atas baku mutu. Rata-rata konsentrasi logam Pb pada sedimen telah melampaui standar CCME ISQG dan ANZECC-Low Value sedangkan konsentrasi logam Cu pada sedimen telah melampaui baku mutu yang ditetapkan CCME ISQG dan standar Belanda. Hasil perhitungan terhadap indeks kualitas sedimen menunjukkan kisaran nilai SGQ-G berada pada kategori moderate impact potential yang mengindikasikan bahwa sedimen tambak berpotensi menimbulkan efek biologis yang merugikan. Sementara itu, konsentrasi logam Pb pada organ ikan telah melebihi ambang batas yang ditetapkan PerMen KP No.39/Permen KP/2015, EU (2001) dan SNI 7387: 2009. Rata-rata konsentrasi logam Cu pada daging dan insang ikan bandeng masih berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan SK Dirjen POM No. 0375/B/SK/VII/89 dan EU (2001) sedangkan organ hati ikan bandeng telah melampaui baku mutu yang ditetapkan EU (2001).
Rata-rata nilai Faktor Konsentrasi (FK) logam berat pada sedimen yang ditemukan pada keseluruhan stasiun sebesar 6679.004+825.831 kali lebih tinggi dibandingkan kandungan logam Pb dalam kolom air. Sedangkan, rata-rata nilai Faktor Konsentrasi (FK) logam Cu pada sedimen tambak sebesar 981.138±156.765 kali lebih tinggi dibandingkan kandungan logam Cu dalam kolom air. Kisaran rata-rata nilai BCF logam Pb dalam air terhadap organ ikan bandeng, yaitu: 210.039 510.286 lebih tinggi dibandingkan keberadaan logam Pb di perairan sedangkan kisaran nilai BCF logam Cu dalam air terhadap organ ikan bandeng sebesar 26.948 - 249.196 kali lebih tinggi dibandingkan konsentrasi logam tersebut di perairan. Sementara itu, nilai BCF logam Pb dan Cu pada sedimen terhadap organ ikan bandeng sebesar 0.029 0.258 kali lebih tinggi dibandingkan konsentrasi logam berat pada sedimen tambak. Dengan demikian, logam Pb dalam air bersifat akumulatif tinggi; logam Cu dalam air bersifat akumulatif sedang hingga tinggi sedangkan logam Pb dan Cu dalam sedimen bersifat akumulatif rendah. Kelayakan konsumsi ikan bandeng yang dibudidayakan di Dukuh Tapak harus memperhatikan batasan maksimum konsumsi ikan, sebagai berikut: a) konsumsi daging ikan mencapai 0.583 kg/minggu sedangkan hati ikan bandeng terindikasi tidak aman untuk dikonsumsi selanjutnya b) hati dan daging ikan bandeng terindikasi tidak aman dikonsumsi oleh anak-anak.
B23000145 | TES 639.2.551.35.054.3 ANI k | Archivelago Indonesia Marine Library - Perpustakaan Kementerian Kelautan dan Perikanan | Available |
No other version available