Text
KAJIAN PASANG SURUT TERHADAP KONDISI HORMONAL TERKAIT MOLTING KEPITING BAKAU Scylla serrata
Pengelolaan dan penyediaan induk unggul kepiting bakau sangat tergantung pada pemahaman strategi reproduksinya. Perilaku kawin merupakan strategi reproduksi yang meliputi beberapa tahapan yaitu tahap prakopulasi, tahap molting, tahap kopulasi dan tahap pasca kopulasi, Kepiting bakau dewasa melakukan perkawinan di daerah intertidal hutan mangrove yang dipengaruhi siklus pasang surut air laut. Siklus pasang surut menyebabkan terjadinya perubahan kondisi lingkungan yaitu periode waktu pasang surut dan kedalaman air. Oleh sebab itu, analisis pengaruh pasang surut terhadap kondisi hormonal molting terkait perilaku kawin diperlukan untuk merekayasa media perkawinan induk kepiting bakau di hatchery dalam rangka peningkatan teknologi dan pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengaruh lama waktu
pasang surut dan/atau kedalaman media perkawinan terhadap kondisi hormonal terkait molting pada perilaku kawin dan masa laten molting kepiting bakau S. serrata. Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi bagi pembudidaya dalam menyiapkan dan merekayasa lingkungan pemeliharaan yang optimal terkait perilaku kawin serta bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang rekayasa benih dan reproduksi kepiting bakau. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan November 2021 di
Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara Jawa Tengah. Kepiting bakau uji dipelihara dalam wadah fiberglass dengan tinggi 100 cm dengan diameter 100 cm yang dilengkapi dengan aerasi dan substrat pasir pada bagian dasar wadah. Kepadatan kepiting setiap wadah 3 ekor dengan perbandingan jantan dan betina adalah 1 2. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah lamanya waktu pasang dan surut yang terdiri atas 3 taraf perlakuan yaitu tidak ada perlakuan waktu pasang surut (P1), waktu pasang 12 jam dan surut 1 jam (P2), waktu pasang 24 jam dan surut 1 jam (P3). Faktor kedua adalah kedalaman air yang terdiri dari 3 taraf perlakuan yaitu kedalaman 30 cm (K1), kedalaman 60 cm (K2), kedalaman 90 cm (K3). Perlakuan dalam penelitian ini adalah hasil kombinasi antara faktor dari seluruh taraf perlakuan, sehingga terdapat 9 kombinasi dengan tiga ulangan. Variabel yang diteliti terdiri dari variabel bebas meliputi lama waktu pasang surut dan variabel terikat meliputi respon fisiologis yang terdiri dari titer ekdisteroid dan titer MIH, masa laten molting, lebar karapas mutlak, intensitas cahaya dan parameter kualitas air. Pengujian sampel ekdisteroid dan MIH menggunakan metode ELISA. Data yang diperoleh dari hasil penelitian diuji normalitas dan dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis keragaman Two Way ANOVA menggunakan perangkat lunak analisis statistik untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Apabila
perlakuan berpengaruh nyata maka analisis dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan nilai konsentrasi ekdisteroid tertinggi pada perlakuan P3K3 sebesar 1.573.12 20,85 ngmL" yang berbeda nyata (sig.
B2300099 | TES 639.518 EDD k | Archivelago Indonesia Marine Library - Perpustakaan Kementerian Kelautan dan Perikanan | Available |
No other version available