Text
Pendekatan Kaizen dan Fishbone Analysis pada Usaha Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) si PT. Intraco Agroindustry, Provinsi Sumatera Utara
Berdasarkan sejarahnya, ide kaizen atau continuous improvement (CI) pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat dan ditransfer ke Jepang setelah Perang Dunia Kedua. Selanjutnya, istilah ini diperkenalkan oleh Masaaki Imai dalam bukunya KAIZEN - The Key to Japan's Competitive Success. Istilah ini digunakan bebas dan menjadi koneksi pada praktik manajemen Jepang serta menjadi kunci nyata dari kesuksesan perusahaan-perusahaan Jepang di seluruh dunia. Istilah kaizen sendiri terdiri dari dua kata dalam Kanji Jepang (kai) yang berarti mereformasi, merubah, memodifikasi, memeriksa dan menguji serta (zen) yang berarti berbudi luhur dan kebaikan. Sumber lain menyebutkan bahwa konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh W.E. Deming dan J.M. Juran.
Penerapan kaizen bertujuan untuk perbaikan berkelanjutan ke arah yang lebih baik dengan menghilangkan beban kerja, selalu meningkatkan kualitas produk atau Quality Cost Delivery ( SCD ) yang sasaran utamanya adalah kepuasan pelanggan dan kesetiaan konsumen, menghilangkan pemborosan karena menyebabkan kekurangan profit, mengidentifikasi proses yang perlu diperbaiki dan evaluasi terhadap prosedur yang ada ataupun menetapkan standar baru dalam pekerjaan serta melakukan pendekatan dengan resiko rendah.
Fishbone analysis dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, untuk menganalisis faktor - faktor yang menentukan kualitas produksi sehingga dapat diketahui faktor yang menjadi penyebab utama terkait dengan kualitas produksi yang dihasilkan. Selain itu , disebut analisis sebab akibat untuk mencari solusi terbaik sebagai usulan yang akan diterapkan. Beberapa faktor dalam fishbone analysis, yaitu manusia, metode, bahan baku dan lingkungan.
B22000344 | SKRIP 18-639.512 ANG p | Archivelago Indonesia Marine Library - Perpustakaan Kementerian Kelautan dan Perikanan | Available |
No other version available