KARAKTERISTIK, KESESUAIAN, DAN PENGELOLAAN LAHAN UNTUK BUDIDAYA DI TAMBAK KABUPATEN POHUWATO PROVINSI GORONTALO, (J. Ris. Akuakultur Vol. 9 No. 1 Tahun 2014)
Kabupaten Pohuwato di Provinsi Gorontalo telah ditetapkan sebagai salah satu kabupaten/kota untuk lokasi pengembangan Kawasan Minapolitan di Indonesia, namun produktivitas tambaknya masih tergolong relatif rendah. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik lahan dalam upaya menentukan kesesuaian dan pengelolaan lahan untuk budidaya di tambak demi peningkatan produktivitas tambak, serta penentuan Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Pohuwato. Faktor yang dipertimbangkan dalam mengetahui karakteristik lahan adalah: topografi, tanah, hidrologi, dan iklim. Analisis spasial dalam Sistem Informasi Geografis digunakan dalam penentuan kesesuaian lahan untuk budidaya tambak. Pengelolaan lahan ditentukan berdasarkan karakteristik lahan yang disesuaikan dengan teknologi dan komoditas yang dapat diaplikasikan di tambak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik lahan tambak di Kabupaten Pohuwato ditunjukkan oleh topografi yang bentuk wilayahnya relatif datar dan berelevasi rendah, tanah didominasi oleh tanah sulfat masam, kualitas air maupun pasang surut dapat mendukung usaha budidaya di tambak, dan curah hujan tergolong rendah. Dari luas tambak yang ada di Kabupaten Pohuwato yaitu 5.368,2 ha ternyata 1.954,4 ha tergolong cukup sesuai (Kelas S2), 2.556,2 ha tergolong kurang sesuai (Kelas S3), dan 857,6 ha tergolong tidak sesuai (Kelas N). Sebagai faktor pembatas budidaya di tambak adalah kemasaman tanah yang tinggi, kandungan bahan organik tanah yang tinggi, dan tekstur yang tergolong kasar, sehingga pengelolaan lahan yang dilakukan adalah remediasi untuk menurunkan kemasaman tanah, pemberian pupuk yang mengandung nitrogen untuk mempercepat proses penguraian bahan organik dan pemberian pupuk kandang untuk lokasi yang rendah kandungan bahan organiknya untuk memperbaiki struktur tanah dasar tambak. Sistem dan teknologi budidaya yang disarankan adalah monokultur udang dengan teknologi tradisional dan tradisional plus untuk tambak yang tergolong cukup sesuai (Kelas S2) dan monokultur ikan bandeng atau polikultur ikan bandeng dan rumput laut dengan teknologi tradisional untuk tambak yang tergolong kurang sesuai (Kelas S3).
B1801909 | Koleksi Digital | Archivelago Indonesia Marine Library - Perpustakaan Kementerian Kelautan dan Perikanan | Available |
No other version available