OPTIMALISASI SUMBERDAYA LAHAN UNTUK BUDIDAYA TAMBAK DI KABUPATEN LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN
Kabupaten Luwu Utara (Lutra) memiliki lahan potensial untuk tambak dan perubahan luas lahan tambak yang cukup besar, tetapi produktivitas tambak untuk budidaya udang dan ikan yang rendah. Oleh karena itu, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau, Maros telah melakukan serangkaian penelitian yang bertujuan untuk mengetahui luas potensi lahan, kesesuaian lahan, dan kebutuhan faktor lingkungan untuk budidaya rumput laut di tambak Kabupaten Lutra yang hasilnya dirangkum dalam makalah ini. Tambak di Kabupaten Lutra meningkat dari 4.938,84 ha pada tahun 2002 menjadi 7.838,94 ha pada tahun 2005. Potensi lahan tambak di Kabupaten Lutra mencapai 11.299,00 ha yang terdiri atas lahan tambak yang ada seluas 7.838,94 ha dan potensial lahan tambak seluas 3.460,06 ha. Dari luas potensi lahan tambak di Kabupaten Lutra, ternyata 3.527,3 ha tergolong sangat sesuai (kelas S1); 490,9 ha tergolong cukup sesuai (kelas S2); dan 7.280,8 ha tergolong kurang sesuai (kelas S3). Produksi rumput laut yang tinggi dapat diperoleh di tambak Kabupaten Lutra pada tanah dengan pH F lebih besar 6,5; pH FOX lebih besar 4,0; pH F -pH FOX kurang dari 2,5; dan S POS kurang dari 1,00%. Kandungan Fe tanah yang melebihi 5.000 mg/L dan Al yang melebihi 490 mg/L menyebabkan penurunan produksi rumput laut. Peningkatan kandungan PO 4 tanah lebih besar dari 6,0 mg/L dapat meningkatkan produksi rumput laut secara signifikan. Produksi rumput laut tertinggi didapatkan pada salinitas air 25,6 ppt dan rumput laut tumbuh baik pada kisaran pH antara 6,00 dan 9,32; fosfat lebih besar 0,1000 mg/L; dan besi kurang dari 0,1000 mg/L.
B1801788 | Koleksi Digital | Archivelago Indonesia Marine Library - Perpustakaan Kementerian Kelautan dan Perikanan | Available |
No other version available