Text
Kombinasi Ukuran Mata Pancing Rawai Dasar (Bottom Longline) Untuk Pengelolaan Perikanan Demersal Berkelanjutan Di Perairan Pulo Aceh
Provinsi Aceh memiliki potensi perikanan yang tinggi, khususnya ikan demersal, yang bernilai ekonomi dan ekologis penting. Salah satu metode penangkapan yang efektif adalah rawai dasar (bottom longline), di mana ukuran mata pancing menjadi faktor utama dalam keberhasilan penangkapan. Penelitian ini bertujuan mengkaji ukuran mata pancing yang optimal untuk menangkap ikan demersal, menganalisis laju tangkap (hook rate), serta hubungan panjang-bobot ikan kakap merah (Lutjanus gibbus). Penelitian dilakukan pada November–Desember 2023 di perairan Pulo Aceh, menggunakan metode experimental fishing dengan empat ukuran mata pancing (nomor 5, 6, 7, dan 8). Analisis dilakukan menggunakan uji ANOVA, DMRT, analisis hook rate, dan regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran mata pancing nomor 6 memberikan bobot tangkapan tertinggi (59,5 kg), sedangkan hook rate terbaik berdasarkan jumlah tangkapan diperoleh pada mata pancing nomor 8 (13,3%). Pertumbuhan kakap merah bersifat allometrik negatif, dengan pertumbuhan panjang lebih cepat dibanding bobot. Disarankan penggunaan mata pancing nomor 6 untuk hasil optimal dan keberlanjutan perikanan demersal di Pulo Aceh. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dalam pengelolaan sumber daya ikan secara berkelanjutan.
Kata kunci: rawai dasar, ikan demersal, ukuran mata pancing, hook rate, kakap merah, Lutjanus gibbus, Pulo Aceh.
B25000095 | Archivelago Indonesia Marine Library - Perpustakaan Kementerian Kelautan dan Perikanan | Available |
No other version available