Text
EFEKTIVITAS AIR KELAPA UNTUK MASKULINISASI IKAN GUPPY (Poecilia reticulata)
Salah satu cara yang dapat diterapkan dalam kegiatan produksi ikan jantan menurut Dwinanti et al., (2018) yaitu dengan proses maskulinisasi benih. Maskulinisasi merupakan upaya dalam memperoleh persentase jantan lebih tinggi (Malik et al. 2019). Secara komersial, maskulinisasi pada nila umumnya ditujukan memproduksi ikan jantan secara massal. Hal ini disebabkan pertumbuhan nila jantan lebih cepat dibandingkan nila betina (Rosmaidar, 2016). Dalam perkembangannya benih ikan lele jantan memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh benih ikan lele betina yaitu pertumbuhannya yang lebih cepat dan masa panen yang lebih singkat (Findayani & Dina, 2022). Ikan rainbow jantan mempunyai kelebihan dibandingkan betinanya antara lain lebih cepat pertumbuhannya, postur tubuh lebih besar, dan warna yang lebih cerah (Himawan et al., 2018) Ikan Guppy jantan seperti halnya ikan Cupang (Betta splendens), memiliki morfologi yang lebih menarik dibanding ikan betina (To'bungan, 2017). Ikan guppy jantan memiliki ciri khas ekor dan warna yang menarik sehingga banyak diminati oleh masyarakat (Nurlina & Zulfikar, 2016). Ikan cupang jantan memiliki nilai estetika dan warna yang lebih menarik (Rachmawati et al., 2016).
Maskulinisasi untuk ikan melalui metode suntikan/implantasi pada masih terbatas, dimana untuk tujuan praktis di lapangan cara ini tidak efektif karena akan memerlukan waktu dan alat tertentu misalnya penyuntikan di bawah mikroskop harus dilakukan dengan bantuan micromanipulator. Sementara itu, pada maskulinisasi ikan melalui metode perendaman baik pada embrio maupun larva memiliki kelemahan, yaitu hormon terlalu jauh untuk mencapai target organ yaitu gonad (Zairin, 2002). Maskulinisasi melalui metode perendaman juga ditemukan kematian disebabkan belum mempunyai beradaptasi dengan larutan hormon dan pengaruh penurunan pH dibawah kisaran optimal (Findayani & Dina, 2022, Malik et al., 2019). Berdasarkan hal tersebut, metode perendaman belum efektif untuk dilakukan dalam skala usaha sehingga metode maskulinisasi melalui perendaman dapat ditambah atau digantikan melalui pakan (Ayuningtyas et al., 2015).
Maskulinisasi melalui pakan memiliki kelebihan dibandingkan dengan cara lainnya terutama kemudahan dalam menyiapkan pakan berhormon tersebut. Metode melalui pakan memiliki tingkat penanganan yang rendah sehingga dapat meningkatkan kelangsungan hidup ikan. Cara ini juga efisien karena hormon yang digunakan relatif sedikit sehingga biayanya murah (Zairin, 2002). Beberapa penelitian yang telah dilakukan secara oral melalui pakan dengan menggunakan 17a-metiltestoteron (Barades et al., 2020); testis sapi (Hutagalung, 2020); resin madu (Soelistyowati et al., 2010); dan propolis (Tatalede et al., 2019), Sementara itu, sejauh ini pemanfaatan air kelapa untuk maskulinisasi masih menggunakan metode perendaman. Sedangkan pemanfaatan air kelapa secara oral melalui pakan belum pernah dilakukan
Hormon sintetik a-metil testosterone pada awalnya sering digunakan untuk mengarahkan kelamin jantan pada benih ikan (Ayuningtyas et al., 2015; Takahashi, 1975, Zairin, 2002). Namun pada perkembangannya selain mahal, hormon ini mempunyai residu yang dianggap berbahaya karena berpotensi akumulasi di alam dan karsinogenik (KKP, 2014; Phelps & Popma, 2000; Sudrajat & Sarida, 2006). Salah satu bahan alami yang potensial digunakan untuk maskulinisasi adalah air kelapa (Angga et al., 2013; Cahyani et al., 2021). Kandungan kalium dalam air kelapa diduga berperan dalam proses maskulinisasi dan membantu meningkatkan rasio kelamin jantan pada ikan (Dwinanti et al., 2018; Ma et al., 2008; Yong et al., 2009).
Air kelapa berpotensi mengalami penurunan mutu setelah dibuka buahnya sehingga menyulitkan dalam penyimpanan. Air kelapa yang diawetkan dengan sterilisasi diharapkan dapat memperpanjang waktu penyimpanan dimana menurut Hiasinta (2013), prinsip dasar sterilisasi yaitu memperpanjang umur simpan bahan pangan dengan cara membunuh mikroorganisme yang ada di dalamnya. Mikroorganisme yang tumbuh pada produk pangan biasanya dapat mencemari produk pangan dan membuat makanan lebih cepat basi. Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan pada latar belakang, maka dilakukan penelitian terkait dosis dan sterilisasi yang tepat melalui pakan dalam pemanfaatan air kelapa, melihat sejauh ini teknik maskulinisasi dengan menggunakan air kelapa melalui pakan belum dilakukan sebagai upaya peningkatan produksi benih ikan jantan.
B23000180 | TES 23-801.553.639.215 MUH e | Archivelago Indonesia Marine Library - Perpustakaan Kementerian Kelautan dan Perikanan | Available |
No other version available