Text
BIOLOGI, DINAMIKA POPULASI DAN STRATEGI PENGELOLAAN TONGKOL ABU-ABU (Thunnus tonggol) DI LAUT JAWA
Ikan tongkol abu-abu (Thunnus tonggol) merupakan salah satu jenis ikan pelagis ekonomis penting yang ditemukan di Laut Jawa. Ikan ini dimanfaatkan oleh masyarakat baik sebagai ikan konsumsi, maupun dalam bentuk olahan seperti ikan kaleng Sampai saat ini penelitian tentang spesies ini di Laut Jawa belum banyak dilakukan Penangkapan yang semakin masif dapat menyebabkan penangkapan berlebih sehingga dikawatirkan akan menyebabkan stok ikan tongkol abu-abu semakin menurun dari waktu ke waktu. Berkaitan dengan hal tersebut diperlukan penelitan untuk mengetahui status pemanfaatan perikanan tongkol abu-abu di Laut sebagai dasar bagi upaya pengelolaan yang berkelanjutan Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis struktur populasi/stok ikan tongkol abu-abu di Laut Jawa dan Laut Natuna melalui identifikasi karakter morfometrik ikan tongkol abu-abu, 2) menganalisis biologi reproduksi dan kebiasaan makanan 3) menganalisis dinamika populasi, 4) menganalisis status pemanfaatan perikanan tongkol, 5) merumuskan strategi pengelolaan bagi perikanan tongkol di Laut Jawa.
Penelitian ini dilakukan di Pekalongan, Jawa Tengah terhadap ikan tongkol abu- abu yang tertangkap di Laut Jawa. Pengambilan sampel ikan dilakukan setiap bulan selama satu tahun dari April 2018 hingga Maret 2019. Ikan sampel berasal dari armada kapal dengan alat tangkap pukat cincin mini (mini purse seine) dengan ukuran mata jaring 1 inchi, serta alat tangkap jaring insang hanyut (drift gill net) dan jaring insang lingkar (encircling gill net) dengan ukuran mata jaring 4 inchi. Untuk memastikan unit stok di Laut jawa, maka pengambilan ikan contoh untuk analisis morfometrik dilakukan di tiga lokasi, yaitu di Pekalongan yang mewakili Laut Jawa, Pemangkat dan Tanjung Pinang mewakili Laut Natuna. Analisis biologi dilakukan di Laboratorium
Balai Riset Perikanan Laut, Cibinong Bogor. Hasil penelitian memperlihatkan karakter biometrik ikan tongkol abu-abu antar habitat Laut Jawa dan Laut Natuna memiliki dua karakter morfometrik pembeda yaitu: karakter panjang sirip perut (Pel.) dan karakter panjang sirip perut anal (PAF). Analisis karakter morfometrik populasi tongkol abu-abu terdiri dari 2 kelompok subpopulasi atau unit stok, pertama tongkol abu-abu dari Laut Jawa dan Laut Natuna bagian barat satu unit stok sementara ikan dari Laut Natuna di Utara-Timur merupakan unit stok tersendiri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan panjang berat tongkol abu-abu bersifat isometrik. Nisbah jenis kelamin tidak berbeda nyata antara jantan dan betina. Ukuran pertama kali tertangkap (Le) tongkol abu-abu dari jaring insang hanyut dan pukat cincin mini masing-masing adalah 43,1 cm dan 25,9 cm. Ukuran pertama kali matang gonad (Lm) adalah 42,3 cm. Nilai Lc jaring insang hanyut lebih besar dari nilai Lm, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar tongkol abu-abu yang tertangkap oleh jaring insang hanyut merupakan ikan dewasa yang telah memijah setidaknya satu kali sebelum ditangkap. Ikan tongkol abu-abu yang tertangkap oleh pukat cincin mini sebagian besar adalah ikan muda yang belum memijah. Puncak musim pemijahan terjadi pada bulan Mei dan November dengan fekunditas antara 783.597 -1.579.160 telur. Tongkol abu-abu memiliki pola beberapa kali memijah setahun. Tongkol abu- abu tergolong ikan karnivora yang preferensi makanan utamanya tidak sama setiap bulan yaitu teri, udang, cumi-cumi, tembang dan hancuran ikan, sedangkan sebagai pelengkap yaitu ikan kembung dan layang
Panjang cagak tongkol abu-abu ditemukan di Laut Jawa pada kisaran 9-81 cm, dengan modus dalam 47-49cm Hubungan bobot panjang memiliki pola pertumbuhan isometrik. Spesies ini mempunyai laju pertumbuhan lambat (K-0,41 per tahun) untuk mencapai panjang asimtotik (L) 78,8 cm. Mortalitas alami (M), mortalitas penangkapan ikan (F), mortalitas total (2) diperkirakan masing-masing 0.77 per tahun, 0,92 pertahun, dan 1,69 pertahun. Laju eksploitasi (E) diperkirakan 0,54 pertahun yang menunjukkan bahwa tongkol abu-abu di Laut Jawa telah dieksploitasi sepenuhnya. Pola rekrutmen dua kali dalam setahun yaitu pada bulan September-Oktober (puncak). dan April-Mei (minor). Hasil per penambahan baru (Y/R) sebesar 547,4 g/r dan mortalitas penangkapan maksimum (F) 2,2 per tahun, Fai sebesar 1,38 pertahun. mortalitas penangkapan saat ini (Fe) saat ini sebesar 0,92 per tahun lebih kecil dari titik acuan Fa sebesar 1,38, mortalitas penangkapan atau setara dengan upaya penangkapan tongkol abu-abu secara teoritis masih dapat ditingkatkan sampai 0,46 atau 46%, Rasio potensi pemijahan (SPR) 27% masih lebih kecil dari nilai SPR optimum berada pada 36%. Ikan tongkol abu-abu memiliki fekunditas tinggi sehingga nilai SPR saat ini masih bisa diterima.
Tongkol abu-abu di Laut Jawa dihasilkan pukat cincin mini 4%, jaring insang hanyut 10% dan jaring insang lingkar 86%. Dari komposisi hasil tangkapan jaring insang hanyut dan jaring insang lingkar merupakan alat tangkap utama penangkapan tuna neritik. Musim penangkapan ikan di Laut Jawa terjadi dua kali dalam setahun yaitu pertama musim peralihan 1 (Maret-Mei) (minor), dan musim peralihan II (September-November) (mayor). Kondisi aktual tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan tongkol sudah mencapai 65-67% dari MSY dan 35-42% dari MSY Sementara itu berdasarkan MEY kondisi saat ini sudah mencapai 58-73% dari MEY dan IMEY dan masih bisa ditingkatkan hingga 27-42%. Hasil proyeksi pada model dinamika biomassa upaya penangkapan dapat ditingkatkan 5% dari MSY selama 5 tahun kedepan.
Strategi pengelolaan perikanan tongkol abu-abu di Laut Jawa yang bisa dilakukan yaitu pembatasan upaya penangkapan, melalui penutupan musim penangkapan yang berdasarkan pada waktu pemijahan ikan tongkol abu-abu di Laut Jawa yaitu pada bulan Mei-Juni. Penetapan ukuran ikan yang boleh yaitu ditangkap sama dengan atau lebih dari 42,3 cm, agar dapat tumbuh dan bereproduksinya optimal, selain itu merekomendasikan alat tangkap yang ramah untuk tongkol abu-abu yaitu jaring insang hanyut dan jaring insang lingkar dengan mata jaring 4 inch. Peningkatan upaya 5% setiap tahun, sampai 5 tahun kedepan dan kondisi biomas dalam keadan masih aman.
B23000173 | DIS 22-639.227.922.265.742 THO b | Archivelago Indonesia Marine Library - Perpustakaan Kementerian Kelautan dan Perikanan | Available |
No other version available