Pencegahan penyakit koi herpes virus (KHV) pada ikan mas (Cyprinus carpio L) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi Jawa Barat
Collection Location | Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo |
Edition | |
Call Number | |
ISBN/ISSN | |
Author(s) | Saniyah Suci Haryanti |
Subject(s) | KIPA Local Content |
Classification | NONE |
Series Title | GMD | CD-ROM |
Language | Indonesia |
Publisher | Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo |
Publishing Year | 2018 |
Publishing Place | Sidoarjo |
Collation | |
Abstract/Notes | Koi herpes virus (KHV) adalah virus yang menginfeksi Ikan mas dan koi. Virus ini mengakibatkan kematian massal sehingga berdampak pada kerugian ekonomi yang sangat besar. Penyakit Koi Herpes Virus masuk ke Indonesia pada tahun 2002 melalui perdagangan lintas negara. Sejak terjangkit pertama kali di Blitar penyakit ini menyebar ke hampir semua daerah Indonesia (Prayitno dkk, 2003). Kegiatan pencegahan mutlak perlu dilakukan sebagai salah satu upaya untuk penanggulangan wabah KHV. Maksud dari Kerja Praktek Akhir ini adalah mengikuti dan melakukan kegiatan pencegahan penyakit KHV mulai dari vaksinasi anti-KHV hingga pemberian imunostimulan. Tujuan dari Kerja Praktek Akhir ini adalah memperoleh pengetahuan dan keterampilan tentang pencegahan penyakit KHV. Kegiatan Kerja Praktek Akhir (KPA) telah dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2018 sampai dengan 06 Juni 2018 di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat. Metode yang digunakan dalam Kerja Praktek Akhir (KPA) ini adalah metode survey dan magang. Penyakit Koi Herpes Virus disebabkan oleh virus cyprinid herpesvirus-3 (CyHV-3). KHV adalah virus berbasis DNA. Gejala klinis yang teramati yaitu perubahan warna tubuh, pendarahan di sekitar mata, mulut dan operculum, mata terlihat cekung, kerusakan pada lamella insang dan akhirnya membusuk. Pencegahan penyakit Koi Herpes Virus di BBPBAT Sukabumi menggunakan vaksin DNA KHV GP25. Vaksin DNA adalah vaksin generasi baru yang diperoleh dengan cara pengkodean DNA Plasmid yang bersifat imunogenik pada host (Aoki dan Hiruno, 2009 dalam Prama, 2011). Perbanyakan vaksin DNA - Anti KHV GP25 menggunkan media 2XYT dan proses perbanyakan dimulai dari peremajaan bakteri E.coli yang telah mengandung konstruksi vaksin DNA - Anti KHV GP25, kultur massal bakteri, pelleting, isolasi plasmid dan pengeringan bakteri E.coli GP25 menggunakan mesin freezedryer. Aplikasi vaksin dengan penyuntikan intramuscular 12,5 µg/0,1 ml dan perendaman pellet basah 0,5 g dalam 5 liter air selama 60 menit. Vaksin di simpan dalam suhu -80oC dan dengan menambahkan gliserol 1:1 untuk menjaga imunogenesitasnya. Respon peningkatan daya tahan tubuh ikan mas hasil vaksinasi yang dianalisis berdasarkan parameter respon pertahanan non spesifik berupa : hematokrit 35%, jumlah leukosit 28100 sel/mm3 dan indek fagositosis 13%. Imunostimulan yang di berikan yaitu vitamin C 1 g/4kg pakan berfungsi untuk meningkatkan pertahanan tubuh, mengatasi stres, meningkatkan nafsu makan, memenuhi kebutuhan vitamin c dan meniran 10g/kg pakan berfungsi untuk meningkatkan pertahanan tubuh dan menekan reaksi sistem imun yang berlebihan. Imunostimulan diberikan 1 hari sekali disalah satu frekuensi pemberian pakan. Kesimpulan yang diperoleh dari Kerja Perakter Akhir dapat disimpulkan pencegahan KHV dapat dilakukan dengan pemberian vaksin dan imunostimulan. Vaksin yang digunakan vaksin DNA Anti-KHV GP25 dengan dosis 12,5 µg/0,1 ml (injeksi) dan 0,5 g dalam 5 liter air selama 60 menit (perendaman). Imunostimulan yang digunakan vitamin C dan meniran. Keberhasilan vaksinasi dapat dilihat dari analisa data parameter respon pertahanan non spesifik berupa : hematokrit, jumlah leukosit dan indek fagositosis ikan yang divaksin lebih tinggi dari ikan kontrol. Dari hasil Praktek Kerja Akhir dapat disarankan untuk mengoptimalkan pencegahan penyakit KHV sebaiknya vaksin DNA - Anti KHV didaftarkan terlebih dahulu sehingga dapat dipublikasikan ke pembudidaya ikan khususnya ikan mas. |
Specific Detail Info | |
Image | |
Back To Previous |