Teknik identifikasi penanganan penyakit parasit pada ikan mas (Cyprinus carpio) di Balai Budidaya Ikan Air Tawar (BBIAT) Desa Muntilan Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah
Collection Location | Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo |
Edition | |
Call Number | |
ISBN/ISSN | |
Author(s) | Raka Geris\\\'n |
Subject(s) | KIPA Local Content |
Classification | NONE |
Series Title | GMD | CD-ROM |
Language | Indonesia |
Publisher | Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo |
Publishing Year | 2018 |
Publishing Place | Sidoarjo |
Collation | |
Abstract/Notes | Balai Budidaya Ikan Air Tawar Muntilan terletak di Dukuh Semampir, Desa Muntilan, Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Terletak di ketinggian 350 m di atas permukaan air laut yang mempunyai topografi landai sampai datar dengan suhu udara berkisar atara 25 °C – 33 °C. Mempunyai luas lahan 2,93 hektar dengan sumber air berasal dari Saluran Irigasi Sungai Lamat. Debit air musim hujan 20 - 30 liter per detik, sedangkan pada musim kemarau 5 - 10 liter per detik. Lokasi mudah dicapai karena dilalui jalur Provinsi yang menghubungkan antara Semarang dan Yogyakarta, dengan latar belakang pemandangan gunung Merapi, suhu udara relatif sejuk, sehingga cocok untuk budidaya ikan serta training/magang dan pelatihan. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan seser kemudian dimasukkan dalam kantong plastik dengan dilengkapi oksigen, lalu di ikat menggunakan karet dan di beri label. Sampel yang diambil adalah sampel ikan hidup yang mempunyai tanda-tanda atau gejala-gejala klinis atau sakit, seperti nafsu makan ikan berkurang, gerakannya lambat, terdapat luka pada tubuh ikan, atau perubahan seperti warna dan terdapat tanda-tanda seperti bintik putih dan pendarahan pada ikan (Heni, 2012). Identifikasi penyakit parasit di BBIAT Muntilan menggunakan metode mikroskopis. Mikroskopis yaitu metode pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop. Sesuai dengan Samsundari dan Handajani (2005). Pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop terhadap ektoparasit maupun endoparasit pada organisme yang tidak mampu untuk dilihat secara jelas maupun tidak dapat dilihat sama sekali dengan metode pengamatan makroskopis. Parasit pada organisme dapat diidentifikasi setelah melihat gejala yang ditimbulkan oleh parasit tersebut terhadap inangnya, Samsundari dan Handajani (2005). Sebelum dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu dilakukan pengamatan gejala klinis pada ikan dan dicatat pada lembar disposisi pemeriksaan. Pengamatan gejala klinis dilakukan oleh analis dan penyelia parasit cara gejala klinis dengan mengamati kondisi tubuh (sisik dan lendir), dan bagian sirip. Setelah dilakukan pengamatan gejala klinis dilakukan identifikasi parasit. Adapun langkah-langkah identifikasi parasit di laboratorium BBIAT Muntilan adalah sebagai berikut : • Mengambil Sampel Sampel diambil dari kolam dengan menggunakan gayung dan diletakkan didalam ember, kemudian dibawa ke laboratorium penyakit untuk dilakukan identifikasi. • Membunuh Ikan Ikan dimatikan dengan cara ditusuk pada bagian otak menggunakan jarum ose tusuk. Hal ini dikarenakan untuk mempermudah dalam pengukuran panjang dan berat, pembedahan serta pengambilan organ. • Pengambilan Organ Sampel Organ sample yang diperiksa terlebih dahulu dilakukan proses nekropsi. Proses nekropsi merupakan proses pengambilan organ pada ikan yang akan diperiksa. Adapun prosedur nekropsi adalah sebagai berikut : • Organ sampel ikan yang akan diperiksa yaitu sirip, insang dan lendir. Sebelum organ diambil dan diletakkan pada objek glass, terlebih dahulu siapkan objek glass diatas meja yang diletakkan diatas tissue, diberi label dan larutan aquades sebanyak 2-3 tetes, digunakan dengan tujuan agar parasit tetap hidup sehingga parasit mudah di identifikasi. Cara pengambilan organ adalah sebagai berikut : • Mengerok dan potong bagian sirip menggunakan pengerok dan gunting untuk memotong. • Mengerok bagian lendir/tubuh menggunakan pengerok dan gunting untuk memotong. • Membuka tutup insang dan ambil insang menggunakan gunting. • Apabila diperlukan atau terlihat terdapat parasit pada bagian organ dalamnya. Ini karena pada organ dalam jarang ditemukan adanya parasit. • Letakkan setiap masing-masing organ yang diambil keatas objek glass yang telah diberi larutan aquades. • Pengamatan dengan mikroskop • Amati dan catat ke dalam buku tulis. Kegiatan pengobatan di BBIAT Muntilan dengan melakukan perendaman ikan kedalam larutan garam. Cara pengobatan dari timbulnya penyakit parasit yang menyerang indukan ikan mas yaitu dengan melakukan pemberian garam yang dilarutkan dalam air kolam dengan dosis 10 gram/m2. Kemudian ikan mas dimasukan selama 5-10 menit dan kemudian diangkat dan dimasukan ke kolam sebelumnya. Pemberian garam (NaCl) ini bertujuan untuk membunuh penyakit yang akan atau telah menyerang ikan mas. Pemberian imunostimulan pada Induk ikan mas dilakukan dengan cara penyuntikan dengan Klorofil yang bertujuan untuk meningkatkan kadar oksigen dalam darah meningkat dan pemberian Omega secara oral atau langsung dimasukkan ke mulut induk ikan mas yang bertujuan untuk meningkatkan nafsu makan pada induk Ikan mas. Jika induk ikan mas terbebas dari penyakit, telur yang dihasilkan pun menjadi berlimpah dan berkualitas bagus. Pada proses pengeringan kolam dilakukan secara alami (menggunakan sinar matahari) sekitar 2- 3 hari tergantung pada keadaan cuaca dan ketebalan lumpur di kolam. Adapun tujuan dari pegeringan adalah: Untuk mengudarakan gas-gas beracun seperti NHs, H2S dan lainnya yang mungkin ada dalam tanah dasar kolam; Membunuh predator, hama dan penyakit; Menaikkan tingkat keasaman tanah dasar kolam; Membantu merangsang dan melakukan pemijahan; Pengeringan kolam pendederan. Pembalikan tanah dilakukan dengan cara dicangkul, yang menjadi tujuan dari pembalikan tanah adalah untuk mengudarakan gas beracun dan mempercepat pengeringan dasar kolam. Proses pengapuran dilakukan dengan cara menabur serbuk-serbuk kapur tohor atau kapur pertanian pada seluruh dasar kolam dari mulai tepi pinggir hingga tengah terutama pada bagian kolam yang masih tergenang air, dosis yang digunakan dalam pengapuran adalah 50 gram/m2. Tujuan dari proses pengapuran adalah membunuh bibit-bibit penyakit yang berada di dasar kolam serta menstabilkan atau mengoptimalkan pH dalam air. Pemupukan dilakukan setelah pengapuran. Pupuk yang digunakan menggunakan pupuk kandang, kotoran ayam dan kotoran sapi atau kotoran kerbau sebanyak 0,5 kg/m2. Proses pemupukan dilakukan dengan cara meletakkan pupuk pada sudut-sudut kolam dan ditengah kolam. Pemupukan ini bertujuan untuk menumbuhkan pakan alami yang berupa plankton sehingga tersedia pakan yang cukup untuk pemeliharaan benih berumur 1 bulan. |
Specific Detail Info | |
Image | |
Back To Previous |