Manajemen kualitas air pada pembesaran udang vannamei (Litopenaeus vannamei) secara intensif di PT Koyo Segoro Endah Unit Sumber Lancar I Desa Kebo Ireng Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung Jawa Timur
Collection Location | Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo |
Edition | |
Call Number | |
ISBN/ISSN | |
Author(s) | Mahendri Rohman Ghanim |
Subject(s) | KIPA Local Content |
Classification | NONE |
Series Title | GMD | CD-ROM |
Language | Indonesia |
Publisher | Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo |
Publishing Year | 2018 |
Publishing Place | Sidoarjo |
Collation | |
Abstract/Notes | Kondisi lingkungan air tambak sangat menentukan tingkat keberhasilan usaha budidaya udang vannamei yang menggunakan pola budidaya intensif sehingga kestabilan lingkungan didalam tambak harus dipenuhi oleh para petambak untuk memperoleh kesuksesan dalam budidaya udang vannamei. Pola budidaya intensif memiliki ciri padat tebar yang tinggi dengan menuntut ketersediaan pakan yang cukup sehingga dapat menyebabkan penurunan kualitas air. Hal ini disebabkan pemberian pakan yang tinggi menghasilkan limbah sisa pakan dan feses dari udang tersebut menumpuk pada air media. Selain itu perubahan cuaca yang tidak menentu juga dapat merusak kualitas air. Menurut Kordi dan Andi (2007), hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan, pertumbuhan, dan kesehatan udang. Dengan demikian perlu adanya manajemen kualitas air yang baik dan stabil untuk memperoleh kesuksesan dalam budidaya udang vannamei. Maksud dari Kerja Praktek Akhir ini adalah mengikuti segala kegiatan Manajemen Kualitas Air Pada Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) Secara Intensif di PT. Koyo Segoro Endah Unit Sumber Lancar I Desa Kebo Ireng Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung Provinsi Jawa Timur mulai dari pengelolaan air sebelum dimasukkan ke dalam tambak sampai pengelolaan di dalam tambak. Sedangkan tujuannya adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan tentang Manajamen Kualitas Air pada Pembesaran Udang Vannamei secara Intensif. Kegiatan Kerja Praktek Akhir dilaksanakan dari tanggal 19 Maret - 06 Juni 2018 di PT. Koyo Segoro Endah Unit Sumber Lancar I Desa Kebo Ireng Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung Provinsi Jawa Timur. Metode yang digunakan adalah metode survei dan magang. Sumber data diperoleh dari data primer dan data sekunder. Analisis yang digunakan dalam Kegiatan Kerja Praktek Akhir adalah analisis statistik deskriptif. Kegiatan yang dilakukan dalam Kerja Praktek Akhir yaitu pengelolaan kualitas air mulai dari pengelolaan air sebelum di masukkan dalam tambak sampai pengeloaan di dalam tambak hingga panen. Adapun peralatan yang digunakan meliputi aerator, pompa air, instalasi listrik, dan laboratorium. Sumber air laut berasal dari pantai bayem. Pengolahan air sebelum digunakan ada tiga tahapan. Tahap pertama air laut dipompa langsung dari laut dialirkan menuju bak pengendapan. Tahap kedua air yang sudah melalui bak pengendapan selanjutnya mengalir menuju tandon biologis. Tahap ketiga air laut yang sudah melalui tandon biologis selanjutnya dipompa dan dialirkan menuju tandon treatment. Pengolahan air dipetakan ada enam tahapan. Tahap pertama pengeringan dilakukan 7-10 hari dan sterilisasi petakan dengan menyemprotkan kaporit, antigermen, dan vircon dengan dosis 10%. Tahap kedua pengisian dan sterilisasi petakan, pengisian air pertama setinggi 30 cm dan diberi kaporit dosis 20 ppm untuk perendaman lantai, pengisian air kedua setinggi 120 cm dan dilakukan sterilisasi menggunakan Nufak 1 ppm, kuprisulfat 2 ppm, kaporit 40 ppm. Tahap ketiga pemasangan kincir yang dilakukan ketika petakan berisi air 30 cm, setiap sudut petakan satu kincir (double paddle) dan agak menengah sebanyak 4 kincir (single paddle). Tahap ke empat pengolahan air sebelum penebaran berfokus pada pertumbuhan plankton dengan menggunakan probiotik (Super NB dan PS) dosis 1-2 ppm dan fermentasi selama 4-7 hari. Tahap Kelima penebaran benur dengan jumlah 331.654 ekor dengan luwas petakan 2210 m². Tahap Keenam pengolahan air setelah penebaran (pemberian probiotik, pergantian air, pembersihan busa atau klekap, tap lumpur, penyiponan). Hasil pengukuran monitoring kualitas air dilakukan pada setiap hari dan mingguan dengan hasil pengukuran : pH paling rendah dan tinggi pada pagi hari 7,4 dan 8,8 sedangkan sore hari 7,8 dan 9,1 serta fluktuasi paling rendah dan tinggi adalah 0 dan 0,9; salinitas paling rendah 25 ppt dan paling tinggi 35 ppt; tinggi air pagi hari paling rendah 73 cm dan paling tinggi 114 cm sedangkan sore hari paling rendah 75 cm dan paling tinggi 118 cm; warna air yang mendominasi adalah hijau, hijau kecoklatan, dan coklat kehijauan; kecerahan pagi hari 30-75 cm dan sore hari 30-70 cm; suhu pada pagi adalah 28 - 29 0C dan pada sore hari 30 - 33 0C; DO paling rendah dan tinggi 3,51 dan 4,82 ppm; alkalinitas yang terendah dan tertinggi adalah 142 ppm dan 168 ppm; TOM paling rendah 41,6 ppm dan paling tinggi 130,9 ppm; ammonium paling rendah 0 ppm dan paling tinggi 0,5 ppm; nitrit paling rendah 0 mg/l dan paling tinggi 0,7 mg/l; nitrat paling rendah 10 ppm dan paling tinggi 25 ppm; fosfat paling rendah 0 ppm dan paling tinggi 2,5 ppm; total bakteri paling rendah 2000 cfu/ml DOC 36 dan paling tinggi 72000 cfu/ml DOC 78, vibrio sp. paling rendah 170 cfu/ml DOC 36 dan paling tinggi 2920 cfu/ml DOC 120. Untuk mengetahui kualitas air pada petakan sesuai atau tidaknya untuk pertumbuhan udang, dilakuan monitoring pertumbuhan dengan cara sampling untuk melihat apakah udang tumbuh dengan maksimal atau tidak. Laju pertumbuhan udang paling rendah 0,15 dan paling tinggi 0,42. Selama budidaya hama yang ditemukan, yaitu ular, kepiting dan biawak. Namun tidak menyerang petak budidaya dan penyakit tidak ditemukan karena telah menerapkan biosecurity, pengolahan petakan dan pengolahan air selama budidaya dengan benar. Panen dilakukan menggunakan 2 cara yaitu, panen parsial dan panen total. Petak dengan luas 2210 m2 padat tebar 150 ekor/m2 menghasilkan panen sebanyak 4349,5 kg dengan SR 96%. Hal ini dapat dikatakan manajemen kualitas air petak B5 cocok untuk budidaya udang. Dari hasil kegiatan kerja praktek akhir (KPA) dapat ditarik kesimpulan Budidaya udang secara intensif dicirikan dengan padat tebar yang tinggi (padat tebar petak B5 150 ekor/m2) dengan menuntut ketersediaan pakan yang cukup. (1) Manajemen kualitas air yang dilakukan mulai dari sumber air, pengelolaan air sebelum digunakan, pengelolaan air pada petak budidaya, monitoring kualitas air, monitoring pertumbuhan, pengendalian hama dan penyakit, dan panen. (2) Monitoring kualitas air dilakukan pada setiap hari dan mingguan dengan hasil pengukuran : pH 7,4 - 9,1; salinitas 25 - 35 ppt; tinggi air 73 - 118; warna air (hijau, hijau kecoklatan, dan coklat kehijauan); kecerahan 30 - 75 cm; suhu 28 - 33 ˚C; DO 3,51 - 4,82 ppm; total alkalinitas 142 - 168; TOM 41,6 - 130,9 ppm; fosfat 0 - 2,5 ppm; nitrit 0 - 0,7 ppm; nitrat 10 - 25 ppm; ammonium 0 - 0,5 ppm; total bakteri 2 – 7,2 x 103 cfu/ml; total bakteri vibrio 170-2920 cfu/ml. (3) Dari data monitoring kualitas air secara garis besar tidak sesuai dengan literatur (standar) namun pertumbuhan udang (terendah 0,15 gram dan tertinggi 0,42 gram) secara garis besar sesuai dengan yang dikehendaki oleh PT. Koyo Segoro Endah. (4) Selama proses budidaya ditemukan hama, yaitu ular, kepiting, dan biawak. Namun tidak menyerang petak budidaya dan penyakit tidak ditemukan. (5) Dari hasil panen parsial dan panen total didapatkan SR mencapai 96% dengan FCR 1,4, hal ini dapat dikatakan bahwa manajemen kualitas air petak B5 cocok untuk budidaya udang. Dari kesimpulan diatas penulis dapat memberi saran (1) Walaupun tidak ditemukan penyakit pada petak B5, akan tetapi perlu dilakukan sterilisasi peralatan untuk mencegah penyakit yang dapat menyerang sewaktu-waktu. Contohnya wadah sampel uji lapangan (karena cuman satu). (2) Sebaiknya dilakukan pembaruan alat uji kualitas air. Contohnya pH meter (baterai cepat habis) dan refraktometer (penutup depan longgar). |
Specific Detail Info | |
Image | |
Back To Previous |