Pencegahan, identifikasi dan penanganan penyakit parasit pada ikan gurame (Osphronemus gouramy) di Balai Budidaya Ikan Air Tawar (BBIAT) Desa Muntilan Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah

Collection Location Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Edition
Call Number
ISBN/ISSN
Author(s) Lusi Erdina
Subject(s) KIPA
Local Content
Classification NONE
Series Title
GMD CD-ROM
Language Indonesia
Publisher Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Publishing Year 2018
Publishing Place Sidoarjo
Collation
Abstract/Notes Ikan merupakan salah satu hewan air yang selalu bersentuhan dengan lingkungan perairan sehingga mudah terinfeksi pathogen melalui air. Infeksi bakteri dan parasit tidak terjadi pada hewan darat melalui perantara udara, pada ikan sering terjadi melalui air. Pada budidaya, air tidak hanya sebagai tempat hidup bagi ikan, tapi juga sebagai perantara bagi pathogen (Cahyono,2000).
Menurut Afrianto dan Liviawaty (1992), tindakan pencegahan dapat dilaksanakan dengan melakukan upaya “pembersihan” (dekontaminasi) secara berkesinambungan, baik terhadap kolam pemeliharaan, ikan peliharaan maupun semua peralatan yang digunakan. Beberapa teknik pencegahan yang dapat dilakukan oleh pembudidaya antara lain (Afrianto dan Liviawaty, 2012): (1) Mekanik : bantuan peralatan (2) Kimia : menggunakan senyawa kimia tertentu 3) Biologi : menggunakan organisme lain.
Menurut Afrianto dan Liviawaty (1992), langkah pertama yang harus dilakukan untuk mengatasi penyakit yang menyerang ikan budidaya adalah mendeteksi tanda-tanda serangan dan mengidentifikasi secepat mungkin penyebabnya. Diidentifikasi dengan metode makroskopis dan mikroskopis dengan pengamatan bagian tubuh luar dan bagian dalam. Identifikasi dilakukan dengan cara mengenali tanda-tanda ikan yang terserang penyait terutama penyakit parasit. Tanda-tanda tersebut antara lain (Afrianto dan Liviawaty, 1992): Ikan terlihat pasif, nafsu makan menurun,i kan megap-megap, sisik terlihat rusak atau rontok, sirip punggung, dada dan ekor mengalami kerusakan, insang mengalami kerusakan menggosok-gosokkan badannya ke dinding kolam, dan berenang ke tepian.
Maksud dari Kerja Praktek Akhir (KPA) ini adalah
1. Melaksanakan partisipasi langsung dalam pencegahan, identifikasi dan penanganan penyakit parasit pada ikan Gurami
2. Mengetahui jenis-jenis parasit yang menyerang ikan Gurame di Balai Budidaya Ikan Air Tawar (BBIAT) Muntilan, Magelang, Jawa Tengah
Tujuan dari kegiatan Kerja Praktek Akhir (KPA) adalah :
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman dalam kegiatan pencegahan, identifikasi dan penanganan penyakit parasit pada ikan Gurami
2. Menghitung prevalensi dan dominasi parasit yang menyerang ikan Gurami

Kerja Praktek Akhir (KPA) telah dilaksanakan di Balai Budidaya Ikan Air Tawar (BBIAT) di Dukuh Semampir, Desa Muntilan, Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 19 Maret sampai 6 Juni 2018.
Metode yang dilakukan pada Kerja praktek Akhir (KPA) adalah metode survei dan magang. Menurut Nazir (1988), yang dimaksud dengan metode survei adalah penyelidikan yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dan mencari secara faktual tentang keadaan/kondisi di lokasi.
Sedangkan untuk memperoleh keterampilan dalam proses pemeriksaan/identifikasi penyakit parasit pada ikan air tawar, digunakan sistem magang. Magang merupakan kegiatan untuk berlatih bekerja bagi mahasiswa di suatu instansi atau perusahaan, sistem magang adalah suatu digunakan untuk magang yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan kecakapan dalam membuat kreativitas, sikap kritis, rasa percaya diri dan jiwa kewirausahaan
Data yang dikumpulkan pada Kerja Praktek Akhir (KPA) ini adalah data primer dan data sekunder. Menurut Narbuko dan Achmadi (2001), teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan Proposal Kerja Praktek Akhir ini adalah menggunakan metode observasi (pengamatan), metode wawancara (interview) dan partisipasi langsung. Teknik pengolahan data dilakukan dengan cara editing, tabulating dan analisis data.
Balai Budidaya Ikan Air Tawar Muntilan terletak di Dukuh Semampir, Desa Muntilan, Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Terletak di ketinggian 350 m di atas permukaan air laut yang mempunyai topografi landai sampai datar dengan suhu udara berkisar atara 25 °C – 33 °C. Mempunyai luas lahan 2,93 hektar dengan sumber air berasal dari Saluran Irigasi Sungai Lamat. Debit air musim hujan 20-30 liter per detik, sedangkan pada musim kemarau 5-10 liter per detik. Lokasi mudah dicapai karena dilalui jalur Provinsi yang menghubungkan antara Semarang dan Yogyakarta, dengan latar belakang pemandangan gunung Merapi, suhu udara relatif sejuk, sehingga cocok untuk budidaya ikan serta training/magang dan pelatihan.
Balai Budidaya Ikan Air Tawar (BBIAT) Muntilan melakukan pencegahan terhadap media, wadah dan ikan. pencegahan dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjangkitnya penyakit terutama penyakit parasit. Hal ini sependapat dengan Afrianto dan Liviawaty (1992) bahwa pencegahan dilakukan dengan memperkecil kemungkinan kntak antara ikan dengan sumber penyakit, baik patogen maupun non patogen seperti hama, pakan dan lingkungan budidaya. Pencegahan meliputi pengeringan kolam, pembalikan tanah, pengapuran tanah, pemupukan tanah, dan pemberian vitamin pada induk kan Gurame, menggunakan kolam pengendapan dan monitoring kualitas air serta pemberian probiotik pada pakan dan air.
Identifikasi meliputi pengamatan langsung di kolam, pengambilan sampel, diagnosa penyakit parasit, prosedur pemeriksaan meliputi persiapan alat dan bahan, pengamatan gejala klinis, pembuatan preparat kerok, dan nekropsi. Masuk pada tahap penghitungan parasit. Parasit yang paling dominan adalah Trichodina sp 78 % dan dominasi parasit paling kecil yaitu Argulus sp dengan dominasi 1,6 %. Dan prevalesni parasit palin tinggi yaitu Trichodina sp rata – rata 54 %.
Penanganan penyakit parasit yaitu dengan cara mengobati ikan yang sakit tersebut dengan garam krosok. Dilakukan dengan cara perendaman dengan berat 700 gram/m3 dengan ketinggian air 20 cm di dalam kolam dengan ukuran 4 x 3 m2. Direndam selama 10 menit.
Kesimpulan dari hasil Kerja Praktek Akhir (KPA) yang telah dilaksanakan di BBIAT Muntilan anara lain:
1. Prosedur pencegahan penyakit parasit pada ikan Gurami di Balai Budidaya Ikan Air Tawar (BBIAT) Muntilan meliputi: pengeringan kolam, pembalikan tanah, pengapuran tanah, pemupukan, pemberian vitamin pada induk ikan Gurami, pengolahan air kolam dan pemberian probiotik pada air dan pakan.
2. Prosedur identifikasi di Balai Budidaya Ikan Air Tawar (BBIAT) Muntilan meliputi: pengamatan langsung di kolam, pengambilan sampel, diagnosa penyakit parasit, prosedur pemeriksaan, yaitu persiapan alat dan bahan, pengamatan gejala klinis, pembuatan preparat kerok, nekropsi, pemeriksaan parasit pada organ target dan menentukan jenis – jenis parasit yang ditemukan dan dominasi dan prevalensi parasit yang ditemukan
3. Teknik penanganan yang dilakukan di Balai Budidaya Ikan Air Tawar (BBIAT) Muntilan yaitu dengan cara perendaman bagi ikan yang terserang parasit. Perendaman dilakukan dengan garam dengan dosis 700 gram/m3 pada kolam dengan luas 4 x 3 m2 dengan ketinggian air 20 cm dan direndam selama 10 menit. Selama perendaman pintu inlet dan outlet ditutup agar proses perendaman berjalan dengan lancar.
4. Penyakit parasit yang mendominasi pada ikan Gurami yaitu Trichodina sp (78 %), Gyrodactylus sp (4,2 %), Dactylogyrus sp (5 %), Lerneae sp (2,2 %) dan Argulus sp (1,6 %) dengan organ target insang, badan dan ekor.
5. Diperoleh prevalensi penyakit parasit pada ikan Gurami yaitu parasit Trichodina sp dengan presentase tinggi di tiap minggunya dengan rata-rata 54,3 %.
Saran selama KPA antara lain perlu adanya tindakan pemeriksaan penyakit untuk mencegah adanya kerugian atau kematian pada budidaya ikan air tawar dan perlunya perawatan alat – alat untuk laboratorium utamanya alat untuk otopsi bedah (nekropsi) karena selama KPA alat – alat yang digunakan ada beberapa yag rusak dan berkarat tetapi masih bisa digunakan.
Specific Detail Info
Image
  Back To Previous