Penyebaran Penyakit Virus HPIK pada Ikan dan Udang di Wilayah Kerja Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Surabaya II

Collection Location Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Edition
Call Number
ISBN/ISSN
Author(s) Enosari
Subject(s) KIPA
Local Content
Classification NONE
Series Title
GMD CD-ROM
Language Indonesia
Publisher Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Publishing Year 2018
Publishing Place Sidoarjo
Collation
Abstract/Notes Perdagangan ikan dan hasil perikanan dapat menjadi potensi terhadap pemasukan dan penyebaran Hama dan Penyakit Ikan (HPI) dan Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) baik dari suatu negara ke negara lain ataupun dari suatu area ke area lain. Data keberadaan HPI/HPIK merupakan bukti penting mengenai status kesehatan ikan di suatu negara. Selain itu, data tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam pengembangan kebijakan karantina ikan yang komprehensif dan terintegrasi, serta untuk pengembangan strategi manajemen HPI/HPIK di lokasi budidaya perikanan (Pusat Karantina Ikan,2011).
Maksud Kerja Praktek Akhir (KPA) ini adalah mengikuti seluruh pemeriksaan penyakit virus HPIK pada ikan dan udang melalui pengambilan sampel, pendataan asal sampel, pemeriksaan morfologis sampel, pembedahan organ target, pengujian PCR meliputi ekstraksi DNA, Amplifikasi DNA, elektroforesis, pembacaan hasil uji. Tujuan Kerja Praktek Akhir (KPA) ini adalah untuk mempelajari metode identifikasi penyakit virus HPIK melalui metode PCR, mengetahui jenis penyebaran penyakit virus HPIK pada ikan dan udang, untuk mengetahui penyebaran penyakit virus HPIK pada ikan dan udang di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Surabaya II.
Kegiatan Kerja Praktek Akhir (KPA) dilaksanakan tanggal 19 Maret 2018 sampai dengan 06 Juni 2018 di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Surabaya II, Jl. Kalimas Baru No. 86, Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur. Metode yang digunakan adalah metode survei dan magang. Sumber data dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui observasi dan wawancara. Teknik pengolahan data menggunakan editing dan tabulating.
Dalam upaya untuk mengetahui penyebaran penyakit virus HPIK di wilayah kerja Balai KIPM Surabaya II dilakukan beberapa tahapan yaitu sumber sampel yang diperiksa yang diperoleh melalui kegiatan pemantauan dan surveilen, penanganan sampel, identifikasi virus dengan metode PCR konvensional meliputi alat dan bahan identifikasi virus, sterilisasi alat virus, preparasi sampel virus, ekstraksi DNA/RNA, amplifikasi DNA/RNA, elektroforesis, pembacaan hasil. Dari deteksi melalui pengujian virus diperoleh hasil pemeriksaan virus HPIK, kemudian hasil tersebut dibuat peta penyebaran daerah virus HPIK pada wilayah kerja Balai KIPM Surabaya II. Selanjutnya dilakukan perhitungan prevalensi dan dibandingkan dengan hasil pemeriksaan tahun sebelumnya. Jadi diketahui tingkat penyerangannya setiap tahun sehingga untuk mengendalikan penyebaran penyakit tersebut, maka dilakukan tindakan karantina sesuai dengan golongan virus HPIK yang ditemukan .
Hasil dari pemeriksaan sampel virus dalam kegiatan surveilan (Tuban, Lamongan) pada bulan Maret-Mei 2018 terdapat 15 sampel dan kegiatan pemantauan (Tuban, Lamongan, Gresik, Bangkalan) pada bulan April-Mei 2018 terdapat 84 sampel. Penyakit yang ditemukan yaitu penyakit virus WSSV pada sampel udang di Kabupaten Gresik dan penyakit virus IHHNV ditemukan pada sampel udang di Kabupaten Gresik dan Kabupaten Lamongan.
Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
- Hasil pemeriksaan sampel kegiatan surveilan di wilayah Tuban dan
Lamongan sebanyak 15 sampel, ditemukan penyakit virus IHHNV pada induk
udang windu di Kabupaten Lamongan.
- Hasil pemeriksaan sampel kegiatan pemantauan di wilayah Tuban,Lamongan,
Gresik dan Bangkalan sebanyak 87 sampel, ditemukan penyakit virus WSSV
dan IHHNV pada sampel udang vannamei di kabupaten Gresik.
- Prevalensi penyakit virus pada kegiatan pemantauan di Kabupaten Gresik
tahun 2016 ditemukan penyakit WSSV prevalensi sebesar 20,00 %, IHHNV
sebesar 3,33% dan KHV sebesar 20,00 % sedangkan tahun 2017 hanya
ditemukan penyakit WSSV dengan prevalensi sebesar 12,50 % dan pada
tahun 2018 ditemukan penyakit WSSV prevalensi sebesar 44,44 %, IHHNV
sebesar 5,5 %. Jadi, tingkat penyerangan penyakit virus WSSV dan IHHNV
terjadi peningkatan di Kabupaten Gresik sedangkan pada Kabupaten
Lamongan tahun 2016 ditemukan virus IHHNV prevalensi sebesar 68,4 % dan
KHV sebesar 5,26 % sedangkan pada tahun 2017 dan 2018 tidak ditemukan
penyakit virus pada sampel pemantauan.
Berdasarkan hasil Kerja Praktek Kerja Akhir (KPA) di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Surabaya II dapat disarankan dalam pengawasan/surveilan dilakukan secara intensif dan tindakan karantina yang lebih diperketat pada daerah yang terindikasi penyakit virus serta menindaklanjuti ditemukannya penyakit virus WSSV dan IHHNV di Kabupaten Gresik dan virus IHHNV di Kabupaten Lamongan.
Perdagangan ikan dan hasil perikanan dapat menjadi potensi terhadap pemasukan dan penyebaran Hama dan Penyakit Ikan (HPI) dan Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) baik dari suatu negara ke negara lain ataupun dari suatu area ke area lain. Data keberadaan HPI/HPIK merupakan bukti penting mengenai status kesehatan ikan di suatu negara. Selain itu, data tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam pengembangan kebijakan karantina ikan yang komprehensif dan terintegrasi, serta untuk pengembangan strategi manajemen HPI/HPIK di lokasi budidaya perikanan (Pusat Karantina Ikan,2011).
Maksud Kerja Praktek Akhir (KPA) ini adalah mengikuti seluruh pemeriksaan penyakit virus HPIK pada ikan dan udang melalui pengambilan sampel, pendataan asal sampel, pemeriksaan morfologis sampel, pembedahan organ target, pengujian PCR meliputi ekstraksi DNA, Amplifikasi DNA, elektroforesis, pembacaan hasil uji. Tujuan Kerja Praktek Akhir (KPA) ini adalah untuk mempelajari metode identifikasi penyakit virus HPIK melalui metode PCR, mengetahui jenis penyebaran penyakit virus HPIK pada ikan dan udang, untuk mengetahui penyebaran penyakit virus HPIK pada ikan dan udang di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Surabaya II.
Kegiatan Kerja Praktek Akhir (KPA) dilaksanakan tanggal 19 Maret 2018 sampai dengan 06 Juni 2018 di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Surabaya II, Jl. Kalimas Baru No. 86, Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur. Metode yang digunakan adalah metode survei dan magang. Sumber data dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui observasi dan wawancara. Teknik pengolahan data menggunakan editing dan tabulating.
Dalam upaya untuk mengetahui penyebaran penyakit virus HPIK di wilayah kerja Balai KIPM Surabaya II dilakukan beberapa tahapan yaitu sumber sampel yang diperiksa yang diperoleh melalui kegiatan pemantauan dan surveilen, penanganan sampel, identifikasi virus dengan metode PCR konvensional meliputi alat dan bahan identifikasi virus, sterilisasi alat virus, preparasi sampel virus, ekstraksi DNA/RNA, amplifikasi DNA/RNA, elektroforesis, pembacaan hasil. Dari deteksi melalui pengujian virus diperoleh hasil pemeriksaan virus HPIK, kemudian hasil tersebut dibuat peta penyebaran daerah virus HPIK pada wilayah kerja Balai KIPM Surabaya II. Selanjutnya dilakukan perhitungan prevalensi dan dibandingkan dengan hasil pemeriksaan tahun sebelumnya. Jadi diketahui tingkat penyerangannya setiap tahun sehingga untuk mengendalikan penyebaran penyakit tersebut, maka dilakukan tindakan karantina sesuai dengan golongan virus HPIK yang ditemukan .
Hasil dari pemeriksaan sampel virus dalam kegiatan surveilan (Tuban, Lamongan) pada bulan Maret-Mei 2018 terdapat 15 sampel dan kegiatan pemantauan (Tuban, Lamongan, Gresik, Bangkalan) pada bulan April-Mei 2018 terdapat 84 sampel. Penyakit yang ditemukan yaitu penyakit virus WSSV pada sampel udang di Kabupaten Gresik dan penyakit virus IHHNV ditemukan pada sampel udang di Kabupaten Gresik dan Kabupaten Lamongan.
Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
- Hasil pemeriksaan sampel kegiatan surveilan di wilayah Tuban dan
Lamongan sebanyak 15 sampel, ditemukan penyakit virus IHHNV pada induk
udang windu di Kabupaten Lamongan.
- Hasil pemeriksaan sampel kegiatan pemantauan di wilayah Tuban,Lamongan,
Gresik dan Bangkalan sebanyak 87 sampel, ditemukan penyakit virus WSSV
dan IHHNV pada sampel udang vannamei di kabupaten Gresik.
- Prevalensi penyakit virus pada kegiatan pemantauan di Kabupaten Gresik
tahun 2016 ditemukan penyakit WSSV prevalensi sebesar 20,00 %, IHHNV
sebesar 3,33% dan KHV sebesar 20,00 % sedangkan tahun 2017 hanya
ditemukan penyakit WSSV dengan prevalensi sebesar 12,50 % dan pada
tahun 2018 ditemukan penyakit WSSV prevalensi sebesar 44,44 %, IHHNV
sebesar 5,5 %. Jadi, tingkat penyerangan penyakit virus WSSV dan IHHNV
terjadi peningkatan di Kabupaten Gresik sedangkan pada Kabupaten
Lamongan tahun 2016 ditemukan virus IHHNV prevalensi sebesar 68,4 % dan
KHV sebesar 5,26 % sedangkan pada tahun 2017 dan 2018 tidak ditemukan
penyakit virus pada sampel pemantauan.
Berdasarkan hasil Kerja Praktek Kerja Akhir (KPA) di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Surabaya II dapat disarankan dalam pengawasan/surveilan dilakukan secara intensif dan tindakan karantina yang lebih diperketat pada daerah yang terindikasi penyakit virus serta menindaklanjuti ditemukannya penyakit virus WSSV dan IHHNV di Kabupaten Gresik dan virus IHHNV di Kabupaten Lamongan.
Specific Detail Info
Image
  Back To Previous