Manajemen kualitas air pada pemeliharaan larva udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di PT Delta Windu Purnama Desa Kalianget Kecamtan Banyuglugur Kabupaten Situbondo

Collection Location Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Edition
Call Number
ISBN/ISSN
Author(s) Cholifah Desi Mulyasari
Subject(s) KIPA
Local Content
Classification NONE
Series Title
GMD CD-ROM
Language Indonesia
Publisher Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Publishing Year 2018
Publishing Place Sidoarjo
Collation
Abstract/Notes Udang putih (Litopenaeus vannamei), diintroduksi dan dibudidayakan mulai tahun 2000-an dan memiliki keunggulan komparatif dibanding spesis jenis lainnya, antara lain: sintasan tinggi, ketersediaan benur yang berkualitas, kepadatan tebar tinggi, tahan penyakit. Air merupakan media hidup nauplii, zoea, mysis hingga post larva. Media mempengaruhi mortalitas dari larva tersebut. Larva vannamei akan tumbuh otimal pada kisaran salinitas 29-34 ppt DO 4 ppm, pH air 7,5-8,5, kadar nitrit 0,1 ppm,dan total vibrio103 (SNI : 7311,2009). Permasalahan yang sering dihadapi dalam pembenihan udang vannamei adalah menurunnya produksi larva akibat white spot dan vibriosis. Angka kematian akibat vibriosis disebabkan oleh faktor kualitas air yang buruk, kepadatan tinggi ,dan rendahnya pergantian air (Penyuluh Perikanan, 2013). Kualitas air merupakan faktor penting selama pemeliharaan berlangsung. Karena kualitas air menentukan hasil yang akan dicapai. Oleh karena itu kualitas air harus diusahakan sebaik mungkin dan selalu dipantau antara lain parameter fisik adalah suhu, parameter kimia adalah DO, salinitas pH, NO2, alkalinitas, dan NH3 dan parameter biologi adalah Total bakteri.
Maksud dari kegiatan Kerja Praktek Akhir ini adalah untuk mempelajari, dan ikut serta dalam pelaksanaan manajemen kualitas air pada pemeliharaan larva udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di PT. Delta Windu Purnama Desa Kalianget, Kecamatan Banyuglugur, Kabupaten Situbondo dan memiliki tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan kualitas air pada produksi larva udang vannamei (Litopenaeus vanname) serta cara pengukurannya. Kegiatan Kerja Praktek Akhir dilaksanakan pada tanggal 19 Maret sampai dengan 6 Juni 2018 di PT. Delta Windu Purnama Desa Kalianget Kecamatan Banyuglugur Kabupaten Situbondo.
Manajemen kualitas air adalah cara mengelola atau mengendalikan kondisi air sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan fisik, kimia, dan biologi bagi pertumbuhan dan kehidupan larva udang yang dipelihara (Sutaman, 1993).
Pengelolaan air dimulai dari persiapan air sebelum produksi dan pengelolaannya selama produksi. Pengelolaan air sebelum produksi meliputi : mengetahui kualitas sumber air, cara pengambilan sumber air, treatment sand filter, treatment ozon, pengendapan air ozon, treatment pressure filter, treatment catridge filter, penyaringan kapas, filter bag. Pengisian air sebanyak 14 ton. Dilakukan treatment EDTA dan treflan. Setelah memalui proses yang panjang, air dijaga kualitasnya supaya tetap pada kisaran yang diinginkan dengan melakukan monitoring secara fisika, kimia, dan biologi dan untuk pengendaliannya dengan cara pemberian probiotik dan pergantian air.
Sumber air yang diunakan adalah air laut dari selat madura yang diambil di tengah laut sejauh 700m dari pantai dan kedalaman 10m dengan pipa yang ujungnya diberi filter hisap dan bantuan pompa 10 HP. Kualitas air pasok diukur selama 7 hari memperoleh rata-rata suhu 29°C, pH 8,1, salinitas 32 ppt, alkalinitas 135 ppm, Total vibrio 50 CFU. Air yang tersedot dilakukan sand filter 3x. Sand filter 1 berisi geotekstil 1 lembar, pasir silika (10/20)80cm, arang kayu 80cm, sand filter 2 berisi pasir silika 20/30 dan arang kayu, material sand filter 3 sama dengan sand filter 2. Geotekstil berfungsi untuk menyaring partikel kasar seperti pasir dan lumpur. Pasir silika berfungsi untuk menyaring kandungan lumpur, tanah, pasir halus. Arang kayu berfungsi untuk menyerap bahan organik yang terlarut dalam air (BBAP Situbondo, 2009). Treatment ozon dilakukan setelah air melewati sand filter 3. Desinfeksi ozon digunakan untuk membunuh bakteri dalam air. Step ozon yang digunakan adalah step 4 (FAO, 2003). Air yang sudah di ozon di tampung di tandon diendapkan selama 2 jam dan diaerasi selama 10 jam untuk menurunkan kadar O3 dalam air. Residu ozon diukur kadar bromin menggunakan alat colorimeter. Maksimal residu ozon 0,05 ppm baru air ditransfer ke bak pemeliharaan dengan melewati pressure filter. Pressure filter berfungsi untuk menyaring dan menyerap bahan organik, zat-zat beracun yang terlarut dengan penyaringan tegangan tinggi. Air yang sudah melewati pressure filter ditransfer melewati pipa-pipa ke bak pemeliharaan. Sebelum memasuki bak pemeliharaan, air disaring dengan catridge filter. Catridge filter ukuran 0,5µ berfungsi untuk menyaring sedimen halus seperti debu, pasir yang terlarut dalam air, juga menyaring warna kuning dalam air. Setelah melewati catridge filter,air dialirkan ke bak pemeliharaan melewati pipa yang ujung pipa (outlet) dibalut dengan kapas dan jaring. Kapas berfungsi menyaring partikel halus dan kasar yang masih terbawa oleh air. Kapas harus diganti setiap hari untuk mencegah tumbuhnya jamur. Air yang keluar dari pipa outlet disaring lagi menggunakan filter bag ukran 100 mikron untuk menyaring debu yang masih lolos dari penyaringan sebelumnya (Said, 2007).
Pengisian air awal bak pemeliharaan sebanyak 14 ton. Air diaerasi keras untuk menambah oksigen terlarut dalam air. Air di treatment dengan EDTA sebanyak 10 ppm untuk menjernihkan air dan mengikat logam berat. Setelah itu aerasi keras lagi untuk menghomogenkan EDTA (BAPPL, 2006). Kemudian air ditreatment menggunakan treflan 0,1 ppm untuk membunuh jamur yang ada pada media pemeliharaan. Setelah air dikelola dengan baik dilakukan penebaran nauplii.
Untuk mempertahankan air yang sudah dikelola agar tidak mengalami fluktuasi yang terlalu tinggi, dilakukan monitoring kualitas air. Monitoring kualitas air dilakukan dua hari sekali kecuali monitoring suhu dan TVC dilakukan setiap hari. Pengambilan sampel kualitas air dilakukan pagi hari pukul 05.00-07.00 WIB (Sutaman,1993). Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan sesuai dengan standart Delta dan SNI (2009). Hasil monitoring suhu menggunakan alat termometer raksa adalah 31°C-32°C. Menjaga kestabilan suhu pada kisaran 31°C -32°C. Apabila suhu terlalu panas plastik penutup bak dibuka sedikit agar air menguap, apabila suhu terlalu rendah dinyalakan heater untuk menambah kalor dalam air (Hadie & Supriatna, 1989). Hasil monitoring salinitas dengan menggunakan alat refraktometer adalah 30ppt-33ppt. Kestabilan salinitas dijaga degan tidak sering mengganti air. Pergantian air dilakukan apabila air terlihat kental, keruh akibat feses, sisa pakan, bahan organik dalam air. Hasil monitoring pH menngunakan alat pH meter adalah 7,8-8,0. Kestabilan pH dijaga dengan pemberian pakan yang tepat dan optimal tidak terlalu berlebihan. Monitoring alkalinitas menggunakan metode titrasi dengan reagent alkalinity test. Hasil monitoring alkalinitas adalah 109,6-222,9ppm. Amonia diukur dalam bentuk NH4 menggunakan reagent ammonium test. NH3 diukur dari perhitungan NH4 serta kolaborasi antara pH dan duhu. Monitoring amonia selama pemeliharaan antara 0-0,0,2 ppm. NO2 merupakan hasil rombakan NH3. Monitoring NO2 menggunakan teskit NO2 dengan hasil pengukurannya 0-0,15ppm.
Dengan hasil monitoring kualitas air diatas mempengaruhi laju pertumbuhan mulai PL6-PL12 yang meningkat setiap hari dengan rata-rata 0,8mm/hari serta SR1 mencapai 60% dan SR 2 mencapai 88%. Karena di PT. Delta Windu Purnama dilakukan transfer PL antar bak, maka perhitungan SR dilakukan dua kali.
Kesimpulan Pengelolaan kualitas air pada awal produksi meliputi : treatment sand filter, treatmen ozon, aerasi bak tandon, treatment catridge filter, treatment kapas, treatment filter bag, treatment EDTA, treatment treflan, treatment probiotik. Penegelolaan kualitas air selama masa pemeliharaan meliputi : aplikasi probiotik, dan pergantian air. Monitoring kualitas air selama masa pemeliharaan dalam kondisi aman. Kegiatan Pengelolaan kualitas air selama pemeliharaan sudah berjalan dengan baik, dibuktikan dengan pertumbuhan larva udang 0,8 mm/ hari dan SR mencapai 60%-88 %.Saran Dalam pengukuran kualitas air menghasilkan limbah kimia yang berbahaya untuk lingkungan, alangkah baiknya dibuatkan tempat khusus pembuangan limbah kimia agar tidak mencemari lingkungan.
Specific Detail Info
Image
  Back To Previous