Teknik Pengendalian Penyakit Parasit pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Balai Budidaya Ikan Air Tawar (BBIAT) Desa Dukuh Semampir Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah
Collection Location | Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo |
Edition | |
Call Number | |
ISBN/ISSN | |
Author(s) | Abdhi Setyabudi |
Subject(s) | KIPA Local Content |
Classification | NONE |
Series Title | GMD | CD-ROM |
Language | Indonesia |
Publisher | Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo |
Publishing Year | 2018 |
Publishing Place | Sidoarjo |
Collation | |
Abstract/Notes | Budidaya ikan, baik ikan air tawar maupun ikan air laut sedang mengalami perkembangan yang pesat. Industri akuakultur merupakan industri yang perkembangannya termasuk paling cepat, tidak hanya dipicu oleh perkembangan penduduk dunia yang pesat dan permintaan produk ikan yang tinggi di dunia, tetapi juga produksi ikan yang berasal dari penangkapan mengalami stagnan atau cenderung mengalami penurunan. Perkembangan budidaya ikan yang pesat ini juga diikuti oleh munculnya berbagai jenis patogen yang senantiasa dapat menjadi ancaman bagi perkembangan industri budidaya. Pemicu utamanya terjadi karena stress yang disebabkan padat penebaran yang tinggi, kondisi lahan yang terbatas, kebutuhan pakan (Anshary, 2014). Maksud dari Kerja Praktek Akhir ini yaitu mengikuti seluruh kegiatan Teknik Pengendalian Penyakit Parasit Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Di Balai Budidaya Ikan Air Tawar (BBIAT) Desa Dukuh Semampir Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Tujuan dari Kerja Praktek Ahir ini adalah Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, teknik atau prosedur identifikasi parasit, mengetahui pencegahan dan pengobatan penyakit parasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus). Sumber data yang digunakan dalam kegiatan Kerja Praktek Akhir berdasarkan sumbernya data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder (Nazir, M. 2014.). Data primer ini didapatkan dalam bentuk pengamatan dan terjun secara langsung mengikuti kegiatan pengendalian penyakit parasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus). Data sekunder yang diambil dalam Kerja Praktek Akhir meliputi: alamat, letak geografis, ketenagakerjaan (jabatan, jumlah, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, usia), sarana, prasarana, standar operasional prosedur pengendalian parasit di Di Balai Budidaya Ikan Air Tawar (BBIAT) Desa Dukuh Semampir Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Salah satu komoditas perikanan budidaya bernilai ekspor tinggi adalah ikan nila. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan yang memiliki daya tahan tubuh dan adaptasi yang baik Ikan nila memiliki kekrabatan yang dekat dengan ikan mujair (Tilapia mossambica) yang mudah sekali berkembang biak disegala jenis perairan. Perkembangan budidaya ikan yang pesat ini juga diikuti oleh munculnya berbagai jenis patogen yang senantiasa dapat menjadi ancaman bagi perkembangan industri budidaya. Pemicu utamanya terjadi karena stress yang disebabkan padat penebaran yang tinggi, kondisi lahan yang terbatas, kebutuhan pakan (Anshary, 2014). Sampel yang diambil adalah sampel ikan hidup yang mempunyai tanda-tanda atau gejala-gejala klinis atau sakit, seperti nafsu makan ikan berkurang, gerakannya lambat, terdapat luka pada tubuh ikan, atau perubahan seperti warna dan terdapat tanda-tanda seperti bintik putih dan pendarahan pada ikan. Identifikasi Penyakit Parasit, Identifikasi penyakit parasit di BBIAT Muntilan menggunakan metode mikroskopis. Mikroskopis yaitu metode pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop. Hal ini sependapat dengan Samsundari dan Handajani (2005), identifikasi parasit dapat dilakukan dengan dua cara, salah satunya adalah metode mikroskopis. Hasil pemeriksaan, Berdasarkan hasil pemeriksaan penyakit parasit terhadap sampel selama pelaksanaan KPA di BBIAT Muntilan ditemukan 3 jenis parasit, diantranya adalah parasit ,Dactylogyrus sp. , Trichodina sp. dan Gyrodactylus sp. Pengendalian dibagi dua tahapan yaitu pencegahan dan pengobatan parasit. Tahapan pencegahan di BBIAT Muntilan dilakukan dengan cara : a. Persiapan kolam dengan tahapan yaitu Pengeringan pengeringan kolam yaitu dengan mengosongkan isi kolam terlebih dahulu dan dikeringkan selama 3-5 hari tergantung pada keadaan cuaca dan ketebalan lumpur di kolam. Pengeringan kolam bertujuan untuk membunuh bibit penyakit, menguapkan gas beracun yag berasal dari sisa – sisa pakan dan kotoran yang mengendap di dasar kolam serta untuk memperbaiki struktur tanah. Pengolahan dasar tanah tahapan pengolahan dasar tanah dengan cara membalik tanah, pembalikan tanah dilakukan dengan cara dicangkul. Pengolahan dasar tanah bertujuan untuk menguapkan gas beracun dan mempercepat pengeringan dasar kolam. Pengapuran dilakukan dengan cara menabur serbuk – serbuk kapur tohor atau kapur pertanian (CaCO3) pada seluruh dasar kolam dari mulai tepi hingga tengah terutama pada bagian kolam yang masih tergenang air, dosis yang digunakan dalam pengapuran adalah 500 gram/m2. Pemupukan dilakukan setelah pengapuran. Pupuk yang digunakan menggunakan pupuk kandang, seperti kotoran ayam sebanyak 500 gram/m2. Cara pemupukan yaitu dengan menebarkan keseluruh dasar kolam. Tujuan dari pemupukan yaitu meningkatkan kesuburan tanah dasar kolam serta untuk menumbuhkan pakan alami dalam kolam. b. manajemen kualitas air Suhu merupakan salah satu faktor fisik yang mempengaruhi nafsu makan ikan yang akhirnya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus). Hasil pengukuran suhu di BBIAT Muntilan selama masa pemeliharaan pada pagi hari sekitar 26-290C, sedangkan pada sore hari sekitar 28-310C. Hal ini sesuai dengan pendapat Noviantoro (2015) bahwa, kualitas air yang baik untuk pemeliharaan ikan nila adalah suhu sebesar 25-30 0C. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran suhu yang dilakukan di BBIAT Muntilan sesuai dengan standar pengukuran suhu Pengukuran pH selama budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) paling rendah dan tinggi pada pagi hari 6,5 dan 6,9 sedangkan sore hari 6,6 dan 7,1. Hal ini sependapat dengan Hal ini sependapat dengan Noviantoro (2015) bahwa, kualitas air yang baik untuk pemeliharaan ikan nila adalah pH 5-8. Dapat disimpulkan bahwa pengukuran pH yang dilakukan di BBIAT Muntilan sesuai dengan standar pengukuran. Hasil pengukuran DO selama masa pemeliharaan pada pagi hari sekitar pagi hari paling rendah dan tinggi adalah 3,45 dan 4,55 sedangkan pada sore hari paling rendah dan tinggi adalah 3,5 dan 4,9. Hal ini sependapat dengan Noviantoro (2015) bahwa, kualitas air yang baik untuk pemeliharaan ikan nila adalah DO sebesar 3-5 ppm. Secara garis besar hal ini sesuai dengan Noviantoro (2005) bahwa standar DO dalam pemeliharaan ikan nila 3-5 ppm. Perendaman dilakukan pada bak karantina dengan ukuran 2 x 3 m2 dengan ketinggian air 1 m, dan jumlah ikan 5 ekor dalam satu kolam. Di Balai Budidaya Ikan Air Tawar (BBIAT) Muntilan menggunakan dosis perendaman garam dengan 500gram/m3. Kemudian ikan nila direndam selama 5-10 menit dan kemudian ikan nila diangkat dan dimasukan ke kolam sebelumnya. Pemberian garam (NaCl) ini bertujuan untuk membunuh penyakit yang akan atau telah menyerang ikan nila. Berdasarkan pelaksanaan Kerja Praktek akhir (KPA) di Balai Budidaya Ikan Air Tawar (BBIAT) Muntilan dapat disimpulkan bahwa : Teknik Pengendalian Penyakit Parasit Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) antara lain : Berdasarkan pelaksanaan Kerja Praktek akhir (KPA) di Balai Budidaya Ikan Air Tawar (BBIAT) Muntilan dapat disimpulkan: 1. Tahapan identifikasi di Balai Budidaya Ikan Air Tawar (BBIAT) Muntilan meliputi : menyiapkan alat dan bahan, mematikan atau membius ikan, pengamatan gejala klinis, pengambilan organ, pengamatan mikroskop dan prevalensi parasit yang ditemukan 2. Hasil pemeriksaan pada benih ikan nila ditemukan penyakit parasit yang menyerang benih ikan nila di BBIAT Muntilan meliputi Intensitas penyakit parasit yaitu : Trichodina 0.971, Gyrodactylus 0,005, Dactylogirus 0,022. Sedangkan Prevalensi serangan parasit pada ikan nila selama Kerja Praktek Akhir Trichodina 99%, Gyrodactylus 0,2% dan Dactylogirus 0,8% 3. Prosedur pencegahan parasit di Balai Budidaya Ikan Air Tawar (BBIAT) Muntilan Meliputi : a. Persiapan kolam terdiri dari : Pengeringan dilakukan selama 3-5 hari sampai tanah retak-retak, Pengolahan dasar tanah dilakukan dengan cara membalik tanah secara merata. Pengapuran menggunakan kapur tohor atau kapur pertanian dengan dosis 500 gram/m2. Pemupukan menggunakan pupuk kandang dengan dosis 500 gram/m2. b. Manajemen kualitas air terdiri dari : Pengukuran suhu pagi hari sekitar 26-290C sedangkan pada sore hari sekitar 28-310C. Pengukuran pH paling rendah dan tinggi pada pagi hari 6,5 dan 6,9 sedangkan sore hari 6,6 dan 7,1. dan pengukuran DO paling rendah dan tinggi pada pagi hari 6,5 dan 6,9 sedangkan sore hari 6,6 dan 7,1. 4. Tindakan pengobatan parasit meliputi : Perendaman dilakukan pada bak karantina dengan volume 2 x 3 m2 dengan ketinggian air 1 m dengan dosis 500 gram/m3, selama 5-10 menit dengan jumlah ikan 5 ekor. Berdasarkan hasil Kerja praktek Akhir (KPA) di Balai Budidaya Ikan Air Tawar (BBIAT) Muntilan dapat disarankan : Sebaiknya perawatan alat-alat untuk menunjang kegiatan pembenihan di BBIAT Muntilan |
Specific Detail Info | |
Image | |
Back To Previous |