Teknik penanganan limbah cair dengan metode Bacteria Mineral Water (BMW) pada pembekuan udang windu (penaeus monodon) di PT. Alter Trade Indonesia (ATINA), Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur +CD

Collection Location Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Edition
Call Number
ISBN/ISSN
Author(s) Lazuardi Tauhid Riantoro
Subject(s) KIPA
Local Content
Classification NONE
Series Title
GMD CD-ROM
Language Indonesia
Publisher Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Publishing Year 2018
Publishing Place Sidoarjo
Collation
Abstract/Notes Produksi udang di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat, yang diperkirakan rata-rata meningkat 7,4% per tahun. Seiring meningkatnya produksi udang di Indonesia, banyak berdiri pabrik pengolahan udang beku. Semakin banyak pabrik pengolahan udang beku di Indonesia maka hasil limbah dari proses pembekuan juga semakin meningkat.. Limbah udang jika tidak ditangani secara tepat, akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan,
Limbah industri pembekuan udang terdiri dari limbah padat dan limbah cair, tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran yang tinggi, sedangkan limbah padat dapat dimanfaatkan sebagai bahan yang mempunyai nilai ekonomis. Limbah cair industry pembekuan udang mempunyai kandungan BOD, COD, TSS yang tinggi, bila tanpa pengolahan dapat merusak lingukungan.
Saat ini telah ditemukan inovasi baru yaitu teknik penanganan limbah cair pada proses pembekuan udang dengan metode Bacteria Mineral Water yaitu dengan bantuan bakteri pada lumpur aktif. Prinsip metode Bacteria Mineral Water adalah proses aerobik dimana senyawa organik dioksidasi menjadi CO2, H2O, NH4 dan sel biomassa baru.
Maksud Kerja Praktek Akhir ini adalah mengetahui profil, struktur organisasi, sistem ketenagaerjaan serta sarana dan prasarana perusahaan, mengetahui dan mempelajari tahapan proses pembekuan udang windu (Penaeus monodon), mengetahui dan mempelajari tahapan proses penanganan limbah cair dengan metode Bacteria Mineral Water (BMW).
Tujuan pelaksanaan Kerja Praktek Akhir adalah memperoleh data dan informasi profil, struktur organisasi, sistem ketenagaerjaan serta sarana dan prasarana perusahaan, mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan tentang tahapan proses pembekuan udang windu (Penaeus monodon), mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan tentang tahapan proses penanganan limbah cair dengan metode Bacteria Mineral Water (BMW).
Kerja Praktek Akhir (KPA) ini dilaksanakan selama 80 hari, mulai 19 Maret 2018 sampai tanggal 06 Juni 2018. Adapun tempat pelaksanaan Kerja Praktek Akhir (KPA) yaitu di PT. Alter Trade Indonesia (ATINA), Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur.
Udang beku bentuk Peeled Deveined Tail On adalah produk udang beku dimana kepala udang tersebut telah dipotong kepala serta kulit udang dikupas hingga tersisa satu ruas terakhir, ekor udang serta tanpa kotoran/usus
Tahapan proses pembekuan udang windu bentuk PDTO di PT. Alter Trade Indonesia meliputi penerimaan bahan baku, pencucian I, sortasi head on, penimbangan I, potong kepala, pengecekan foreign matter I, metal detecting I, pencucian II, penimbangan II, sortasi head less, pencucian III, pengkupasan kulit dan pembuangan usus, pencucian IV, penimbangan III, pengecekan foreign matter II, penyusunan, pembekuan dengan IQF, penimbangan bullpack, metal detecting II, glazing I, pengemasan dalam bullpack, penimbangan berat kotor bullpack, pengemasan bullpack dalam master carton, penyimpanan dalam cold storage A, penimbangan bersih consumer pack, metal detecting III, glazing II, pengemasan consumer pack, metal detecting IV, pengemasan dalam master carton, penyimpanan dalam cold storage B, metal detecting V dan stuffing.
Sumber limbah cair berasal dari proses produksi, sanitasi higiene, dan perawatan fasilitas produksi. Bakteri lumpur aktif merupakan bakteri pembusuk yang melakukan proses nitrifikasi yang mengubah amoniak menjadi ammonium kemudian mengubahnya menjadi nitrit dan nitrat.
Hal ini sesuai dengan Darjamuni (2003) bahwa nitrifikasi adalah proses pengubahan amonium menjadi nitrat oleh aktivitas enzim nitrogenase yang di miliki oleh bakteri nitrifikasi. Proses nitrifikasi berlangsung melalui dua tahap, yaitu nitritasi dan nitratasi. Nitritasi adalah proses pengubahan amonium menjadi nitrit oleh bakteri nitritasi seperti Nitrosomonas. Sedangkan nitratasi adalah proses pengubahan nitrit menjadi nitrat oleh bakteri nitratasi seperti Nitrobacter.
Selain itu bakteri dapat menguraikan zatorganik (C, N, S, dan P) menjadi senyawa yang menguntungkan lingkungan. Tahapan proses penanganan limbah cair dengan metode Bacteria Mineral Water (BMW) dimulai dari bak sumpit, bak A, bak D, bak B, bak C, bak E, bak F, bak G, bak H, dan bak I.
Pada bak sumpit dilakukan proses penyaringan limbah cair dari limbah padat yang terlarut pada limbah cair. Rata-rata per hari limbah cair yang masuk ke IPAL BMW sebanyak 30-40 m3/hari. bak A, bak D, dan bak B memulai proses penguraian awal zat-zat organic pada air limbah. Bak A, bak D, dan bak B juga berfungsi untuk meningkatkan kadar oksigen pada air limbah. Bak A, bak D, dan bak B terdapat lumpur aktif yang mengandung bakteri yang dapat menguraikan kandungan senyawa-senyawa organic yang berasal dari air limbah proses.
Konsentrasi lumpur pada bak A dan bak D selalu dijaga pada konsentrasi 15-25%, sedangkan bak B dijaga pada konsentrasi 20-30%. Bak A dialiri lumpur aktif sebesar 3m3/jam dari bak C. Bak D dialiri lumpur aktif sebesar 1m3/jam dari bak C. Bak B dialiri lumpur aktif sebesar 32m3/jam dari bak C.
Pada bak B ditambahkan bak reactor di dasar bak B sebagai rumah bakteri sehingga bakteri dapat bekerja dan berkembang biak secara optimal. Di dalam bak reaktor terdapat susunan fertilizer type 2 dan batu apung. Fertilizer type 2 dan batu apung disusun secara selang-seling/bulking.
Bak C merupakan tempat proses pengembalian lumpur aktif ke bak sumpit, bak A, B, dan D sehingga lumpur tidak ikut terbuang keluar. Lumpur yang berat jenisnya lebih besar dari air maka akan turun ke dasar bak C sedangkan air limbah bersih yang masa jenisnya lebih kecil daripada lupur aktif akan naik ke permukaan bak C. Bak distribusi adalah suatu bak yang digunakan untuk mengontrol kecepatan aliran lumpur aktif yang akan dialirkan menuju bak sumpit, bak A, bak B, dan bak D.
Pada bak E masih terdapat sisa-sisa lumpur yang mengalir. Sisa-sisa lumpur akan mengendap di dasar bak E. Bak E akan dikuras setiap 6 bulan sekali untuk membersihkan endapan yang berada di dalam bak E. Bak E tidak diberi aerasi karena apabila diberi aerasi akan membuat lumpur tercampur dan membuat air menjadi keruh. Bak E diberi indicator berupa ikan. Ikan yang berada di bak E yaitu ikan nila dan ikan lele.
Pada bak F terdapat satu keranjang yang berisi batu apung yang diaerasi. Batu apung berfungsi untuk menambah kadar mineral pada air dan menyerap padatan tersuspensi. Hal ini sesuai dengan Silvina (2009) bahwa batu kerikil berguna untuk menguraikan zat organik secara biokimia dalam suasana aerobik. Udara masuk ke dalam rongga media filter secara alamiah. Sedangkan air limbah disebarkan keatas permukaan filter. Lapisan film yang melapisi batu akan mengabsorbsi padatan tersuspensi air limbah. Padatan ini akan dilepaskan sebagai bahan suspensi yang berkoagulasi dan kemudian mengendap.
Pada Bak G dan bak H terdapat penyerapan padatan tersuspensi oleh batu apung dan batu granit, sekaligus terdapat penyu, ikan nila, dan ikan lele sebagai indikator bahwa air sudah bersih. Batu apung dan batu granit diisi pada bak F hingga setinggi 2 meter. Batu apung dan batu granit dapat memberikan kadar mineral pada air. Setiap 6 bulan sekali bak F akan dikuras dan batu apung dan batu granit akan dibersihkan menggunakan sikat agar bersih kembali.
Bak I merupakan bak terakhir dalam sistem pengangan limbah cair di PT. ATINA yang selanjutnya air akan dipompa keluar menuju ke outlet titik pelepasan air limbah (sungai) yang berada di sebelah utara PT. ATINA.
Air limbah yang dikeluarkan oleh PT. ATINA sudah memenuhi syarat baku mutu air limbah sesuai dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 Lampiran I Nomor 21.
Kelebihan penanganan limbah cair dengan metode Bacteria Mineral Water (BMW) antara lain proses pengolahan limbah cair yang menggunakan mikroorganisme yang mampu menguraikan bahan organic yang terkandung pada limbah cair, air limbah dapat memenuhi baku mutu air limbah Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 Lampiran I Nomor 21, senyawa organik yang telah diuraikan oleh lumpur aktif dapat berguna bagi lingkungan.
Kekurangan penanganan limbah cair dengan metode Bacteria Mineral Water (BMW) antara lain Biaya listrik yang cukup besar setiap bulannya karena menggunakan 4 mesin ring blower yang memiliki daya 5 KW dan 7 KW. Selain itu dapat terjadi bulking sludge yang disebabkan oleh kurangnya nutrien pada lumpur aktif.
Kesimpulan dalam pelaksanaan KPA ini antara lain adalah bahan baku yang digunakan merupakan udang organik atau Eco Shrimp yang merupakan sistem budidaya tanpa menggunakan bahan kimiawi dan pakan buatan, terdapat 34 tahapan proses termasuk 5 tahapan metal detecting yang dirasa tidak efisien bagi perusahaan karena selain menambah waktu juga menambah biaya dan tenaga, tahapan proses penanganan limbah cair dengan metode Bacteria Mineral Water (BMW) dimulai dari bak sumpit, bak A, bak D, bak B, bak C, bak E, bak F, bak G, bak H, dan bak I, Rata-rata air limbah yang masuk adalah 30-40 m3/hari dan outlet yang dikeluarkan adalah 30-40 m3/hari.
Terdapat lumpur hitam yang mengapung pada bak C dikarenakan kurangnya nutrisi untuk lumpur, sehingga terdapat bakteri pada lumpur yang mati, biaya operasional proses penanganan limbah cair dengan metode Bacteria Mineral Water (BMW) relative mahal tetapi dapat menghilangan dampak social yang dapat mengganggu aktifitas warga sekitar, menghasilkan effluent limbah cair yang memenuhi standart Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2014 (2014) sehingga air limbah aman dibuang ke perairan sekitar.
Saran dalam pelaksanaan KPA ini antara lain adalah sebaiknya perusahaan melakukan tahapan proses metal detecting hanya pada akhir tahapan proses dan jika dirasa kurang mengantisipasi adanya bahaya serpihan logam, metal detecting dilakukan saat pengemasan bullpack dan saat akan dilakukan ekspor, sebaiknya seluruh bak yang terdapat pada IPAL metode Bacteria Mineral Water (BMW) dikuras dan dibersihkan setiap 6 bulan sekali agar proses pengolahan limbah dapat selalu bekerja efektif, sebaiknya diberi fertilizer 1 dan fertilizer 3 pada bak D dan B agar lumpur kembali sehat dan mendapat nutrisi dari fertilizer 1 dan 3.
Specific Detail Info
Image
  Back To Previous