Teknik produksi Naupli udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di PT Delta Windu Purnama Desa Kalianget Kecamatan Banyuglugur Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur
Collection Location | Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo |
Edition | |
Call Number | |
ISBN/ISSN | |
Author(s) | Luthfi Oktifia Azmi |
Subject(s) | KIPA Local Content |
Classification | NONE |
Series Title | GMD | CD-ROM |
Language | Indonesia |
Publisher | Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo |
Publishing Year | 2018 |
Publishing Place | Sidoarjo |
Collation | |
Abstract/Notes | LUTHFI OKTIFIA AZMI. NIT. 15.3.02.055. Teknik Produksi Naupli Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di PT. Delta Windu Purnama Desa Kalianget, Kecamatan Banyuglugur, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Di Bawah Bimbingan Ir. Moch Zainal Arifin, MP. Selaku Dosen Pembimbing I dan Mohsan Abrori, S.Pi, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing II. Ketersediaan benur yang bermutu merupakan satu faktor penentu keberhasilan budidaya udang di tambak. Pemerintah memproyeksikan pada 2017 produksi benur udang mencapai sekitar 70,06 miliar ekor, masing-masing untuk udang vaname sebanyak 50,35 miliar ekor, udang windu 15,35 miliar ekor, dan udang lainnya mencapai 7,35 miliar ekor (DKP, 2017). Peningkatan kebutuhan benih udang vannamei meningkatkan jumlah hatchery penyedia benih. Hatchery penyedia benur berskala kecil hingga skala besar membutuhkan naupli berkualitas baik untuk menghasilkan benur yang berkualitas baik pula. Oleh karena itu, pengadaan naupli harus ditangani secara baik dan benar menurut kaidah-kaidah yang telah ditetapkan. Maksud dari pelaksanaan Kerja Praktek Akhir ini adalah ikut serta dalam kegiatan produksi naupli udang vannamei di PT. Delta Windu Purnama Desa Kalianget Kecamatan Banyuglugur Kabupaten Situbondo dan mempelajari lebih detail mengenai teknik produksi naupli yang baik. Tujuan dari Kerja Praktek Akhir (KPA) ini adalah (1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengadaan calon induk udang vannamei dan pemilihan calon induk. (2) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang pemijahan induk. (3) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai cara produksi naupli udang vannamei yang baik Kerja Praktek Akhir ini akan dilaksanakan di PT. Delta Windu Purnama Desa Kalianget Kecamatan Banyuglugur Kabupaten Situbondo. Kerja Praktek Akhir ini akan dilaksanakan pada tanggal 18 Maret – 06 Juni 2018. Metode yang digunakan adalah metode magang (Suparmoko, 1991). Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, partisipasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik pengolahan data yang digunakan yaitu editing, tabulating, analisis data teknis dan analisis data ekonomi (Nazir, 1988). langkah dalam persiapan bak calon induk meliputi pengecatan bak, pencucian bak dengan deterjen konsentrasi 5000 ppm dan dibilas lalu dikeringkan, fumigasi KMnO4 sebanyak 200 gr dan Formalin 200 ml, pemasangan aerasi sebanyak 24 titik dengan jarak antar titik aerasi 20 cm. Indukan udang didatangkan dari Hawaii dan USA bersertifikat SPF & SPR dengan Induk berjumlah 660 ekor induk, 330 Induk Betina dan 330 Induk jantan dengan syarat dalam keadaan sehat, terhindar dari virus, panjang >17 cm, berat >35 gram, umur >12 bulan. Penerimaan Induk dilakukan dengan membongkar truk kemudian menurunkan box induk dengan hati-hati. Dipping kantong plastik induk untuk desinfektan dan meminimalisir penyakit dengan PK 200 ppm selama + 30 detik, lalu masukkan ke bak induk untuk dilakukan karantina selama 14 hari. Tujuan dari karantina ini adalah untuk mengidentifikasi pathogen yang terbawa. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan cara penyiponan, pergantian air secara flowtrought selama 14 jam sebanyak 125-150%. pada masa karantina, induk udang diberi pakan pellet Pellet redi-mate, pada saat jam ke-3 pemberian pakan mulai diberi pakan berupa cumi dan cacing laut segar secara bergantian. Pemberian pakan dengan frekuensi 8 kali dengan jumlah 30 % dari biomass induk. Pada proses pemeliharaan induk, induk jantan dan betina dipelihara terpisah. Padat tebar induk jantan 2 ekor/m2 dan padat tebar induk betina 3 ekor/m2. Cara yang di gunakan untuk pematangan gonad dengan teknik ablasi. Ablasi adalah proses pemotongan salah satu bola mata induk betina untuk mempercepat kematangan gonad. Pakan diberikan sebanyak 8 kali sehari yaitu pukul 07.00, 10.00, 13.00, 16.00, 19.00, 22.00, 01.00 dan 04.00 dengan jumlah 30% dari biomass (berat tubuh udang). Pakan yang diberikan adalah cacing laut, cumi-cumi, mussel, artemia dewasa. Untuk menjaga kualitas air, PT. Delta Windu Purnama melakukan sistem sirkulasi dengan melakukan pergantian air dilakukan 2 kali sehari, yaitu pagi sebanyak 100 % dan sore sebanyak 50 % dari volume bak selain itu dilakukan penyiponan untuk pembersihan dasar bak. Dari hasil pengukuran didapat range pH 7,7 – 8,3, salinitas 31 – 32 ppt, suhu 27-28 0C, alkalinitas 121,8 – 158,2 ppm. Monitoring kesehatan induk dilakukan dengan metode mikrobiologi yaitu dengan monitoring jumlah bakteri Lumbact, Green bakteri (Vibrio haerveyi) dan Yellow bakteri (Alginoticus) dengan metode mikrobiologi setiap hari. Dari hasil pengamatan bakteri nyala memiliki jumlah koloni terbanyak pada hari ke 73 Sebanyak 5 cfu yang artinya sudah bahaya. Penanganan yang dilakukan adalah dengan menyiram iodine 0,2 ppm selama 2 hari berturut-turut pada media pemeliharaan. Selama rentang waktu itu, tidak dilakukan pergantian air. Setelah 30 menit kemudian sirkulasi dinyalakan kembali. Induk udang akan mulai matang gonad sekitar 5 – 7 hari setelah proses pengablasian dilakukan. Seleksi induk TKG IV dilakukan pada siang hari pukul 11.30 WIB. Induk betina matang gonad dipindah ke bak induk jantan dengan perbandingan 1:4. Induk akan melakukan proses perkawinan sekitar 4 – 5 jam setelah pencampuran, sehingga dilakukan pengecekan pada pukul 15.30 WIB. Induk yang telah dibuahi diambil dan dipindahkan ke spawning tank dengan kepadatan 5-7 ekor/tank. Proses pencampuran induk dilakukan sampai pukul 18.30 WIB. Pada pukul 19.00 WIB, seluruh induk betina di ambil dari bak pemijahan (bak induk jantan), induk betina yang telah dibuahi dipindah ke spawning tank, sedangkan yang tidak dibuahi dikembalikan ke bak induk betina. Dari hasil sampling matting yang dilakukan tingkat perkawinan udang vaname rata-rata adalah sebesar 66,18 % dari total induk betina yang matang gonad. Proses pelepasan telur berlangsung selama + 7 jam mulai pukul 19.00 WIB – 02.00 WIB, lalu induk dipindahkan ke bak pemeliharaan induk betina. Selanjutnya telur dipanen dan dibersihkan kembali dari kotoran, kemudian dipping telur dengan iodine 5 ppm selama 3 menit. Telur dipindahkan ke teko untuk diendapkan untuk memisahkan antara telur yang bagus dan jelek. Telur yang jelek dibuang, telur yang bagus dipindahkan ke hatching tank. Dari hasil pengamatan diperoleh induk yang melepaskan seluruhnya (spent) rata-rata sebanyak 95,42 % dari jumlah induk yang mating. Perawatan telur dilakukan bertujuan agar telur dapat menetas dengan baik, meliputi pengadukan telur, pengaturan aerasi dan monitoring perkembangan dan penetasan telur. Dari hasil praktek dapat diketahui jumlah telur yang dihasilkan setiap harinya + 693.989.999 butir. Naupli dipindah dari hatching tank ke tank naupli pukul 13:00. Sebelum dilakukan pemindahan, naupli di celupkan larutkan iodine 5 ppm dan dan dibilas dengan air laut. Pemanenan nauplius dilakukan pada sore hari pukul 15:00 WIB ketika nauplius sudah mencapai stadia 2-5 (N2-N5) karena sudah dianggap kuat untuk dipindahkan. Frekuensi penyeseran naupli dilakukan sebanyak 3-4 kali dengan tujuan untuk memaksimalkan hasil panen. Selanjutnya naupli dimasukkan kedalam ember berisi air laut 50 liter dan diberi aerasi. Dari kegiatan KPA produksi naupli dalam satu modul setiap harinya + 310.005.180 ekor. Dengan HR rata – rata 83 %. Dari pengujian sampling dalam 1 gelas 100 ml air berisi ±100.000 naupli. Setiap kantong packing berisi 500.000 naupli. Naupli dimasukkan ke dalam kantong plastik yang sudah berisi air 1,5 liter, kantong diisi oksigen dengan perbandingan air dan oksigen 1 : 2, selanjutnya diikat dengan karet. Kantong naupli dimasukkan kedalam box yang telah diisi es dan siap dikirim. Kesimpulan : Berdasarkan kegiatan Kerja Praktek Akhir (KPA) Teknik Produksi Naupli Udang vannamei yang telah dilaksanakan di PT. Delta Windu Purnama, Situbondo, Jawa Timur, dapat disimpulkan bahwa : 1. Pemeliharaan induk di PT. Delta Windu Purnama sudah baik dibuktikan dengan induk dapat matang gonad, siap dipijahkan, dan menghasilkan telur dengan baik. 2. Dari hasil pengamatan jumlah induk betina yang mengalami TKG IV selama 63 hari sebanyak 4.105 ekor. Setiap induk dapat mencapai TKG IV sebanyak 12 kali/induk selepas di ablasi selama kurun waktu 2 bulan. Hal ini sesuai dengan SNI 7311 (2006) bahwa setiap induk mencapai TKG IV sebanyak 7 kali/induk selepas di ablasi selama kurun waktu 2-3 bulan. Dapat disimpulkan bahwa induk udang di PT. Delta Windu Purnama sangat baik dapat mencapai TKG IV melebihi SNI dikarenakan pemberian nutrisi pakan yang cukup dan kualitas pemijahan bagus. 3. Dari hasil sampling matting yang dilakukan selama praktek diketahui bahwa udang vanname matting sebanyak 2.830 ekor selama 63 hari dari jumlah induk 4.105 ekor yang matang gonad. Keberhasilan induk udang memijah dengan prosentase 70%. 4. Dari jumlah induk udang melepaskan telur sebanyak 2.699 induk, dengan jumlah telur sebanyak 693.989.999 butir. 5. Dari Jumlah naupli N1-N5 yang dipanen sejumlah 326.870.000 ekor terdiri dari naupli grade A sejumlah 310.005.180 ekor dengan SR 95% dan naupli grade B sejumlah 16.864.820 ekor dengan SR 5%. 6. Naupli grade A dipasarkan ke Lamongan, Banyuwangi, Bali, Batam, Sumbawa dan Lombok dan naupli gradeB dibuang ke laut. 6.2. Saran Saran yang bisa diberikan untuk PT. Delta Windu Purnama Situbondo adalah : 1. Pemberian pakan yang baik sesuai dengan kebutuhan nutrisi induk dapat mempertahankan mutu induk udang vananmei. 2. Memproduksi naupli menggunakan induk udang nusantara (induk udang lokal) untuk efisiensi biaya modal induk. 3. Lebih memperhatikan pemberian pakan pada induk udang jantan karena sangat berpengaruh pada kualitas sperma induk jantan yang dihasilkan. |
Specific Detail Info | |
Image | |
Back To Previous |