Teknik pembesaran udang vannamei (Litopenaeus vannamei) secara intensif di PT Bumi Subur IV Desa Peleyan Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur
Collection Location | Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo |
Edition | |
Call Number | |
ISBN/ISSN | |
Author(s) | Eko Wahyu Alam Sampurno |
Subject(s) | KIPA Local Content |
Classification | NONE |
Series Title | GMD | CD-ROM |
Language | Indonesia |
Publisher | Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo |
Publishing Year | 2018 |
Publishing Place | Sidoarjo |
Collation | |
Abstract/Notes | Menurut Ditjen Perikanan Budidaya (2014), produksi perikanan budidaya ke depan optimis meningkat dengan kenaikan pencapaian target produksi sebesar 35 %. Sehubungan dengan hal tersebut, dilepas varietas baru yaitu udang vannamei yang diyakini bisa meningkatkan gairah pertambakan udang menjadi prospektif kembali, Kordi dan Ghufran (2007). Udang vannamei (litopenaeus vannamei) merupakan salah satu jenis udang introduksi yang akhir-akhir ini banyak diminati, karena memiliki keunggulan seperti tahan penyakit, pertumbuhannya cepat (masa pemeliharaan 100 – 110 hari), sintasan selama pemeliharaan tinggi dan nilai konversi pakan (FCR-nya) rendah (1 : 1,3) (Jurnal KKP, 2013). Adapun tujuan yang ingin diperoleh pada pelaksanaan Kerja Praktek Akhir (KPA) ini adalah Menambah pengetahuan dan keterampilan tentang budidaya udang vannamei, Memperoleh data dan informasi teknis dan ekonomis budidaya udang vannamei, Melakukan analisa teknis budidaya udang vannamei dan Melakukan analisa kelayakan usaha budidaya udang vannamei di PT. Bumi Subur 4 desa Peleyan kecamatan Panarukan kabupaten Situbondo provinsi Jawa Timur. Kerja Praktek Akhir (KPA) dilaksanakan di PT. Bumi Subur 4 Desa Peleyan Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur yang telah dilaksankan pada tanggal 19 Maret sampai 6 Juni 2018. Proses awal dari siklus budidaya udang vannamei di PT. Bumi Subur 4 dimulai dengan pengeringan lahan selama 3 - 4 minggu. Pengeringan tambak bertujuan untuk mengoksidasi senyawa tereduksi seperti amonia, H2S, nitrit, dan lain-lain yang mempunyai sifat toksin, serta membunuh hama yang masih berupa telur dan larva. Perbaikan konstruksi meliputi perbaikan dinding dan dasar tambak, tujuannya adalah meminimalisir akan kebocoran/rembesan air selama proses budidaya berlangsung. Serta dilakukan perbaikan jembatan anco, pintu Inlet dan Oulet dan perbaikan kincir. Pengisian air dilakukan pada saat pasang air laut, petakan diisi air dengan ketinggian 100 cm. Air di petakan dilakukan sterilisasi menggunakan kaporit 30 ppm dan Cuprisulfat (CuSO4) 2 ppm. Pada saat sterilisasi kincir dihidupkan, setelah semua bahan sterilisasi masuk Kemudian dibiarkan selama 3 - 5 hari sebelum penebaran benur. Penebaran benur dilakukan pada pagi, sore atau malam hari. Benur yang ditebar berasal dari Hatchery PT. CPB Situbondo dan merupakan benur F1 yang bersertifikat SPF yang telah lulus uji PCR dan uji kesehatan benur. jumlah tebar benur 473.000 ekor untuk luasan tambak 4.300 m2 dengan kepadatan 110/m2. Sebelum benur ditebar dilakukan aklimatisasi suhu ± 15 menit sampai terjadi pengembunan didalam kantong. Setelah itu dilakukan aklimatisasi salinitas ± 15 menit dengan cara menuangkan air tambak kedalam kantong, kemudian benur dilepas secara perlahan-lahan. Jenis pakan yaitu pakan buatan dengan kandungan protein 35 – 38 %. Program pakan yaitu dengan teknik blind feeding pada awal tebar sampai umur 30 hari sedangkan control anco pada saat umur 15 hari sampai panen. Frekuensi pemberian pakan diberikan 3 x sehari pada umur 1 hari, 2 – 25 hari 4 x sehari. Cara pemberian pakan ditebar secara merata denganmengelilingi petakan. Anco yang ada di tambak berjumlah 8. Pakan di simpan digudang menggunakan kayu yang disusun ukuran 8 m x 5 m dengan tinggi 10 cm, yang bertujuan agar pakan tidak lembab dan agar pakan tidak jamuran. Rata-rata Parameter kualitas air tambak perminggu petak A18 yaitu pH 7,7 – 8,3, Salinitas 27 – 28 ppt, kecerahan 25 – 40 cm. pengendalian Kualiatas air dilakukan dengan pengapuran, pembungan lumpur dan Aplikasi probiotik. pada umur 20 keatas dilakukan pembuangan kotoran melalui central drain yang dilakukan dengan cara penyiponan, serta pemberian probiotik yaitu Super NB yang dicampur molase. Monitoring pertumbuhan bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan udang, kesehatan udang dan lingkungannya. Sampling pertama dilakukan pada saat umur 41 hari dan masih menggunakan sampling di anco. Waktu umur >60 hari sampling dilakukan menggunakan jala. Sampling dilakukan 1 minggu sekali, dan dilakukan pagi atau sore hari. Hama yang telah ditemukan di PT. Bumi Subur 4 adalah seperti kepiting, ikan-ikan kecil dan biawak. Hama-hama ini bersifat perusak dan penyaing dalam mengambil CO2 maupun pakan. Pengendaliannya dengan cara crustacid 2 ppm dan memasang waring saat pengisisan air. Penyakit yang menyerang pada saat KPA yaitu White Feses Desease (WFD), White Spot Syndome Virus (WSSV) dan Infectious Myonecrosis Virus (IMNV). Penyakit udang yang disebabkan oleh kualitas air yang menurun. Namun berdasarkan diskusi dilapangan, timbulnya penyakit berak putih ini dikarenakan tingginya kandungan bahan organik pada dasar tambak serta fluktuasi pH yang tidak stabil. Panen dilakukan pada umur 92 hari (panen total), waktu pemanenan dilakukan pada pagi hari. Cara panen dengan cara membuang air melalui outlet. Penangkapan dilakukan dengan memasang jaring kondom pada pintu outlet, sehingga udang yang keluar akan tertampung pada jaring. Hasil panen yang diperoleh sebanyak 9.882 kg dengan size 40,9 ekor/kg, serta SR yaitu 97%. Pakan yang dihabiskan dalam pemeliharaan 14.239 kg dan FCRnya 1,29. Selanjutnya udang dibawa ke tempat sortir, kemudian dilakukan pencucian dan dilakukan sortir untuk memisahkan udang yang fresh, molting dan under size, setelah disortir udang ditimbang dan yang terakhir disimpan pada box yang berisi es. Biaya pengeluaran selama 1 siklus yaitu sebesar Rp. 331.546.000,-. Pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 768.390.000,- per siklus. R/C ratio yaitu 2,31. Saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut : Perlu adanya penerapan biosecurity yang dapat menunjang keberhasilan proses budidaya di unit usaha. Perlu adanya laboratorium untuk monitoring kualitas air di unit usaha, karena kualitas air sangat penting dalam proses budidaya. Perlu adanya tandon untuk treatmen air sebelum dialirkan ke petakan pembesaran udang vannamei. Menurut Ditjen Perikanan Budidaya (2014), produksi perikanan budidaya ke depan optimis meningkat dengan kenaikan pencapaian target produksi sebesar 35 %. Sehubungan dengan hal tersebut, dilepas varietas baru yaitu udang vannamei yang diyakini bisa meningkatkan gairah pertambakan udang menjadi prospektif kembali, Kordi dan Ghufran (2007). Udang vannamei (litopenaeus vannamei) merupakan salah satu jenis udang introduksi yang akhir-akhir ini banyak diminati, karena memiliki keunggulan seperti tahan penyakit, pertumbuhannya cepat (masa pemeliharaan 100 – 110 hari), sintasan selama pemeliharaan tinggi dan nilai konversi pakan (FCR-nya) rendah (1 : 1,3) (Jurnal KKP, 2013). Adapun tujuan yang ingin diperoleh pada pelaksanaan Kerja Praktek Akhir (KPA) ini adalah Menambah pengetahuan dan keterampilan tentang budidaya udang vannamei, Memperoleh data dan informasi teknis dan ekonomis budidaya udang vannamei, Melakukan analisa teknis budidaya udang vannamei dan Melakukan analisa kelayakan usaha budidaya udang vannamei di PT. Bumi Subur 4 desa Peleyan kecamatan Panarukan kabupaten Situbondo provinsi Jawa Timur. Kerja Praktek Akhir (KPA) dilaksanakan di PT. Bumi Subur 4 Desa Peleyan Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur yang telah dilaksankan pada tanggal 19 Maret sampai 6 Juni 2018. Proses awal dari siklus budidaya udang vannamei di PT. Bumi Subur 4 dimulai dengan pengeringan lahan selama 3 - 4 minggu. Pengeringan tambak bertujuan untuk mengoksidasi senyawa tereduksi seperti amonia, H2S, nitrit, dan lain-lain yang mempunyai sifat toksin, serta membunuh hama yang masih berupa telur dan larva. Perbaikan konstruksi meliputi perbaikan dinding dan dasar tambak, tujuannya adalah meminimalisir akan kebocoran/rembesan air selama proses budidaya berlangsung. Serta dilakukan perbaikan jembatan anco, pintu Inlet dan Oulet dan perbaikan kincir. Pengisian air dilakukan pada saat pasang air laut, petakan diisi air dengan ketinggian 100 cm. Air di petakan dilakukan sterilisasi menggunakan kaporit 30 ppm dan Cuprisulfat (CuSO4) 2 ppm. Pada saat sterilisasi kincir dihidupkan, setelah semua bahan sterilisasi masuk Kemudian dibiarkan selama 3 - 5 hari sebelum penebaran benur. Penebaran benur dilakukan pada pagi, sore atau malam hari. Benur yang ditebar berasal dari Hatchery PT. CPB Situbondo dan merupakan benur F1 yang bersertifikat SPF yang telah lulus uji PCR dan uji kesehatan benur. jumlah tebar benur 473.000 ekor untuk luasan tambak 4.300 m2 dengan kepadatan 110/m2. Sebelum benur ditebar dilakukan aklimatisasi suhu ± 15 menit sampai terjadi pengembunan didalam kantong. Setelah itu dilakukan aklimatisasi salinitas ± 15 menit dengan cara menuangkan air tambak kedalam kantong, kemudian benur dilepas secara perlahan-lahan. Jenis pakan yaitu pakan buatan dengan kandungan protein 35 – 38 %. Program pakan yaitu dengan teknik blind feeding pada awal tebar sampai umur 30 hari sedangkan control anco pada saat umur 15 hari sampai panen. Frekuensi pemberian pakan diberikan 3 x sehari pada umur 1 hari, 2 – 25 hari 4 x sehari. Cara pemberian pakan ditebar secara merata denganmengelilingi petakan. Anco yang ada di tambak berjumlah 8. Pakan di simpan digudang menggunakan kayu yang disusun ukuran 8 m x 5 m dengan tinggi 10 cm, yang bertujuan agar pakan tidak lembab dan agar pakan tidak jamuran. Rata-rata Parameter kualitas air tambak perminggu petak A18 yaitu pH 7,7 – 8,3, Salinitas 27 – 28 ppt, kecerahan 25 – 40 cm. pengendalian Kualiatas air dilakukan dengan pengapuran, pembungan lumpur dan Aplikasi probiotik. pada umur 20 keatas dilakukan pembuangan kotoran melalui central drain yang dilakukan dengan cara penyiponan, serta pemberian probiotik yaitu Super NB yang dicampur molase. Monitoring pertumbuhan bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan udang, kesehatan udang dan lingkungannya. Sampling pertama dilakukan pada saat umur 41 hari dan masih menggunakan sampling di anco. Waktu umur >60 hari sampling dilakukan menggunakan jala. Sampling dilakukan 1 minggu sekali, dan dilakukan pagi atau sore hari. Hama yang telah ditemukan di PT. Bumi Subur 4 adalah seperti kepiting, ikan-ikan kecil dan biawak. Hama-hama ini bersifat perusak dan penyaing dalam mengambil CO2 maupun pakan. Pengendaliannya dengan cara crustacid 2 ppm dan memasang waring saat pengisisan air. Penyakit yang menyerang pada saat KPA yaitu White Feses Desease (WFD), White Spot Syndome Virus (WSSV) dan Infectious Myonecrosis Virus (IMNV). Penyakit udang yang disebabkan oleh kualitas air yang menurun. Namun berdasarkan diskusi dilapangan, timbulnya penyakit berak putih ini dikarenakan tingginya kandungan bahan organik pada dasar tambak serta fluktuasi pH yang tidak stabil. Panen dilakukan pada umur 92 hari (panen total), waktu pemanenan dilakukan pada pagi hari. Cara panen dengan cara membuang air melalui outlet. Penangkapan dilakukan dengan memasang jaring kondom pada pintu outlet, sehingga udang yang keluar akan tertampung pada jaring. Hasil panen yang diperoleh sebanyak 9.882 kg dengan size 40,9 ekor/kg, serta SR yaitu 97%. Pakan yang dihabiskan dalam pemeliharaan 14.239 kg dan FCRnya 1,29. Selanjutnya udang dibawa ke tempat sortir, kemudian dilakukan pencucian dan dilakukan sortir untuk memisahkan udang yang fresh, molting dan under size, setelah disortir udang ditimbang dan yang terakhir disimpan pada box yang berisi es. Biaya pengeluaran selama 1 siklus yaitu sebesar Rp. 331.546.000,-. Pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 768.390.000,- per siklus. R/C ratio yaitu 2,31. Saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut : Perlu adanya penerapan biosecurity yang dapat menunjang keberhasilan proses budidaya di unit usaha. Perlu adanya laboratorium untuk monitoring kualitas air di unit usaha, karena kualitas air sangat penting dalam proses budidaya. Perlu adanya tandon untuk treatmen air sebelum dialirkan ke petakan pembesaran udang vannamei. |
Specific Detail Info | |
Image | |
Back To Previous |