Teknik pembenihan ikan gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Budidaya Ikan Air Tawar (BBIAT) Desa Muntilan Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah

Collection Location Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Edition
Call Number
ISBN/ISSN
Author(s) Dewi Novita Sari
Subject(s) KIPA
Local Content
Classification NONE
Series Title
GMD CD-ROM
Language Indonesia
Publisher Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Publishing Year 2018
Publishing Place Sidoarjo
Collation
Abstract/Notes DEWI NOVITA SARI.15.3.02.045. Teknik Pembenihan Ikan Gurami (Oshpronemus gouramy) di Balai Budidaya Air Tawar (BBIAT) Muntilan Provinsi Jawa Tengah di bawah bimbingan Bapak Ir. Moh Zainal Arifin, MP Selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Ir. Teguh harijono, MP Selaku Dosen Pembimbing II.
________________________________________
Ikan gurami sangat potensial dibudidayakan di Indonesia. Banyak faktor yang menjadikan prospek budidaya gurami menjadi sangat menjanjikan. Faktor pendukung tersebut diantaranya adalah lahan untuk budidaya gurami masih sangat banyak tersedia, benih dan pakannya mudah didapat, serta data tentang cara budidayanya cukup memadai (Agromedia, 2007).
Produksi ikan gurami secara nasional meningkat sebesar 103,16% dari tahun 2006 ke tahun 2010, dengan rincian produksi sebanyak 27.235 ton (2006), 31.819 ton (2007), 33.737 (2008), 42.572 (2009), serta 55.331 ton (2010). Selanjutnya, data tersebut dirinci dari produksi lima provinsi penghasil gurami tersebar di Indonesia pada tahun 2010, yaitu Jawa Barat (12.970 ton/tahun; 27,80%), Sumatera Barat (10.660 ton/tahun; 22,85%), Jawa Timur (9.525 ton/tahun; 20,41%), Jawa Tengah (7.475 ton/tahun; 16,02%), dan DI Yogyakarta (6.031 ton/tahun; 12,93%) (KKP,2011).
KPA dilaksanakan di Balai Budidaya Ikan Air Tawar (BBIAT) Muntilan di Desa Muntilan, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Dilaksanakan pada tanggal 19 Maret sampai 6 Juni 2018.
Namun demikian, peningkatan produksi ini tetap tidak dapat memenuhi permintaan pasar. Sebagai contoh permintaan ikan gurami di Jakarta berkisar 10-15 ton/hari, sementara didaerah Parung (Bogor) hanya bisa memasok sekitar 2-3 ton/ hari (Agromedia, 2007). Kondisi kekurangan pasokan gurami tersebut juga terjadi di wilayah lainnya.
Maksud dari Praktek Kerja Akhir ini adalah untuk mengikuti semua kegiatan pembenihan ikan gurami di Balai Budidaya Ikan Air Tawar (BBIAT) Desa Muntilan, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.
Tujuan KPA sendiri adalah ntuk mempelajari teknis atau cara pembenihan ikan gurami (Osphronemus gouramy) yang baik dan benar mulai dari pemeliharaan induk, pemijahan, pemanenan telur, penetasan telur, pemeliharaan larva, pendederan, serta panen dan pasca panen di Balai Budidaya Ikan Air Tawar (BBIAT) Muntilan. Selanjutnya juga untuk mengetahui hasil produksi, jumlah dan kualitas benih ikan gurami (Osphronemus gouramy) yang dihasilkan oleh Balai Budidaya Ikan Air Tawar (BBIAT) Muntilan.
Pengelolaan induk yang pertama ialah persiapan media. Memperbaiki kolam dari kebocoran sangatlah penting dilakukan pertama kali. Selanjutnya pengeringan kolam dilakukan selama ±2-3 hari. Pembersihan kolam dari sampah dan kerang-kerang dilakukan secara manual. Pengolahan tanah seperti mengangkat lumpur yang terlalu tebal dan pembuatan kemalir agar memudahkan dalam pemanenan. Setelah pengolahan tanah selesai selanjutnya ialah pengapuran dengan kapur tohor dengan dosis 50 gr/m².Pengisian air dilakukan ketika semua persiapan telah selesai. Kolam diisi setinggi ±80 cm.Cara seleksi calon induk dengan menangkap induk dan dilakukan pemilihan umur, berat, kesehatan ikan dan pertumbuhannya. Penebaran calon induk ikan gurami dipisah antara induk jantan dan betina, induk ditebar satu per satu agar tidak merusak induk. Semua pekerjaan dilakukan secara hati-hati. Pakan yang digunakan adalah pakan pellet dan pakan daun sente. Pakan pellet diberikan sehari dua kali dengan estimasi pakan per hari ialah 1,5 kg. Untuk daun sente diberikan 2 kali dalam seminggu dengan memperhatikan ketersediaan pakan. Air dalam kolam mengalir terus menerus dalam debit yang kecil agar keadaan kolam tetap tenang. Rata-rata DO kolam ialah 3,25 ppm, pH ialah 7,35 dan suhu ialah 25,5. Hama yang diketemukan ialah ikan seribu, katak dan ular dan cara penanggulangannya dengan ditangkap. Sedangkan terdapat induk yang terjangkit Argulus, penanganannya dengan direndam dalam larutan garam dengan dosis 5 gram/liter. Pencegahan induk terhadap penyakit4 yaitu dengan penyuntikan klorofil dan pemberian pil omega 3.
Untuk persiapan media pemijahan yang harus dilakukan pertama ialah dengan pengangkatan lumpur agar tidak terlalu tebal, kemudian pengeringan yang dilakukan selama 2 – 3 hari. Kapur yang digunakan ialah kapur tohor dengan dosis 50 gram/m². Pemasangan sosog sebagai tempat sarang induk gurami, kemudian pemasangan anjang-anjang sebagai tempat ijuk dan air diisi sekitar ketinggian 80 cm. Induk ditangkap dan diseleksi untuk diamati kematangan induk dengan memperhatikan bentuk tubuh, umur serta berat. Induk yang diseleksi berjumlah 72 jant4an dan 144 betina. Induk ditebar dalam kolam pemijahan yang terdapat 3 unit, per unit memiliki 24 petak pemijahan dan dalam 1 petak pemijahan terdapat 1 induk jantan dan 2 induk betina. Pemijahan dimulai setelah ±3 minggu induk ditebar dan selanjutnya induk memijah setiap minggunya dengan pemijahan setiap induk yang berbeda.
Cara panen telur masih sangat manual yaitu dengan mengecek satu per satu petakan pemijahan. Ciri-ciri induk sudah bertelur ialah sarang dalam sosog sudah tertutup dan terdapat minyak disekitaran sarang. Pemanenan telur dilakukan seminggu dua kali yaitu pada hari Senin dan Kamis. Selama melakukan KPA panen telur dilakukan sebanyak 18 kali dan diperoleh 41 sarang dengan jumlah telur 79.049.
Penetasan telur dilakukan dalam baskom plastik yang sebelumnya sudah dibersihkan dan diisi air sebanyak 30 liter air. Air diendapkan selama 24 jam. Setelah telur sudah dihitung dan dipisahkan dengan sarangnya maka telur dibiarkan dalam baskom plastik tersebut selama 36 – 48 jam agar telur dapat menetas sempurna. Telur dalam wadah baskom diberi aerasi dengan kekuatan sedang agar telur tidak rusak. Jika ada minyak berlebih dalam baskom dapat dikurangi dengan koran maupun kertas.
Baskom yang digunakan dalam pemeliharaan larva masih sama dengan baskom penetasan telur. Selama menjadi larva, larva tidak perlu diberi makan karena larva masih memiliki cadangan makanan perutnya. Larva gurami tidak diberi makan selama 7 – 10 hari. Cara menjaga kualitas air tersebut dengan menyipon setiap pagi kotoran dalam dasar baskom, dan juga selalu mengambil larva yang mati agar tidak terserang jamur. Parameter kualitas air dicek setiap hari dan didapat rentang suhu 26,8°C – 33,2°C. Sedangkan pH terendah adalah 7 dan tertinggi ialah 7,9, DO 2,9 – 3,8 ppm. Hama maupun penyakit pada larva tidak diketemukan
Pendederan I dipelihara dalam wadah bak fiber. Persiapan media yang pertama adalah penyikatan bak fiber. Setelah bak fiber disikat hingga bersih kemudian dikeringkan selama ±24 jam. Pemasangan outlet dilakukan sebelum air diisi setinggi ±30 cm. Bak diberi aerasi, 2 buah genteng, beberapa helai daun pisang yang kering dan juga daun ketapang yang kering. Cara menebar benih ke bak fiber dari baskom plastik yang pertama kurangi air yang ada pada baskom plastik agar mudah pada saat membawanya. Apung-apungkan baskom plastik sebelum benih ditebar gunanya untuk aklimatisasi suhu. Campur sedikit demi sedikit air kedalam baskom plastik. Padat tebar adalah 100 ekor/m3. Pemeliharaan benih dalam bak fiber selama ±14 – 25 hari. Pakan benih pendederan I ialah cacing sutra yang diberikan 2 kali dalam sehari dengan dosis adlibitum . Cacing sutra diberikan pada piring yang sudah disediakan pada bak fiber. Pengelolaan kualitas airnya hanya dengan membuang benih yang mati agar kualitas air tetap terjaga. Hama penyakit pada pendederan I tidak diketemukan.
Untuk pendederan II, persiapan pertama ialah pengeringan kolam selama 2 sampai 3 hari. Setelah pengeringan selesai pengolahan tanah dilakukan dilakukan dengan mengurangi ketebalan lumpur dan membuat kemalir pada kolam. Pengapuran diberikan dengan dosis 50 gr/m². Pemupukan diberikan dengan dosis 500 gr/m². Probiotik diberikan dan dilarutkan dalam air sebanyak 500 ml/kolam. Pengisian air diberikan setinggi ±40 cm. Penebaran pendederan II dari bak fiber ke kolam. Cara penebaran dengan menyeser benih dari bak fiber, ditampung dalam ember plastik agar mudah dalam pembawaannya. Ember dibawa ke kolam dan diapung-apungkan ke kolam, diberi sedikit demi sedikit agar benih dapat beradaptasi dengan keadaan kolam. Ember dimiringkan agar benih dapat keluar dengan sendirinya. Pakan yang diberikan pada pendederan II, jenis pakan yang diberikan ialah pakan pellet yang digiling dan berupa serbuk. Perkiraan dosis pakan yang diberikan ialah 20%, karena pemberiannya ialah dengan adlibitum. Pipa inlet dimasukkan dengan debit yang kecil agar keadaan kolam tetap tenang. Hama yang ada pada pendederan II ialah ikan seribu dan penanganannya ialah dengan ditangkap secara manual, akan tetapi jika jumlah ikan seribu hanya sedikit maka dibiarkan saja, karena ikan seribu keadaannya tidak terlalu mengganggu. Penyakit yang menyerang ialah trichodina sp, cara penangannya biasanya dibuang akan tetapi jika dalam jumlah banyak biasanya diobati menggunakan larutan garam dengan dosis 5gram/liter.
Panen disana dilakukan 2 kali yaitu panen parsial dan panen total, panen parsial dilakukan ketika ada permintaan dari konsumen. Biasanya permintaan benih berukuran 3 – 7 cm. Pengangkutan dari panen ke penampungan panen menggunakan drum yang diberi daunan, isi air 1/3 bagian dan oksigen 2/3 bagian.
Kesimpulannya ialah :
1a. Jumlah induk jantan 118 ekor dan induk betina sejumlah 140 ekor. Rata – rata berat induk jantan 2,7 kg dan berat induk betina 2,9 kg.
b. Pemijahan ikan gurami secara alami, dengan perbandingan 1 : 2 cukup baik dikarenakan dari 72 induk, 41 induk yang memijah daripada ±3 bulan, yang artinya 56,94% yang memijah.
c. Pada petak B9 (23), menghasilkan telur sejumlah 4.914 butir, sedangkan total yang mati ada 220, jadi HR yang didapat adalah 95%.
d. Pakan induk menggunakan pellet, pendederan I menggunakan cacing sutra dan pendederan III menggunakan pakan pellet giling.
e. Suhu pada pembenihan gurami berkisar 23 – 34, sedangkan pH berkisar 6,8 – 8,3, dan DO berkisar 2,4 – 3,8 ppm. Penyiponan pada saat larva dilakukan setiap hari.
2a. Didapatkan juga SR sebesar 94%. Dari 4.694 larva yang hidup 4.407 larva.
b. Hama yang ada ditangkap dan dibuang. Sedangkan penanganan penyakit dengan diberi larutan garam.
c. Pendederan sudah baik dibuktikan dengan benih yang dipelihara sehat, pengelolaan pakan yang baik. Didapatkan SR pendederan I yaitu 99%, dari 4.407 ekor benih yang hidup 4.344.
d. Lama pemeliharaan larva adalah 7 – 10 hari, sedangakan pendederan I selama 14 – 25 hari menghasilkan 1 – 2 cm benih, pendederan II selama 2 bulan menghasilkan benih sepanjang 3 – 5 cm.
Specific Detail Info
Image
  Back To Previous