Standar Mutu Proses Pengolahan Udang Windu (Pannaeus monodon) Berbasis eco shrimp di PT. Alter Trade Indonesia Sidoarjo Jawa Timur
Collection Location | Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo |
Edition | |
Call Number | |
ISBN/ISSN | |
Author(s) | Aslinda |
Subject(s) | Udang Windu KIPA Local Content Prodi TPPP |
Classification | 0351/IX/2019/K |
Series Title | GMD | CD-ROM |
Language | Indonesia |
Publisher | Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo |
Publishing Year | 2019 |
Publishing Place | Sidoarjo |
Collation | |
Abstract/Notes | Udang merupakan salah satu primadona ekspor perikanan Indonesia, yang telah memberikan pemasukan devisa yang cukup besar salah satunya udang windu bagi negara. Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor udang terpenting didunia disamping Cina, Thailand, India,Vietnam dan beberapa negara di Amerika Latin (Rangkuti, 2007), akan tetapi beberapa hal yang menyebabkan budidaya udang windu menjadi tidak maksimal adalah keterbatasan teknologi dan pengetahuan para pelaku usaha budidaya udang. Keterbatasan inilah yang menyebabkan para petani udang tidak dapat meningkatkan hasil produksinya, kemungkinan lain yang menjadi penghambat para petani udang adalah: Tingkat hidup udang di tambak sangat rendah karena kerusakan lahan dan pencemaran, serangan hama yang dapat membuat kematian pada udang dan pemeliharaan yang tidak dilakukan dengan inisiatif sehingga pertumbuhan udang menjadi lambat. Maksud dari kerja praktek akhir ini adalah Mengamati dan mempelajari Standar Mutu Eco Shrimp, sedangkan tujuannya yaitu memperoleh pengetahuan dan keterampilan tentang standar mutu bahan baku eco shrimp. Kerja Praktek Akhir (KPA) telah dilaksanakan mulai tanggal 4 Maret 2019 sampai 24 Mei 2019 di PT. Alter Trade Indonesia Sidoarjo, Jawa Timur. Dengan metode yang digunakan yaitu metode survey dan magang. teknik pengumpulan data yang digunakan observasi, wawancara, teknik pengolahan data yaitu Editing, analizing dan tabulating, sumber data menggunakan data primer dan sekunder, jenis data menggunakan kuantitatif dan kualitatif. Mutu organoleptik udang windu yang diterima rata-rata 8, nilai standar minimal 7. Mutu organoleptic dibagi menjadi beberapa grade untuk melihat kualitas dari udang tersebut yaitu Grade A udang segar, bau spesifik, tidak (shoft shell, broken shell, keropos, berlumut dan black spot), Grade B yaitu kaki renang tidak sampai ruas terakhir, shoft shell, dan black spot, Grade C yaitu udang berkerak, berlumut, terdapat rongga diantara kepala dan ruas tubuh dan untuk yang reject daging berwarna biru, daging merah mati ditambak, bau busuk dan white spot. Standar mutu untuk bahan baku udang juga dilihat dari kandungan antibiotik yang terdapat pada bahan baku tersebut, bahan baku di PT. Alter Trade Indonesia tidak boleh mengandung antibiotik sedikit pun dimana antibiotik itu akan sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sebelum bahan baku diproses lebih lanjut untuk memastikan bahan baku aman tidaknya dari antibiotik dilakukan pengujian antibiotik diantaranya amoz (amino morpholinomethyl oxozolidone , aoz (amino oxozolidone ) dan chloramphenicol. Standar mutu pengolahan eco shrimp meliputi beberapa aspek diantaranya yaitu sistem penanganan bahan baku, standar sarana dan prasarana bahan baku, perekrutan supplier, system panen, persyaratan budidaya eco shrimp, ketersediaan bahan baku. Bahan baku yang digunakan pada proses pembekuan udang di PT Atina adalah berupa udang windu / black tiger segar, udang tersebut diperoleh dari petani tambak yang sudah terdaftar sebagai anggota untuk panen di PT. Atina, petani tambak berasal dari 3 daerah yaitu Gersik, Sulawesi dan Sidoarjo. Dari pihak PT. Atina sendiri sudah menentukan standar untuk bahan baku yaitu bebas dari bahan kimia antibiotik. Uji organoleptik/tes rasa ini dilakukan bagian QC dan pihak verivikator yang terdiri dari 3-5 orang di tambak lansung dan bagian penerimaan bahan baku. Udang yang lolos adalah udang yang mempunyai nilai minimal 7. Pengambilan sampel untuk tes rasa dengan cara ragah, prayang dan tidak lebih dari 24 jam dari waktu pengambilan tes rasa dan pengambilan tes rasa dilakukan dari tambak yang sudah melakukan pendaftaran order panen. Udang yang lolos organoleprik yaitu segar, tidak cacat, tidak berbau busuk. Sesuai dengan Suryanto (2009) bahwa persyaratan udang beku yaitu warna kulit udang gelap kehijauan atau kecoklatan, dengan garis-garis hitam dan putih yang jelas. Sistem penanganan di PT. Atina sendiri dengan cara udang yang sudah di panen lansung dilakukan penimbangan kemudian dimasukkan kedalam box fiber yang sudah diisi es. Tambak yang digunakan sudah sesuai dengan kesepakatan antara petani tambak dengan pihak Atina, sebelum tambak digunakan, harus dicek terlebih dahulu kondisinya agar pada saat pengisian air dan tebar benur tidak terjadi masalah yang menghambat proses budidaya udang. Sistem pengadaan bahan yang digunakan berasal dari udang air tawar/tambak yaitu black tiger (Penaeus monodon), yang diperoleh dari tambak udang tradisional seperti Sidoarjo, Gresik, dan Sulawesi. Bahan baku tersebut diangkut ke pabrik menggunakan box fiber dan selama perjalanan suhu tampungan (udang dalam box) dipertahankan ≤ 20C dengan dilakukan penambahan es. Perekrutan supplier Pihak ATJ mendirikan Perusahaan yang dikenal dengan PT. Alter Trade Indonesia, para petani tambak yang akan menjadi anggota penyuplai bahan baku di PT. Atina tersebut dengan berbagai persyaratan yang telah dibuat oleh pihak Atina untuk para petani tambak dalam arti untuk perekrutan supplier para petani harus memenuhi persyaratan atau kesepakatan yang telah dibuat oleh pihak Atina. Sistem panen diawali dengan pihak verifikator segera memeriksa cool box PT. ATINA yang akan digunakan sebagai tempat pengiriman hasil panen. Apakah terdapat udang atau tidak , dan jika terdapat udang maka dilakukan konfirmasi kepada pengelola tentang asal udang tersebut serta melakukan selft assessment (penilaian individu) tentang kondisi kualitas udang, jika terdapat keraguan maka segera dilaporkan ke supervisor verifikator. Untuk ketersediaan bahan baku cukup memadai karena setiap harvesnya ada 3 daerah yang menyuplai bahan baku ke perusahaan tersebut sekitar 2-3 ton per harinya. Tentunya selama proses pengolahan pihak perusahaan tidak pernah kekurangan bahan baku meskipun ada jeda selama seminggu yang digunakan untuk repack selama 3-4 hari, akan tetapi tetap ada penerimaan bahan baku untuk melakukan proses produksi kembali. Kesimpulan nya yaitu standar mutu proses pengolahan udang windu berbasis eco shrimp meliputi beberapa aspek diantaranya system penanganan bahan baku,, standar sarana da prasarana bahan baku, perekrutan supplier, system panen, persyaratan budidaya eco shrimp, ketersediaan bahan baku. Saran nya yaitu sebaiknya menambah suplai bahan baku untuk udang windu dan udang vannamei agar proses produksi berjalan secara continue. |
Specific Detail Info | |
Image | |
Back To Previous |