Persyaratan Standar mutu ekspor Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) beku bentuk PDTO di PT. BMI Lamongan, Jawa Timur

Collection Location Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Edition
Call Number
ISBN/ISSN
Author(s) Dinda Novitasari
Subject(s) Udang Vannamei
KIPA
Local Content
Prodi TPPP
Classification 0336/IX/2019/K
Series Title
GMD CD-ROM
Language Indonesia
Publisher Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Publishing Year 2019
Publishing Place Sidoarjo
Collation
Abstract/Notes Indonesia harus mempertahankan kepercayaan negara lain untuk mengimpor udang dari Indonesia, maka untuk menghasilkan produk hasil perikanan yang memenuhi standar keamanan pangan, industri pengolahan hasil perikanan harus melakukan tindakan penjaminan mutu terhadap produk yang dihasilkan, salah satunya dengan menerapkan persyaratan standar mutu ekspor udang.
Maksud Maksud dari pelaksanaan Kerja Praktek Akhir ini adalah untuk memahami Mempelajari, serta ikut berpasrtisipasi aktif tentang Persyaratan Standar mutu Ekspor udang beku Bentuk Peeled Deveined Tail On (PDTO) di PT. Bumi Menara Internusa Lamongan Jawa Timur. Tujuan dari pelaksanaan Kerja Praktek Akhir ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan tentang persyaratan standar mutu ekspor pada mutu udang vannamei bentuk pdto di PT. BMI Lamongan.
Kerja Praktek Akhir (KPA) ini dilaksanakan pada tanggal 4 Maret – 24 Mei 2019 di PT. BMI Lamongan-Jawa Timur. Metode dalam Kerja Praktek Akhir (KPA) adalah metode survey dan magang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik pengolahan data dilakukan dengan cara editing dan tabulating.
Aspek Persyaratan standar mutu bahan baku udang yang ada di PT.BMI menerapkan 7 aspek penting yaitu : 1. surat jalan supplier yang jelas, Udang yang diserahkan ke Perusahaan harus melampirkan surat jalan sesuai tonase dari bahan baku tersebut, surat jalan sendiri berfungsi sebagai document control (Traceability ) pada bahan baku. 2. Surat jaminan supplier digunakan untuk menjamin bahan baku yang dikirim oleh supplier telah sesuai dengan praktek pengolahan yang baik dan terhindar dari cemaran antibiotik, 3. Pengujian Mikrobiologi pada bahan baku dilakukan untuk menghindari cemaran mikroba yang dapat membahayakan konsumen jika dikonsumsi, untuk itu perlu dilakukan pengujian mikrobiologi agar bahan baku aman, standar cemaran mikroba pada bahan baku udang TPC ≤500.000 koloni/g, Coliform ≤ 50 APM/g, E.Coli ≤3APM/g, Salmonella(-), Vibrio Cholerae(-), Stapyloccocus ≤10APM/g. 4. Pengujian Antibiotik dilakukan untuk memastikan apabila bahan baku udang benar – benar terhindar dari cemaran antibiotic, walaupun telah ada surat jaminan yang menunjukan bahwasanya bahan baku telah terhindar dari antibiotic tetapi perusahaan tetap melakukan pengujian antibiotic untuk memastikan bahan baku udang tersebu, Untuk standar cemaran Antibiotik pada perusahaan adalah sebagai berikut Choramfenicole (not Detected), Nitrofuran AOZ( Amino Oxazolidinone ) , AMOZ (Amino Morpholino Methyl Oxa Zolidinone) Not Detected, Fluoroquinole (Not Detected), Tetracycline (Not Detected) sulfit ≤ 100 ppm. 5. Aspek yang dilakukan untuk menentukan bahan baku yang segar dan memiliki mutu baik adalah melakukan pengujian Organoleptik, Parameter organoleptic di PT. BMI lamongan dibedakan dengan 2 parameter mutu baik secara kenampakan dan Bau, untuk parameter kenampakan yang dapat diterima pada produk PDTO adalah Q100 (keriting lumut ringan, cacat kulit ringan, white spot) Q200 (Broken Tail 2 kipas, Black spot ringan ) dan untuk parameter bau yang dapat diterima adalah B100 ( Bau normal/tidak berbau) dan B200 (Bau Tanah). 6. Pengecekan Suhu bahan baku dipastikan ≤20C untuk memastikan bahan baku tetap segar karena rantai dinginnya terjaga, 7. Standar Uniformity bahan baku yang diterima perusahaan adalah 1,6 Jika melebihi dari 1,6 Maka udang dipastikan memiliki tingkat keseragaman yang sangat berbeda.
Persyaratan standar mutu proses produksi diwujudkan dengan menerapkan GMP dan SSOP perusahaan dengan baik, untuk alur proses pembekuan udang vannamei beku bentuk pdto dimulai dari Penanganan bahan baku, Pencucian 1 (dilakukan monitoring suhu air pencucian ≤5C), Penerimaan Luar ( dilakukan pengecekan keseragaman udang), Penerimaan dalam, Penimbangan 1, Potong Kepala ( dilakukan monitoring suhu udang ≤50C), Penimbangan 2 ( rendemen potong kepala 68 – 71 %), Sortasi( dilakukan sortasi size dan mutu untuk mutu sendiri yang disortir adalah moulting, red, blackspot, dan blacktail), Penimbangan 3, Kupas ( monitoring suhu udang ≤50C, Penimbangan 4 (Rendemen kupas 88%), Perendaman ( larutan garam 2,5% dan phosphate %, dan perbandingan 1.25 (air) : 1 udang dan dipertahankan pada suhu 5 0C – 80C), Pembekuan 1 ( mesin IQF suhu -350C sampai -450C selama 30 menit) , Penimbangan 5, Glazing (kenaikan glazing 13– 15%, suhu air glazing ≤20C), Pembekuan 2, Pengemasan, Sealing, Metal detecting ( sensitivitas metal Fe 1,5 mm, Al 2 mm, SUS 2,5 mm, dilakukan pengecekan mesin metal 30 menit sebelum, selama dan sesudah digunakan). Pengemasan dalam MC( memastikan kemasan dan produk telah sesuai dengan informasi yang tertera), Penyimpanan Beku ( suhu cool Storage -200C sampai -220C), Stuffing ( suhu -220C , dilakukan secara cepat dan cermat suhu pusat udang dipastikan -180C ) dan 8 Kunci SSOP untuk memastikan produk tetap saniter mulai dari Keamanan air dan es, Peralatan yang kontak langsung dengan produk, Pencegahan kontaminasi silang, Fasilitas toilet dan cuci tangan, Proteksi dari bahan kontaminan, Pelabellan penyimpanan dan penggunaan bahan toksin, Kesehatan karyawan dan pengendalian pest.
Persyaratan standar produk akhir untuk menetapkan mutu produk sesuai dengan persyaratan ekspor maka dilakukan Pengujian Mikrobiologi, Pengujian Antibiotik, dan pengecekan suhu Produk akhir. Untuk parameter mikrobiologi dan antibiotic sama dengan parameter pada bahan baku, sedangkan untuk monitoring suhu bahan baku produk akhir dipastikan suhu pusat produk pada suhu -18 0C.
Berdasarkan hasil Kerja Praktek Akhir (KPA) dapat disimpulkan bahwa bahan baku udang vannamei yang digunakan di PT. BMI lamongan didatangkan dari supplier yang telah bekerjasama dengan perusahaan sendiri, Bahan baku didatangkan dengan menggunakan truck dan mobil box yang diberi es sehingga bahan baku udang terjaga rantai dinginnya. Persyaratan bahan baku yang diterapkan di PT. BMI Lamongan yaitu dengan melakukan serangkaian pengujian baik di laboratorium internal dan eksternal (Mikrobiologi dan Antibiotik) Mikrobiologi (TPC ≤500.000 koloni/g, Coliform ≤ 50 APM/g, E.Coli ≤3APM/g, Salmonella(-), Vibrio Cholerae(-), Stapyloccocus ≤10APM/g), Antibiotic ( Choramfenicole (not Detected), Nitrofuran AOZ( Amino Oxazolidinone ) , AMOZ (Amino Morpholino Methyl Oxa Zolidinone) Not Detected, Fluoroquinole (Not Detected), Tetracycline (Not Detected) sulfit ≤ 100 ppm)serta dilakukan pengujian organoleptik, monitoring suhu bahan baku udang (≤20C), dan standar uniformity ≤1,6. Proses pembekuan udang yang ada di PT. BMI lamongan dimulai dari Penanganan bahan baku, pencucian 1, Penerimaan luar, Penerimaan dalam, penimbangan 1, Potong kepala, penimbangan 2, Sortasi, Penimbangan 3, kupas, penimbangan 4, perendaman, pembekuan 1, penimbangan 5, Glazing, Pembekuan 2, Pengemasan dalam polybag, Sealing, Metal Detecting, Pengemasan dalam MC, Penyimpanan beku, Pemuatan.Cara mempertahankan mutu pada proses pembekuan udang vannamei dilakukan dengan cara menerapkan GMP dan SSOP yang baik, dilakukan monitoring baik suhu, santasi peralatan dan hiegine karyawan sehingga produk tetap terjaga mutunya. Standar mutu produk akhir dilakukan serangkaian pengujian baik Mikrobiologi (TPC ≤500.000 koloni/g, Coliform ≤ 50 APM/g, E.Coli ≤3APM/g, Salmonella(-), Vibrio Cholerae(-), Stapyloccocus ≤10APM/g), Antibiotic ( Choramfenicole (not Detected), Nitrofuran AOZ( Amino Oxazolidinone ) , AMOZ (Amino Morpholino Methyl Oxa Zolidinone) Not Detected, Fluoroquinole (Not Detected), Tetracycline (Not Detected) sulfit ≤ 100 ppm) dan pengecekan suhu ( -18 0C). Produk yang telah sesuai spesifikasi mutu siap untuk dilakukan ekspor ke negara tujuan (Amerika).
Perusahaan seyogyanya perlu melakukan evaluasi kinerja karyawan dan training secara berkala terhadap karyawan, terutama pada proses potong kepala dikarenakan masih sering terjadi udang yang tidak sesuai dengan rendemen perusahaan ( udang jatuh, udang susut, dan putusnya genjer) Melakukan pengawasan pada proses potong kepala yang dilakukan oleh QC, untuk mengontrol hasil potong kepala yang sesuai spesifikasi perusahaan. Perlu dilakukan pengujian residu klorin pada produk udang, karena di perusahaan belum dilakukan pengujian residu klorin pada produk udang.
Specific Detail Info
Image
  Back To Previous