Deteksi kandungan residu antibiotik nitrofurazone pada ikan dan udang dengan metode elisa di UPT Laboratorium Kesehatan ikan dan lingkungan Pasuruan Jawa Timur
Collection Location | Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo |
Edition | |
Call Number | |
ISBN/ISSN | |
Author(s) | Iffatul Masruroh |
Subject(s) | Udang KIPA Local Content Prodi TPPI |
Classification | 0373/IX/2019/K |
Series Title | GMD | CD-ROM |
Language | Indonesia |
Publisher | Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo |
Publishing Year | 2019 |
Publishing Place | Sidoarjo |
Collation | |
Abstract/Notes | Penggunaan antibiotik di bidang perikanan khususnya budidaya telah dilarang oleh pemerintah baik nasional maupun internasional karena dapat menimbulkan masalah kesehatan akibat residu antibiotik yang terkandung di dalam produk perikanan. Sehingga ditetapkan suatu persyaratan oleh pasar internasional terhadap produk perikanan yang akan diekspor yakni wajib dilengkapi dengan Sertifikat Kesehatan (Health Certificate). Maka dari itu perlu dilakukan pengujian kandungan residu antibiotik pada daging ikan maupun udang dengan metode ELISA. Prinsip dasar ELISA adalah analisis interaksi antara antigen dan antibodi yang teradsorpsi secara pasif pada permukaan fase padat dengan menggunakan konjugat antibodi atau antigen yang di label enzim. Enzim ini akan bereaksi dengan substrat dan menghasilkan warna. Dalam metode ELISA digunakan dua macam antibodi yang berbeda dalam jumlah berlebih. Dimana antibodi tersebut dapat mendeteksi dan terikat dengan antigen (toksin) pada dua sisi yang berbeda. Antigen akan terikat dengan antibodi pertama yang biasanya diikat dengan support padat. Antibodi kedua terikat dengan suatu enzim dan akan mencari zat yang telah terikat . Proses yang dilakukan pada saat pengujian kandungan residu antibiotik Nitrofurazone pada ikan dan udang adalah preparasi, ektraksi, pengujian dan pembacaan hasil. Serta ampel yang masuk selama bulan Maret – Mei 2019 terdapat 36 sampel yang terdiri dari vannamei 18 sampel, lele 10 sampel, windu 5 sampel, patin 2 sampel dan bandeng 1 sampel. Hasil dari 36 sampel tersebut adalah negatif. Ketetapan yang dianut sesuai dengan Kep DJPB no 61/Kep-DJPB/2013 Tentang batas maksimal residu. Batasan residu yang dimaksud adalah 0,5 µg/kg untuk standar yang ditetapkan di laboratoium atau Screen Target Concentarion (STC) dan 1 µg/kg untuk standar internasional atau Minimum Requirement Performance Limits (MRPL). Jika konsentrasi kandungan residu melebihi ambang batas maka akan membahayakan manusia yang mengkonsumsinya. Menurut penelitian residu nitrofuran dapat menyebabkan nekrosis pada epitel sel mamalia, merusak kestabilan hormonal sebagai akibat dari disfungsi pankreas, hepatitis kronis, neurophatiec, anemia haemolitik dan pneumonia bahkan dapat menyebabkan tumor dan kanker. Pada penelitian lain, nitrofuran mempunyai efek samping seperti tremor, osteoporosis, degenerasi atropati dan kerontokan. Pada dosis yang lebih tinggi, nitrofuran dapat menyebabkan imunosupresif dan abnormalitas pada sperma. Menyebabkan kematian bagi penderita anemia dan bahkan bisa berujung pada leukimia atau kanker darah. Antibiotik juga dapat menyebabkan timbulnya Gray Baby Syndrome, yaitu gejala bayi berkulit keabuan, suhu tubuh rendah, sulit bernapas hingga berujung kematian. |
Specific Detail Info | |
Image | |
Back To Previous |