Metode Pengaplikasi Vaksin Aeromonas hydrophila Pada Ikan Lele (Clarias sp) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi Jawa Barat

Collection Location Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Edition
Call Number
ISBN/ISSN
Author(s) Vina Nur Nadiro
Subject(s) ikan lele
KIPA
Local Content
Prodi TPPI
Classification 0371/IX/2019/K
Series Title
GMD CD-ROM
Language Indonesia
Publisher Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Publishing Year 2019
Publishing Place Sidoarjo
Collation
Abstract/Notes Indonesia memiliki perairan tawar yang sangat luas dan berpotensi besar untuk usaha budidaya berbagai macam jenis ikan air tawar. Menurut Cahyono (2000), usaha budidaya ikan air tawar secara ekonomis sangat menguntungkan karena ikan ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi serta sangat mendukung bagi pemenuhan gizi masyarakat. Lele merupakan salah satu ikan air tawar yang banyak disukai oleh masyarakat karena rasa dagingnya yang lezat dan gurih, disamping itu harganya relatif murah dibandingkan dengan jenis ikan lainnya.
Penyakit yang sering ditemukan pada lele adalah MAS (Motile Aeromonas Septicaemia), atau dikenal dengan penyakit bercak merah yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila (Angka et al., 1982). Penanggulangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri A. hydrophila telah banyak dilakukan dengan menggunakan antibiotik. Namun, selain pemberian antibiotik pada ikan, penanggulangan terhadap bakteri A. hydrophila adalah dengan pemberian vaksin.
Vaksinasi pada ikan lele dilakukan terhadap kategori ikan yang sehat dan sebelum terjadi penyerangan penyakit. Pengendalian penyakit dengan cara vaksinasi dinilai sangat efisien, karena dengan cara ini dapat diperoleh kekebalan hanya dengan sekali atau dua kali pemberian vaksin jika sampai di panen. Selain itu, vaksinasi tidak menimbulkan efek samping bagi ikan seperti halnya penggunaan antibiotik (Supriyadi & Rukyani, 1990).
Maksud dari pelaksanaan Kerja Praktek Akhir (KPA) ini adalah mengikuti seluruh kegiatan pembuatan vaksin Aeromonas hydrophila, metode pengaplikasian pemberian vaksin Aeromonas hydrophila pada ikan lele, pengamatan / respon ikan lele, pengamatan hematologi, dan kelangsungan hidup ikan lele setelah pengaplikasian vaksin Aeromonas hydrophila di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat. Adapun tujuan dari pelaksanaan Kerja Praktek Akhir (KPA) adalah mengetahui dan memahami pembuatan vaksin Aeromonas hydrophila, metode pengaplikasian pemberian vaksin Aeromonas hydrophila pada ikan lele, dan pengamatan hematologi, dan kelangsungan hidup ikan lele setelah pengaplikasian vaksin Aeromonas hydrophila di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat.
Kegiatan Praktek Kerja Lapang IV telah dilaksanakan dari tanggal 4 Maret sampai 24 Mei 2019 di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat. Metode yang digunakan pada KPA ini adalah metode survei dan magang (Nazir,1988). Sumber data yang diperoleh dari data Primer dan data Sekunder (Suparmoko, 1999). Teknik pengumpulan data yang kami lakukan adalah dengan pengamatan dan wawancara, sedangkan teknik pengolahan data yang digunakan yaitu editing, tabulating dan analizing.
Vaksin yang diaplikasikan pada ikan lele adalah vaksin buatan BBPBAT Sukabumi. Metode pembuatan vaksin diawali dengan identifikasi bakteri A. hydrophila terlebih dahulu. Identifikasi bakteri menggunakan metode uji biokimia dan metode uji API 20 E.Dari hasil identifikasi, bakteri A. hydrophila tergolong bakteri gram negatif, oksidase positif, fermentatif, positif motil, dan memiliki kualifikasi “Very Good Identification” pada pengujian API 20 E.
Prosedur pembuatan vaksin A. hydrophila dimulai dari identifikasi A. hydrophila, peremajaan bakteri A. hydrophila, kultur masal bakteri A. hydrophila, Uji kepadatan bakteri, inaktivasi bakteri A. hydrophila, Uji viabiltas vaksin A. hydrophila, sampai penyimpanan vaksin A. hydrophila.
Metode pengaplikasian vaksin yang digunakan adalah metode perendaman dengan dosis 1 ml vaksin untuk 10 liter air dan metode penyuntikan dengan dosis 0,1 ml vaksin per 1 ekor.
Semua ikan setelah uji tantang menunjukkan gejala stres yang ditandai dengan berenang di dasar dan permukaan akuarium, gerakan renang tidak seimbang, gerak pasif, nafsu makan yang menurun, timbul garis merah atau pendarahan dan luka-luka pada punggung ikan.
Setelah uji tantang, pemberian vaksin dengan metode penyuntikan memiliki nilai kadar hematokrit 21,02%, total leukosit sebesar 3,15 x 104 sel/mm3, dan indeks fagositosis sebesar 25%. Pemberian vaksin dengan metode rendam setelah uji tantang memiliki nilai kadar hematokrit 15,05%, total leukosit sebesar 3,29 x 104 sel/mm3 dan , dan indeks fagositosis sebesar 23%.
Tingkat kelangsungan ikan lele pasca uji tantang selama 7 hari pada perlakuan vaksinasi suntik yaitu 36% dan perlakuan rendam sebesar 34%.
Penulis menyarankan sebaiknya perlu dilakukan percobaan lebih lanjut mengenai efektivitas vaksin A. hydrophila secara uji lapang dan mencari jenis bakteri A. hydrophila yang lain dengan tingkat virulensi yang lebih tinggi. Hal tersebut bertujuan agar vaksin A. hydrophila ini dapat memiliki tingkat keberhasilan yang lebih baik yang ditunjukkan dengan tingkat kelangsungan hidup lebih dari 70% dari ikan yang divaksinasi.
Specific Detail Info
Image
  Back To Previous