Manajemen Plankton Untuk menciptakan kualitas air yang baik pada Budidaya udang vannamei (Ltopenaeus vannamei) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara

Collection Location Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Edition
Call Number
ISBN/ISSN
Author(s) Cahya Yudi Aviyanto
Subject(s) KIPA
Local Content
Prodi TPPI
Udang Vannamei
Classification 0364/IX/2019/K
Series Title
GMD CD-ROM
Language Indonesia
Publisher Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Publishing Year 2019
Publishing Place Sidoarjo
Collation
Abstract/Notes Udang vanamei atau biasa disebut udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan udang introduksi. Habitat asli udang ini adalah di perairan pantai dan laut Amerika Latin seperti Meksiko, Nikaragua, dan Puertorico. Udang ini kemudian diimpor oleh negara-negara pembudidaya di Asia seperti China, India, Thailand, Bangladesh, Vietnam, dan Malaysia. Dalam perkembangannya, Indonesia juga memasukan udang vannamei sebagai salah satu jenis udang budidaya tambak, selain udang windu (Penaeus monodon) dan udang putih/udang jrebung (Penaeus merguiensis) yang sudah terkenal lebih dahulu (Amri dan Kanna, 2008).

Manfaat plankton pada pengelolaan tambak udang intensif yaitu saat kekeruhan karena plankton dengan kecerahan perairan antara 30 – 40 cm justru diperlukan dan pertumbuhan plankton yang baik ditandai oleh berubahnya warna air tambak dari coklat muda hingga hijau daun muda, mutlak dipertahankan karena plankton membuat tambak menjadi teduh, sehingga udang dapat lebih aktif mencari makan di siang hari, plankton nabati merupakan produsen O2 dalam air, bermanfaat sebagai pakan alami udang khususnya pada awal pemeliharaan setelah penebaran benur, menekan pertumbuhan klekap dan lumut di dasar tambak, dan plankton nabati membantu menyerap senyawa yang sangat berbahaya bagi udang seperti ammonia, nitrit dan nitrat.

Maksud dari kegiatan Kerja Praktek Akhir ini adalah untuk mempelajari, dan ikut serta dalam pelaksanaan Manajemen Plankton Untuk Menciptakan Kualitas Air pada Budidaya Udang Vanname di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara dan memiliki tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan plankton dengan hubungannya pada kualitas air pada pembesaran udang vanname serta cara perhitungannya. Kegiatan Kerja Praktek Akhir dilaksanakan pada tanggal 4 Maret sampai dengan 24 Mei 2019 di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara

Pengambilan sampel air dilakukan sebanyak 1 minggu sekali pada setiap hari selasa. Peralatan yang digunakan ketika mengambil sampel adalah botol sampel yang memiliki volume 155 ml. cara yang dilakukan adalah dengan mengikat botol sampel ada jarring plankton dengan ukurna mesh size kurang lebih 30 – 50 mikro meter lalu di tuangkan air sebanyak 10 liter lalu di diamkan hingga plankton yang terdapat pada jarring jarring plankton net jatuh ke dasar botol penampung. Sampel air yang didapat kemudian di berikan formalin 4% sebanyak 4 tetes, setelah itu plankton diidentifikasi jenis dan spesies lalu di hitung kelimpahan dan keragaman plankton yang terdapat pada tambak budidaya udang vanname

Pengamatan secara kuantitatif dilakukan dengan bantuan alat haemocytometer dan sedgwick. Haemocytometer adalah alat yang digunakan untuk menghitung sel darah pada mikroskop. Heamocytometer yang digunakan untuk perhitungan plankton adalah kotak berukuran 1/256 mm2, kedalaman 0,1 mm. Jadi, volumenya 0,1 mm3. Kotak tersebut dibatasi garis rangkap yang berisi 256 kotak kecil yang letaknya di tengah dan perhitungan yang digunakan adalah PxVxN, Sedangkan Sedgwick sendiri terdiri dari 50 kotak panjang dengan ukuran 50mm dan lebar 20 kotak dengan ukuran 20mm dan memiliki tinggi 1mm Sedgwick dapat menampung volume air 1ml dengan pada bagian atas Sedgwick ditutup dengan menggunakan slide glass atau gelas objek. Pengamatan dilakukan dengan




v


menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40x sampai 100x dengan 10 titik pengamatan pada Sedgwick



6000 Tambak A 51

5000
(Sel/l) 4000
3000

2000
1000
0 II III IV V VI VII VIII IX
I

Minggu ke -

1 Green Alga 211 569 1079 1976 1079 1565 1758 3579 2306



2 Blue Green Alga 0 0 0 121 226 1798 3415 5611 0



3 Diatom 15 17 17 22 24 46 56 153 23



4 Euglenophyta 0 0 1 0 2 0 0 0 15



5 zooplankton 0 0 0 0 0 0 0 19 16







4500
Tambak A 52
4000

3500

(sel/l) 3000

2500

2000

1500
1000

500
0
I II III IV V VI VII VIII IX

Minggu ke -

1 Green Alga 111 597 479 1409 967 773 1653 2954 1880



2 Blue Green Alga 0 0 74 271 1896 2243 3822 2670 545



3 Diatom 3 0 0 1 3 1 0 161 196



4 Euglenophyta 4 4 7 7 12 19 27 69 40



5 zooplankton 0 0 0 0 0 1 0 5 5










(sel/l)



3000 Tambak A 61 8000 Tambak A 62

2500 7000
2000 (Sel/l) 6000
5000

3000
1500 4000
1000 2000

500 1000
0 0 II III IV V VI VII VIII IX
II III IV V VI VII VIII IX I
I

Minggu ke - Minggu ke -

1 Green Alga 96 344 465 1690 920 1790 3008 5576 6928
1 Green Alga 335 109 371 497 1790 778 1872 1322 2628
2 Blue Green Alga 0 0 122 323 444 243 547 167 4
2 Blue Green Alga 0 0 17 77 180 434 560 1132 635
3 Diatom 43 31 53 14 11 50 160 182 134
3 Diatom 8 8 30 64 30 89 137 199 168
4 Euglenophyta 5 3 3 2 7 11 12 10 9
4 Euglenophyta 0 1 1 3 8 13 16 8 21
5 zooplankton 0 0 1 1 0 1 0 22 23
5 zooplankton 0 0 1 0 5 9 0 22 4



Jenis Plankton yang ditemukan pada petak A 51, A 52, A 61, A 62 selama KPA adalah genus- genus dari golongan Green algae, Blue Green Algae dan Diatom. Selain itu, ditemukan pula golongan, Euglenophyta dan Zooplankton. Secara garis besar plankton yang ditemukan dalam kelimpahan yang relatif tinggi dalam perairan adalah golongan Blue Green Algae dan Green Algae Menurut Qiptiyah, dkk (2008) Jenis-jenis plankton yang mempunyai kelimpahan relatif tinggi merupakan jenis-jenis yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya lebih efisien daripada jenis lain dalam tingkat trofik yang sama










vi


40,000,000 Kelimpahan Plankton

35,000,000

30,000,000 Tambak A 51

(sel/l) 25,000,000


Tambak A 52

20,000,000


Tambak A 61
15,000,000


Tambak A 62
10,000,000



5,000,000

0
III III IV V VI VII VIII IX

Minggu Ke -


Kelimpahan plankton yang berada pada petak A di BBPBAP Jepara secara garis besar dihasilkan oleh fitoplankton. Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan diantaranya, suhu, DO, pH dan karakteristik fisiologisnya. Komposisi dan kelimpahan fitoplankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai respons terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia, maupun biologi. Faktor penunjang pertumbuhan fitoplankton sangat kompleks dan saling berinteraksi antara faktor fisika-kimia perairan seperti intensitas cahaya, oksigen terlarut, stratifikasi suhu, dan ketersediaan unsur hara nitrogen dan fosfor, sedangkan aspek biologi adalah adanya aktivitas pemangsaan oleh hewan, mortalitas alami,

Hal ini juga menjadikan warna air menjadi hijau tua atau hijau pekat. Untuk kepentingan budidaya warna air ini tidak menguntungkan. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan pergantian air untuk menghindari terjadinya blooming BGA (kematian masal BGA) yang akan menyebabkan DO turun dan timbulnya bau lumpur pada udang. Dampak dari terjadinya ledakan pertumbuhan Blue Green Algae pada tambak A 51 dan A 52 adalah banyak udang udang yang berenang di permukaan dan ada beberapa udang yang mati, dampak lain yang ditimbulkan adalah dapat mengurangi nafsu makan pada udang tersebut.
Specific Detail Info
Image
  Back To Previous