Identifikasi Penyakit koi herpes virus (KHV) pada ikan mas (Cyprinus carpio) dengan metode PCR (Polymerase chain Reaction) di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Cirebon
Collection Location | Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo |
Edition | |
Call Number | |
ISBN/ISSN | |
Author(s) | Ira Sapitri |
Subject(s) | Ikan Mas KIPA Local Content Prodi TPPI |
Classification | 0356/IX/2019/K |
Series Title | GMD | CD-ROM |
Language | Indonesia |
Publisher | Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo |
Publishing Year | 2019 |
Publishing Place | Sidoarjo |
Collation | |
Abstract/Notes | Perkembangan usaha budidaya memacu kegiatan distribusi hasil budidaya dari satu daerah ke daerah yang lain. Kegiatan ini berpotensi dalam penyebarluasaan hama dan penyakit ikan baik pada usaha budidaya ataupun akibat dari distribusi ikan. Infeksi penyakit virus yang menyerang pada ikan atau udang dapat terdeteksi dengan cepat dan akurat dengan metode PCR. Terkait dengan hal tersebut tindakan karantina ikan sebagai filter masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina, mempunyai peranan yang semakin penting dan strategis (Pusat Karantina Ikan, 2005). Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul Identifikasi Penyakit Koi Herpes Virus (KHV) pada Ikan Mas dengan Metode Polymerase Chain Reaction (PCR) di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Cirebon. Maksud dari KPA ini adalah dapat mengidentifkasi penyakit virus KHV serta mengikuti dan memperlajari mengenai identifikasi penyakit KHV pada ikan mas dengan metode PCR dengan tujuan untuk memperoleh data tentang sampel ikan yang terserang penyakit di SKIPM Cirebon Pelaksaan Kerja Praktek Akhir ini mulai tanggal 04 maret – 24 mei di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) di Cirebon. Metode yan digunakan adalah metode survei dan magang. Sumber data dikumpulkan dari data primer dan sekunder. 1. Sterilisasi Alat Sterilisasi alat yaitu proses pemusnahan semua mikroorganisme, termasuk spora bakteri, yang sangat tahan dari peralatan yang akan digunakan. Sterilisasi yang ada di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Cirebon menggunakan sterilisasi autoclave atau sterilisasi basah dengan suhu 121°C. 2. Pengamatan Sampel Terdapat beberapa sampel yang menunjukan gelaja klinis yang tidak normal dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini: Tabel 1. Sampel dengan gejala klinis yang tidak normal: No Sampel Gejala klinis 1 Ikan mas (Arjawinangun) Sisik mengelupas 2 Ikan mas (Arjawinangun) Sisk mengelupas 3 Ikan mas (Arjawinangun) Tubuh luka, insang pucat 4 Ikan mas (Arjawinangun) Hemoragi, sirip geripis 5 Ikan mas (Plered) Sisik mengelupas 6 Ikan mas (Plered) Sirip geripis 7 Ikan mas (Plered) Insang pucat 8 Ikan mas (Plered) Hemoragi 9 Ikan mas (Plered) Hemoragi 10 Ikan mas (P.Kuningan) Sirip geripis 3. Penyimpanan Sampel Sampel organ insang disimpan pada tube besar yang sudah berisi alkohol 96%. Penyimpanan dengan alkohol 96% agar sampel dapat bertahan dalam jangka waktu panjang dengan keadaan yang baik sehingga sampel dapat di uji kembali. 4. Polymerase Chain Reaction a. Ekstraksi DNA Langkah pemisahan DNA dengan komponen lainnya seperti karbohidrat, protein dll. Ekstraksi DNA ini mengacu pada metode Nugen Extraction Buffer. b. Amplifikasi DNA Tahapan pengkopian atau penggandaan DNA melalui beberapa tahap secara berulang-ulang. Amplifikasi DNA ini mengacu pada metode OIE. c. Elektroforesis Teknik pemisahan komponen atau molekul bermuatan berdasarkan tingkat migrasinya dalam sebuah medan listrik. d. Pembacaan hasil Pembacaan hasil uji pengujian dengan menggunakan metode PCR konversional dilakukan dengan mencocokan letak band sampel dengan kontrol positif yang terbentuk selama proses elektroforesis menggunakan Gel Doc Image System. 5. Prevalensi Pengujian Virus KHV Tabel 2. Prevalensi penujian virus KHv: Sampel Jumlah sampel Prevalensi KHV Pengguna jasa 13 0% Pemantauan 20 25% Pada sampel dari penguna jasa menunjukan prevalensi 0% bahwa semua sampel uji dari pengguna jasa yang dilakukan pengujian menunjukan negatif penyakit virus KHV hal ini dikarenakan lingkungan budidaya baik. Sedangkan pada sampel pemantauan menunjukan prevalensi 5% terinfeksi penyakit virus KHV, akan tetapi dari hasil pengamatan tidak menunjukan gejala klinis hal ini kemungkinan ikan sebagai pembawa/carrier karena umumnya ikan carrier tidak menunjukan gejala klinis. Dari kegiatan Kerja Praktek Akhir, yan dilaksanakan di Stasiun KIPM Cirebon penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Dalam pengujian virus KHV menggunakan metode PCR konversional yang meliputi kegiatan ekstraksi, amplifikasi, elektroforesis dan pembacaan hasil. 2. Prevalensi sampel hasil pemantauan menunjukan 25% terinfeksi virus KHV, sedangkan prevalensi sampel dari pengguna jasa menunjukan 0% yang berarti tidak terinfeksi virus KHV. 3. Pengujian sampel virus KHV pada ikan mas didapatkan dari pengguna jasa dan hasil pemantauan. Pada sampel pengguna jasa yang tidak terinfeksi virus KHV sebanyak 13 sampel ikan mas, Sedangkan sampel dari hasil pemantauan di daerah kuningan sebanyak 20 sampel ikan mas terdapat 5 yang terinfeksi virus KHV dengan kode sampel P.256, P.257, P.258, P.259, P.260. |
Specific Detail Info | |
Image | |
Back To Previous |