Teknik Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di usaha milik bapak Henda Puhjarak, Kec. Plemahan, Kab. Kediri, Jawa Timur

Collection Location Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Edition
Call Number
ISBN/ISSN
Author(s) Abi Zakaria MY
Subject(s) Lele Dumbo
KIPA
Local Content
Prodi TBP
Classification 0320/IX/2019/K
Series Title
GMD CD-ROM
Language Indonesia
Publisher Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Publishing Year 2019
Publishing Place Sidoarjo
Collation
Abstract/Notes Abi Zakaria Muhyidin Yahya. NIT 16.3.02.001. Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Usaha Milik Bapak Henda Desa Puhjarak Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur. Bimbingan Bapak Mohsan Abrori, S.Pi, M.Si dan Bapak Nasuki, S.Pi, MT. Selaku Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II.

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara luas oleh masyarakat terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, pemasarannya relatif mudah dan modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah (Arifin, 2009).
Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit. Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang berkualitas rendah (Arifin, 2009).
Karya Ilmiah Praktek Akhir ini dilaksanakan selama 82 hari. Mulai tanggal 4 Maret sampai 24 Mei 2019 di Usaha Milik Bapak Henda Desa Puhjarak Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur.
Lokasi Karya Ilmiah Praktek Akhir (KIPA) berada di Desa Puhjarak Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur. Dengan luas lahan 10.000m2 (1 Ha). Dari segi topografi terletak pada ketinggian ± 60 m dari permukaan laut. Daerah ini mempunyai iklim sejuk sekitar 25- 30 ⁰C dan merupakan daerah yang cukup subur.
Seleksi induk dengan kriteria induk yang telah matang gonad atau siap dipijahkan meliputi dibawah ini, Induk jantan : Induk yang akan dipijahkan harus sehat, tidak cacat, lincah dan agresif, postur tubuh ramping apabila diurut bagian perut keluar cairan berwarna putih susu (cairan sperma), apabila bagian punggung diraba atau dielus maka sirip punggung akan berdiri, pada bagian ujung alat kelamin terlihat berwarna ungu kemerahan. Untuk induk betina sebagai berikut : Induk yang akan dipijahkan harus sehat, tidak cacat, lincah dan agresif, apabila diurut bagian perutnya keluar cairan berwarna kuning transparan, postur tubuh gemuk pada bagian perut apabila diraba terasa lunak, lubang kelamin berwarna merah tua, melebar dan membengkak.
Calon induk yang telah diseleksi dimasukkan ke bak pemijahan alami dengan perbandingan induk jantan betina 1:1. Pemijahan dilakukan pada malam hari yang bertujuan meminimalisir penerangan yang masuk karena untuk menciptakan suasana yang hening dan tenang agar lele nyaman untuk memijah (Puspowardoyo dan Djarijah, 2006).
Pemijahan buatan, Langkah pertama yang dilakukan untuk melakukan pemijahan buatan setelah seleksi induk adalah penyuntikan ovaprim kepada induk betina dibagian punggung diatas bagian kantung sel telur secara perlahan. Ovaprim yang digunakan memakai dosis. Dosis ovaprim untuk 1 kg induk diperlukan 0,3 ml, kemudian ovaprim dilarutkan menggunakan aquades, dosisnya adalah 2 kali dosis ovaprim. Campurkan ovaprim dengan aquades kedalam suntikan dan kemudian suntikan ke induk betina. Lokasi menyuntikan hormon adalah 1 cm disebelah kanan lurus ujung sirip pungung ikan lele, dengan kedalaman jarum 1 cm dan sudut 45 derajat. Cairan hormon disuntikan perlahan sambil menekan-nekan area dekat jarum suntik, dengan tujuan supaya cairan hormon cepat terserap dan tidak keluar lagi. Setelah selesai penyuntikan lele diletakkan dikolam atau bak pemberokan dan dibiarkan selama 10 jam, selanjutnya induk betina distripping untuk mengeluarkan sel telur dari gonad. Langkah Stripping yang pertama adalah mengambil induk betina dan tutup kepala induk menggunakan kain. Keringkan kelamin induk betina menggunakan tisu atau kain, urut perut induk dari tutup insang mengarah ke kelamin, lakukan hal ini sampai telur habis (Puspowardoyo dan Djarijah, 2006).
Induk jantan yang telah dipilih sebagai calon induk diambil spermanya. Cara pengambilan sperma yang pertama adalah potong induk jantan secara vertikal tepat di belakang tutup insang. Gunting perut mulai dari anus sampai belakang insang dan ambil kantung sperma dan bersihkan dengan tisu smpai kering. Gunting kantung sperma smpai hancur dan larutkan dengan NaCL Fishiologis dengan dosis 9 kali jumlah sperma. Sperma yang terkumpul biasanya sebanyak 10 ml sehingga jumlah NaCL Fishiologis yang dibutuhkan sebanyak 90 ml jumlah total larutan sperma siap pakai sebanyak 100 ml (Puspowardoyo dan Djarijah, 2006).
Pemijahan tersebut dapat diketahui jumlah telur yang dihasilkan, dengan cara berat induk betina sebelum memijah dikurangi berat induk betina setelah memijah, 5 pasang induk ikan lele dumbo yang dipijahkan diperoleh berat rata-rata induk sebelum memijah yaitu 2,06 kg dikurangi dengan berat rata-rata setelah memijah yaitu 1,95 kg yaitu 0,1056 kg/ 105,6 gram, jadi induk betina tersebut kehilangan 105,6 gram berat badan, dimana 105,6 gram yang hilang dianggap jumlah berat telur yang keluar dari induk betina, kemudian 1 gram telur tersebut diestimasi jumlah telur yang keluar + 600 butir telur, jadi dalam 105,6 gram telur terdapat + 63.360 butir telur, FR yaitu 30.757 butir/kg. SNI produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C. fuscus) kelas benih sebar (SNI : 01-6484.4-2000) yang menyatakan bahwa jumlah telur yang dihasilkan berkisar antara 30.000 – 40.000 butir per 1 kg berat induk betina. Mengetahui telur yang menetas dengan cara volumetrik yaitu pengambilan sampel 1 liter air dari volume air dalam bak sekitar 1,6 m3 sama dengan 1600 liter, dari sampel tersebut dapat dihitung secara manual dan larva yang diperoleh 28 larva/liter, sehingga hasil tersebut dapat dikonversikan dengan volume air dalam bak 1600 liter maka dalam bak tersebut terdapat total rata-rata + 44.534 ekor larva, dari penetasan telur tersebut diperoleh rata-rata HR yaitu 70,2 %. HR penetasan telur sesuai dengan SNI produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C. fuscus) kelas benih sebar (SNI : 01-6484.4-2000) yang menyatakan bahwa HR laju penetasan telur yaitu berkisar antara 60 – 80 %.
Perawatan larva dengan pemberian makanan dan pergantian air di kolam penetasan. Adanya sirkulasi air, yang ada pada pipa disekitar inlet dibuat lubang - lubang kecil sehingga air akan mengalir pada lubang - lubang kecil tersebut dengan sistem air mengalir. Kolam ditambahkan aerasi berupa kucuran air dengan menutup pipa outlet dengan jaring dan mengatur ketinggian pipa sehingga sesuai dengan ketinggian yang diinginkan, saluran outlet harus dikontrol setiap hari dan jaring yang menutup pipa outlet harus dibersihkan dari kotoran setiap hari. Pemberian pakan diberikan pada usia 3 hari, pakan berupa cacing sutra diberikan hingga berusia 10 hari. Pemberian pakan secara adlibitum dengan cara memberi pakan sekenyang-kenyangnya.
Pendederan dilakukan sebanyak 2 kali. Pendederan yang pertama dilakukan setelah benih berusia 10 hari dan pendederan yang ke 2 dilakukan setelah benih berusia 1 bulan. Pendederan dilakukan untuk menyeragamkan ukuran benih guna meminimalisir kanibalisme yang merupakan sifat alami dari ikan lele.
Panen benih ikan lele dumbo dilakukan pada saat benih berumur 60 hari dengan ukuran 5-7 cm. Hasil panen dikirim ke daerah sekitar Kediri seperti Tulungagung, Blitar, Jombang dan daerah dalam Kediri.
Dari kegiatan Karya Ilmiah Praktek Akhir yang dilakukan di Usaha Milik Bapak Henda dapat disimpulkan bahwa : Pembenihan ikan lele dumbo di Usaha Milik Bapak Henda sudah sesuai dengan standart pembenihan. Mulai dari pemeliharaan induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva, pendederan, pengelolaan kualitas air, pengendalian hama dan penyakit, pendederan hingga panen. Adapun saran yang dapat diberikan yaitu sebaiknya Bapak Henda memperlengkap alat pengujian kualitas air dan pengukuran dilakukan rutin setiap harinya dan nantinya dapat menjadi tolak ukur untuk mendapatkan hasil yang maksimal untuk kedepannya.
Specific Detail Info
Image
  Back To Previous