Manajemen Pembenihan Ikan Gurame (Osphonemus gouramy) pada Balai Benih Ikan Trenggalek (BBI) di Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Trenggalek, Jawa Timur
Collection Location | Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo |
Edition | |
Call Number | |
ISBN/ISSN | |
Author(s) | Nofia Mega Putri |
Subject(s) | Ikan Gurami KIPA Local Content Prodi AGP |
Classification | 0396/IX/2019/K |
Series Title | GMD | CD-ROM |
Language | Indonesia |
Publisher | Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo |
Publishing Year | 2019 |
Publishing Place | Sidoarjo |
Collation | |
Abstract/Notes | Gurame (Osphronemus gouramy) adalah salah satu ikan ekonomis penting di Indonesia, khususnya budidaya ikan air tawar (fresh water aquaculture). Gurame adalah spesies asli (indigenous species) ikan di perairan umum yang telah lama menjadi ikan akuakualtur air tawar di Indonesia. Gurame dikenal sebagai ikan yang lambat dalam pertumbuhanya. Dibutuhkan waktu pemeliharaan 12-15 bulan untuk mencapai ukuran 700 gr/ekor. Namun demikian, gurami merupakan salah satu ikan air tawar yang sangat diminati oleh konsumen, sehingga permintaanya terus meningkat dari tahun ketahun (Kordi, 2014). Produksi gurame masih sangat rendah dibandingkan ikan-ikan air tawar lainya dikarena hasil panen yang dihasilkan tidak dapat mencukupi kebutuhan konsumen. Pada tahun 2012, produksi gurame hanya 44.400 ton. Angka ini cukup rendah dibandingkan dengan lele dan nila, yang masing-masing produksinya pada tahun yang sama sudah mencapai 495.000 ton dan 850.000 ton, padahal budidaya ikan gurami di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 1950-an. Pada tahun 1960-an. Produksi gurame di Indonesia telah mencapai sekitar 2% dari produksi ikan budidaya saat itu. Namun, sampai saat ini produksi gurame masih rendah. Keberhasilan bisnis pembenihan ikan gurame tidak lepas dari proses manajemen yang baik, mulai dari proses perencanaan, penggorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan. Peluang usaha pembenihan ikan gurame sangat menjanjikan dikarenakan jumlah permintaan benih yang banyak namun tidak sesuai dengan jumlah benih yang tersedia dikarenakan hasil panen yang dihsilkan dari pembenihan ikan gurame belum dapat mencukupi kebutuhan konsumen. Kerja Praktek Akhir ini telah di laksanakan mulai tanggal 04 Maret sampai dengan 24 Mei 2019, Manajemen Pembenihan Ikan Gurame Pada Balai Benih Ikan Trenggalek (BBI) di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur. Maksud dan tujuan dari pelaksanaan Kerja Praktek Akhir ini adalah untuk mempelajari dan meperoleh pengetahuan dan keterampilan tentang manajemen pembenihan ikan gurame pada Balai Benih Ikan Trenggalek. A. Fungsi Manajemen Yang Diterapkan di BBI Trenggalek 1. Perencanaan : Merencanakan dari segi teknis pembenihan ikan gurame,dari segi sarana dan prasarana,dari segi modal, dari segi target produksi hingga pemasaranya. 2. Pengorganisasian : Sisetem pengorganisasian sudah terstruktur, ada 5 pekerja yang dimana sudah memiliki tugas dan fungsinya masing-masing. a. Kepala BBI bertugas sebagai pemimpin atau manager yang merencanakan kegiatan ang akan dilakukan di balai. b. Koordinator bertugas memimpin dan mengawasi bawahanya dalam kegiatan produksi dan pemeliharan ikan yang ada dib alai. c. Staf pelaksana bertugas melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan budidaya ikan dib alai sesuai dengan perintah atasan. 3. Pelaksanaan : Dapat diartikan dengan pemimipin instansi menggerakan karyawan atau anggotanya untuk bekerja sesuai dengan rencana agar terlaksana dengan baik. 4. Pengawasan : Di lakukan oleh pemimpin BBI sejak penetasan hingga benih siap dipasarkan. Selain itu pengawasan juga dilakukan terhadap tenaga kerja yang membantu usaha pembeniha ikan gurame sudah sesuai SOP atau tidak. B. Unsur Manajemen Yang Diterapkan di BBI Trenggalek 1. Manusia : Unsur manusia sangat berperan penting dalam usaha pembenihan ikan gurame di BBI karena semua yang menjalankan usaha tersebut adalah manusia. 2. Uang : Sumber modal untuk menjalankan usaha pembenihan di dapat dari dana APBD Kabupaten Trengglek. 3. Mesin : Mesin yang digunakan yaitu mesin diesel dan blower yang berfungsi sebagai alat untuk mengisi atau menyedot air kolam dan untuk alat penambah oksigen. 4. Metode : Metode yang digunakan untuk pembenihan ikan gurame yaitu secara intensif. 5. Material : Bahan yang digunakan dalam usaha pembenihan yaitu telur yang berkualitas unggul, pakan ikan (alami dan buatan), air,kolam, seser, ember dll. 6. Pemasaran : Benih ikan gurame dipasarkan di wilayah kabupaten trenggalek saja. C. Manajemen Pemebenihan 1. Penetasan Telur : 1. Persiapan Media Penetasan : Dimulai dengan membersihkan kolam dari kotoran dan lumut kemudian dilakukan pengeringan. 2. Persiapan Air Media : Pengisian air dilakukan pada saat kolam sudah dalam keadaan bersih dan kering kemudian diisi dengan menggunakan air yang bersumber dari sumur bor. 2. Pengelolaan Pakan : Setelah larva berumur 10 hari diberi pakan alami berupa ( kutu air/cacing sutra). Pemberian pakan alami dilakukan 2 kali sehari dikarenakan pakan alami dapat hidup didalam kolam pemeliharaan. selama 1 bulan diberi pakan alami kemudian setelah itu diberikan pakan pelet. Pemberian pakan dilakukan secara adlibitum. 3. Pendederan : Pendederan dilakukan pada saat benih sudah berukuran 2-3 cm atau berusia 1 bulan yang kemudian dipindahkan ke kolam pendederan yang berukuran 20x6x1 meter. Kolam tersebut dapat menampung sekitar 10.000 ekor benih gurame. Dan ikan dirawat selama 2 bulan hingga ikan berukuran 4-6 cm hingga ikan siap untuk dipanen. 4. Pengendalian Hama dan Penyakit : Pengendalian hama dilakukan dengan cara fisik yaitu dengan menangkap langsung hama predator sedangkan untuk penyakit jamur diatasi dengan cara mengunakan garam dapur. 5. Panen : Panen dilakukan dengan cara panen parsial dan total 6. Analisa Usaha : a. BEP unit diperoleh 615 ekor, BEP (Rp) diperoleh Rp. 929.000 b. R/C diperoleh 1,69 c. PP diperoleh 4,9 bulan kembali dalam 2 siklus Sistem pemasaran di BBI Trenggalek yaitu secara langsung. Konsumen datang langsung ke balai ataupun memesan dulu via telepon. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan : 1. Proses pembenihan dilakukan dari penetasan telur sampai pendederan karena tidak memijahkan sendiri karena faktor cuaca dan letak geografis. 2. Benih gurame yang dihasilkan masih belum mencukupi permintaan konsumen. 3. Selama perawatan telur menetas sampai menjadi larva tidak dilakukan pergantian air untuk membuang minyak yang dihasilkan dari penetasan. 4. Hasil analisa usaha menunjukan bahwa BEP unit adalah 615 ekor dan BEP rupiah adalah Rp.929.000. R/C 1,69 dan PP 4,9 atau kembali dalam 2 siklus Saran : 1. Perlu dilakukan penambahan jumlah produk (target produksi) benih ikan gurame agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen. 2. Sebaikanya dilakukan pergantian air ½ bagian dengan cara mengurangi air pada kolam dan menambah air baru ½ bagian yang berkualitas baik agar mengurangi jumlah minyak sisa penetasan pada kolam, sehingga natalitas dapat ditingkatkan. |
Specific Detail Info | |
Image | |
Back To Previous |