Manajemen Pembesaran Kerapu cantang (Epinephelus sp) pada UD. Sumber Kerapu Sejati di Desa Klatakan, Kec. Kendit, Kab. Situbondo, Jawa Timur
Collection Location | Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo |
Edition | |
Call Number | |
ISBN/ISSN | |
Author(s) | Rizaldi Bachtiar |
Subject(s) | KIPA Local Content Prodi AGP Kerapu Cantangi |
Classification | 0393/IX/2019/K |
Series Title | GMD | CD-ROM |
Language | Indonesia |
Publisher | Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo |
Publishing Year | 2019 |
Publishing Place | Sidoarjo |
Collation | |
Abstract/Notes | Negara Indonesia memiliki potensi budidaya perikanan tambak dan laut yang sangat besar. Beberapa jenis ikan laut khususnya ikan kerapu cantang (Epinephelus sp), merupakan ikan laut yang mempunyai prospek pengembangan yang cukup cerah. Ikan kerapu diketahui merupakan salah satu komoditas yang penting karena bersifat Export Oriented sehingga nilai jualnya makin tinggi ketika nilai tukar dollar makin menguat (Rahmaningsih dan Ari, 2013). Untuk melakukan usaha khususnya bisnis kerapu tidak boleh terbatas pada teknis budidaya saja, tetapi pemahaman hingga seluk-beluk dan tata cara perdagangannya. Penguasaan antara hulu sampai hilir akan membantu kesuksesan budidaya kerapu. Dengan mengenali pasar lokal, pasar untuk budidaya kerapu akan terlihat jelas. Dengan adanya pasar yang jelas akan membuat kemauan dan kemampuan lebih semangat dan terbagun baik (Soemarjati dkk, 2015). Dalam organisasi yang bertujuan mencari profit, mereka berupaya untuk mewujudkan tujuan tersebut melalui kerja sama di dalam organisasi tersebut. Peran manajemen diperlukan ketika terdapat sekumpulan orang-orang (yang pada umumnya memiliki karakteristik perbedaan) dan sejumlah sumber daya yang harus dikelola agar tujuan sebuah organisasi dapat tercapai (Sule dan Saefullah, 2005). Maksud dilaksanakannya kegiatan Kerja Praktek Akhir ini adalah: 1) Berpartisipasi langsung dalam kegiatan manajemen pada usaha pembesaran ikan kerapu cantang. 2) Mengetahui perkembangan dan mengenal teknologi produksi perikanan yang diterapkan saat ini dalam bidang usaha perikanan. 3) Mengetahui proses penerapan manajemen dalam usaha perikanan. 4) Memperoleh data teknis dan data ekonomi dari usaha pembesaran ikan kerapu cantang. 5) Membuat analisa dari usaha pembesaran kerapu cantang. Tujuan dilaksanakannya kegiatan Kerja Praktek Akhir ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan tentang manajemen usaha pembesaran ikan kerapu cantang dan kelayakan usahanya berdasarkan data teknis dan data ekonomi yang diperoleh di UD. Sumber Kerapu Sejati Kabupaten Situbondo. Keramba Jaring Apung (KJA) UD. Sumber Kerapu Sejati terletak di Dusun Kembang Asem Desa Klatakan Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur, tepatnya di awasan wisata Kampung Kerapu. Lokasi ini sangat sesuai karena adanya pemecah ombak di tengah laut untuk mengurangi kekuatan ombak yang mengarah ke darat. KJA UD. Sumber Kerapu Sejati dibangun pada tahun 2000 sebesar 1 unit, 16 lubang, 3×3 m2 berbahan bambu dan kayu. KJA tersebut pada mulanya merupakan bantuan dari LIPI sebagai sumber mata pencaharian masyarakat sekitar. Unsur-unsur manajemen mulai dari man, money, materials, machines, methods, dan market saling terkait dalam usaha UD. Sumber Kerapu Sejati. Manajemen pembesaran kerapu cantang (Epinephelus sp) mulai dari perencanaan mengenai lokasi KJA, perizinan, kapasitas produksi, target produksi, dan perencanaan teknis kerja. Pengorganisasian UD. Sumber Kerapu Sejati dipimpin oleh Bapak Sitorus dan Istrinya, dibawahnya terdapat sekretaris yang juga merupakan penanggungjawab lapangan dan admin KJA. Dibawahnya terdapat 3 karyawan keramba, 1 pemotong rucah, 1 juru masak, dan 2 penjaga KJA. Penggerakan budidaya pembesaran kerapu mulai dari persiapan keramba yaitu pemilihan lokasi terlebih dahulu. Kemudian perakitan keramba berbahan papan kayu sebagai pondasi dan dipasang drum plastik yang sudah diisi gas didalamnya. Benih didatangkan dari pembenihan sendiri dan juga dari Lamongan. Penebaran dilakukan tanpa melakukan perhitungan padat tebar karena akan membahayakan ikan jika jaring terisi maksimal. Pemberian pakan dilakukan secara adlibitum pada pagi dan sore hari. Perawatan benih dilakukan setelah ada perubahan terhadap fisik dan tingkah laku ikan, seperti terdapat luka, lintah, atau nafsu makan menurun serta pemberian pakan berupa pelet dan rucah yang diberikan pada pagi dan sore hari secara adlibitum (sampai kenyang). Perawatan jaring dan keramba juga diperlukan agar jaring dan keramba dapat bertahan lama dan juga mengurangi resiko penyakit terhadap ikan. Panen dilakukan ketika kerapu sudah mencapai berat 1 Kg keatas dengan harga jual Rp 115.000,-/Kg. Panen dilakukan secara selektif dan juga total tergantung permintaan. Penanganan pascapanen ikan hidup dilakukan dengan cara tertutup, yakni dengan drum kedap panas yang dipasang selang untuk oksigen. Untuk ikan mati, ikan langsung dimasukan dalam drum kedap panas yang diberi es untuk mematikan kerapu dan juga menjaga agar tetap segar. Pengawasan terhadap keramba dan kegiatan di KJA dilakukan oleh penjaga KJA yang mengawasi 24 jam, ditambah lagi dengan adanya kamera pengawas (cctv) yang dipasang menghadap ke seluruh bagian KJA. Sedangkan untuk kinerja karyawan diawasi oleh penanggungjawab lapangan yang langsung memberikan laporan kerja harian kepada pemilik usaha. Evaluasi diberikan oleh pemilik ketika pembagian upah kerja. Segmentasi pemasarannya dikategorikan ke segmentasi geografis, demografis, dan juga psikografis. Saluran distribusinya bisa dari produsen langsung ke konsumen, bisa pula dari produsen, pengecer, lalu ke konsumen. Strategi distribusi yang digunakan yaitu strategi distribusi intensif. Hasil penghitungan analisis finansial yakni NPV = Rp 649.182.140, B/C = Rp 1,10,-, dan Payback Period selama 17 siklus (1 tahun 7 bulan) dengan penebaran tiap bulan. Hal itu berarti usaha tersebut layak untuk dikembangkan. BEP yang dihasilkan yaitu untuk BEP unit sebanyak 615 Kg dan untuk BEP Rupiah Rp 70.627.741,-. Kesimpulan: 1) Kegiatan pengorganisasian kurang optimal karena tenaga kerja (operator KJA) yang tersedia baru 3 orang sedangkan UD. Sumber Kerapu Sejati memiliki 5 unit keramba dan terdapat kekurangan 2 orang. 2) KJA UD. Sumber Kerapu Sejati melakukan penerapan sistem kerja 8 jam yang mana tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu akumulasi dalam seminggu selama 40 jam dengan upah dibawah UMR Kabupaten Situbondo. 3) Lokasi KJA UD. Sumber Kerapu Sejati memenuhi persyaratan dalam segi kondisi laut, akan tetapi untuk kualitas airnya belum bisa dipastikan karena kurangnya alat untuk pengujian seperti pengukur pH meter dan salinitas. 4) Usaha pembesaran kerapu cantang UD. Sumber Kerapu Sejati berdasarkan penghitungan menghasilkan NPV = Rp 649.182.140, B/C ratio = Rp 1,10,- yang berarti usaha tersebut layak untuk dikembangkan dengan Payback Period 17 siklus. BEP dari usaha pembesaran kerapu cantang UD. Sumber Kerapu Sejati yaitu 615 Kg untuk BEP unit, dan Rp 70.627.741,- untuk BEP Rupiah Saran: 1) UD. Sumber Kerapu Sejati harus segera mungkin memperbaiki pengorganisasiannya agar kegiatan pengawasan keramba tidak terabaikan, dan juga tidak mungkin 3 orang dapat mengurus 5 unit keramba secara optimal dengan upah yang kecil. 2) UD. Sumber Kerapu Sejati harus mengurangi jam kerja karyawannya seperti unit KJA lainnya, atau menghitung kelebihan waktu kerja sebagai upah lembur. 3) UD. Sumber Kerapu Sejati perlu melengkapi penunjang kegiatan seperti jaring ganti dan alat ukur kualitas air seperti pengukur pHmeter dan refraktometer agar kegiatan budidaya dapat diperkirakan ketika terjadi perubahan kondisi air, karena buruknya kondisi air dapat menyebabkan kematian ikan meningkat. 4) Pengembangan usaha dapat dilakukan dengan cara penambahan keramba untuk memperbesar kapasitas produksi, selain itu pengembangan juga bisa melakukan penambahan karyawan dan perbaikan fasilitas kerja. Kata kunci: Analisa Usaha, Epinephelus sp, Kerapu Cantang, KJA, Pembesaran. |
Specific Detail Info | |
Image | |
Back To Previous |