Manajemen Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di PT. Pyramide paramount Indonesia, desa Poncosari, Kec. Srandakan, Kab. Bantul DIY
Collection Location | Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo |
Edition | |
Call Number | |
ISBN/ISSN | |
Author(s) | Wahyudi |
Subject(s) | Udang Vannamei KIPA Local Content Prodi AGP |
Classification | 0374/IX/2019/K |
Series Title | GMD | CD-ROM |
Language | Indonesia |
Publisher | Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo |
Publishing Year | 2019 |
Publishing Place | Sidoarjo |
Collation | |
Abstract/Notes | Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan udang asli perairan Amerika Latin. Udang ini dibudidayakan mulai dari pantai barat Meksiko ke arah selatan hingga daerah Peru. Beberapa petambak di Indonesia mulai mencoba membudidayakan udang vannamei karena hasil yang dicapai sangat luar biasa (Haliman dan Adijaya, 2006). Menurut Haliman dan Adijaya (2006), kehadiran udang vannamei diakui sebagai penyelamat dunia pertambakan udang Indonesia. Petambak mulai bergairah kembali, karena mempunyai beberapa keunggulan yang dimiliki oleh antara lain responsif terhadap pakan yang diberikan/nafsu makan yang tinggi, lebih tahan terhadap serangan penyakit dan lingkungan yang kurang baik karena dengan dengan perencanaan yang matang akan membuat usaha siap untuk menjalani apabila resiko benar-benar terjadi dan akan menambah produktivitas dari pembesaran udang vannamei Maksud dari Kerja Praktek Akhir (KPA) adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang manajemen pembesaran udang vannamei di PT. Pyramide paramount indonesia daerah Bantul DIY. Adapun Tujuan Kerja Praktek Akhir (KPA) adalah sebagai berikut : 1. Berperan secara langsung dalam proses pembesaran Udang Vannamei 2. Untuk mengetahui tentang penerapan fungsi manajemen dalam proses pertumbuhan udang vannamei 3. Untuk mengetahui keyakan usaha udang vannamei 4. Menjalin hubungan yang harmonis antara pelaku usaha PT.Pyramide Paramount Indonesia dengan Politeknik Kelautan Perikanan Sidoarjo Fungsi manajemen menurut ahli ada beberapa ada beberapa yaitu : Perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Teknis pembesaran meliputi kualitas air yang terdiri dari parameter fisika, kimia biologi.Dan untuk mengetahui kelayakan usaha imi perlu dilakukan analisa usaha meliputi R/C , BEP. Kerja Praktek Akhir dilaksanakan pada tanggal 4 Maret 2019 sampai dengan 24 Mei 2019, di PT. Pyramide paramount indonesia daerah Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun metode dalam KPA meliputi metode survei dan metode magang. Sumber data yang diperoleh meliputi data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yaitu observasi dan wawancara. Persiapan Tambak di PT. PPI ± 15 hari, meliputi Pengeringan 3 hari, disemprot HCL 1% pada dinding dan dasar tambak,di kapur sebanyak 300 kg, petakan diisi air 30 cm, di beri Trichloroisocyanuric acid (TCCA) dengan dosis 12 ppm bentujuan untuk membunuh pathogen selama 1 hari dan di siram-siramkan ke dinding petakan, Air ditinggikan menjadi 120 cm, aplikasi kuprisulfat 1,5 ppm selama 3 hari, aplikasi crustasit 2 ppm. Selama 10 hari. Selama proses. Setelah semua treatment dilakukan, selanjutnya aplikasi fermentasi dedak Sebelum ditebar ditambak, benur diaklimatisasi terlebih dahulu. Meliputi aplikasi suhu, salinitas dan pengecekan bioesay. Penebaran benur dilakukan pada pagi hari sekitar jam 03.00 WIB. Padat tebar benur 111 ekor/m2 dengan jumlah total benur yang ditebar 400.000 ekor pada tambak seluas 3.600 m2. Dalam budidaya udang, pakan merupakan faktor penting karena pada budidaya dengan penerapan padat tebar tinggi (intensif) pakan menyedot pengeluaran total biaya produksi yang cukup besar sehingga diperlukannya adanya pengelolaan pakan. Pengelolaan pakan dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase blind feeding (DOC 30). Monitoring pertumbuhan pertama kali dilakukan setelah udang berumur 31 hari, dan dilakukan setiap 7 hari sekali. Monitoring pertumbuhan berguna untuk menentukan dosis pakan dan kesehatan udang. Monitoring pertumbungan dengan cara sampling Untuk pengendalian hama PT. PPI memasang waring keliling bagian tepi tambak dengan ketinggian waring 50 cm, penerapan bioscurity, dan penggunaan probiotik. Pada pelaksanaan KPA terdapat penyakit yang menyerang yaitu White Feeses Desease (berak putih), penanganan yang dilakukan adalah dengan mengurangi dosis pakan dan memberi tambahan aplikasi terhadap pakan berupa Lacto Basscilus. Cara pemanenan meliputi pembuangan atau outlet tambak. Setelah air sudah berkurang setengah volume tambak dilakukan pemasangan jaring kondom pada output pemanenan, membuka penutup saluran panen, udang yang tertangkap secara bertahap dinaikkan dan dimasukkan dalam blong panen, selain itu dilakukan dengan cara menjaring udang sedikit demi sedikit. Kemudian blong-blong berisi udang dinaikkan ke atas mobil pengangkut dan segera dibawa ke ruang pasca panen. Ketika air di dalam tambak habis, masih banyak udang yang tertinggal di plataran, sehingga harus dilakukan pengambilan secara manual menggunakan seser. Setelah proses budidaya dan udang mencapai ABW 13,43 gr (Size 74,4), dilakukan proses pemanenan terhadap udang yang dipelihara. Dari jumlah tebar benur 400.000 ekor didapat biomassa panen sebanyak 4886 Kg. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 6590 Kg maka didapatkan FCR 1,34 S dengan SR 92 %. Berdasarkan perhitungan usaha yang dilakukan diperoleh R/C > 1,47, maka usaha pembesaran udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di PT. PPI menguntungkan. Dapat disimpulkan bahwa setiap Rp 1,- biaya yang dikeluarkan menghasilkan pendapatan kotor sebesar Rp 1,6,- atau mendapatkan keuntungan Rp 0,47,-. Kesimpulan : Dalam pelaksanaan pembesaran udang vannamei menggunakan fungsi manajemen yang baik 2. Pengalokasian tenaga kerja yang diterapkan untuk melakukan kegiatan pembesaran udang vannamei cukup efisien dan efektif Semua tahapan budidaya yang dilakukan sudah baik. Ditandai dengan hasil panen sebesar 4886 kg, SR 92%, FCR 1,34 dan nilai R/C ratio 1,47. Saran : Meningkatkan dan mengoptimalkan bioscurity pada proses budidaya untuk dari serangan hama dan penyakit yang menyerang sehingga hasil panen lebih dapat optimal. Pengukuran DO sebaiknya dilakukan sehari 3 kali untuk mengetahui fluktuasi hariannya, Penebaran pakan bisa dicoba dengan menggunakan autofeeder karena lebih efisien dan lebih efektif |
Specific Detail Info | |
Image | |
Back To Previous |