Strategi Sosial budaya dalam Adaptasi Perubahan Lingkungan Pesisir Akibat Perubahan Iklim

Collection Location Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan Perikanan KP Jakarta - Ancol
Edition
Call Number 342 Ind s
ISBN/ISSN 978-602-221-115-0
Author(s) Dedi S.Adhuri
Ratna Indrawasih
Ary Wahyono
Masyhuri Imron
Surmiati Ali
Subject(s) Perubahan Iklim
Sosial budaya
Classification 342
Series Title
GMD Buku
Language Indonesia
Publisher LIPI Press
Publishing Year 2011
Publishing Place Jakarta
Collation viii-115p. ; ills. tab. 21 cm
Abstract/Notes Dalam laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), disebutkan bahwa dampak dari perubahan iklim terhadap wilayah adalah wilayah pesisir sangat rentan terhadap kejadian ekstrim seperti badai, topan tropis dan naiknya permukaan laut. Kenaikan permukaan air laut menyebabkan banjir, erosi dan hilang atau rusaknya ekosistem laut. Dampak kerusakan ekosistem laut tentu saja langsung atau tidak langsung dapat memengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat pesisir terutama nelayan, karena perahu-perahu penangkap ikan juga akan menghadapi cuaca yang tidak menentu dan gelombang tinggi (IPCC, 2007). Indonesia sebagai negara berkembang dan negara kepulauan amat luas yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 80.000 kilometer garis pantai, amat rentan terhadap kenaikan permukaan air laut dan diprediksi akan mengalami dampak yang serius akibat perubahan iklim ini. Oleh karena itu, pemerintah perlu segera melakukan tindakan untuk meminimalisasi dampak perubahan iklim tersebut. Dalam rangka merumuskan kebijakan pengendalian dampak perubahan iklim diperlukan pemahaman dari para stakeholder terutama masyarakat, terhadap perubahan iklim dan pengaruh yang muncul terhadap kondisi lingkungan pesisir seperti kondisi angin, cuaca, iklim, laut (permukaan air laut, gelombang), terumbu karang, mangrove, dan keberadaan sumber daya perikanan yang ada. Dengan dasar pemahaman tersebut, maka akan lebih mudah dalam menentukan kebijakan dan program-program yang sesuai untuk penanganan dampak perubahan iklim baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, serta strategi adaptasi yang diperlukan bagi masyarakat pesisir dalam menghadapi perubahan lingkungan akibat perubahan iklim. Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Sumenep (Provinsi Jawa Timur) dan Kota Mataram (Provinsi Nusa Tenggara Barat) bertujuan untuk mempelajari pemahaman masyarakat tentang perubahan lingkungan pesisir akibat perubahan iklim dan strategi adaptasinya. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, melalui wawancara mendalam yang dipandu dengan pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, perubahan iklim sudah terjadi di wilayah pesisir di dua daerah tersebut di atas. Namun demikian, perubahan iklim itu kurang dipahami oleh masyarakat. Yang diketahui masyarakat bahwa akhir-akhir ini telah terjadi pergeseran waktu terjadinya peralihan musim, yang dikatakan tidak menentu, tetapi pergeseran peralihan musim tersebut tidak diketahui sebagai akibat perubahan iklim. Selain menimbulkan permasalahan ekosistem laut (arus laut yang kencang, gelombang tinggi, abrasi pantai), perubahan iklim yang oleh masyarakat dirasakan sebagai pergeseran musim, juga telah mengacaukan pengetahuan lokal yang dimiliki selama ini. Jika sebelumnya masyarakat bisa mengetahui secara persis kapan musim barat akan berakhir dan kapan musim timur akan mulai, maka pada saat ini perubahan musim tidak dapat mereka prediksi lagi. Perubahan iklim yang terjadi di kedua daerah penelitian tersebut, mengakibatkan berkurang bahkan menghilangnya sumber daya laut tertentu, seperti terinasi yang terutama terjadi di Sumenep. Sehingga nelayan terinasi kehilangan mata pencahariannya, sedangkan utnuk melakukan kegiatan di darat yang biasa dilakukan sebagai kegiatan sampingan, yaitu menanam tembakau pun tidak bisa dilakukan karena musim hujan yang berkepanjangan. Di Mataram, dengan berlangsungnya musim barat yang lebih lama (kondisi laut dengan gelombang tinggi lebih lama), yang diakibatkan oleh perubahan iklim, maka nelayan di lokasi penelitian yang umumnya adalah nelayan tradisional tidak bisa melaut dalam waktu yang lebih lama. Kondisi seperti itu tentunya mengakibatkan pendapatan mereka sebagai nelayan menjadi turun, atau bahkan mereka tidak memiliki pendapatan sama sekali. Sebagai strategi adaptasi yang dilakukan untuk kelangsungan hidup mereka, yang dilakukan nelayan Sumenrp adalah pindah fishing ground dan ada yang beralih ke budidaya rumput laut, sementara nelayan di Mataram selain pindah fishing ground ada yang beralih ke profesi pekerjaan di darat (tukang bangunan dan kusir cidomo).
Specific Detail Info
Image
  Back To Previous